Menurut konsep teori ini, pelaporan akuntansi jangan hanya menyediakan informasi
untuk pemilik saja, tetapi juga ditujukan untuk pihak-pihak lainnya yang telah turut
memberikan kontribusi (baik langsung maupun tidak langsung) bagi perkembangan,
kemajuan, dan kesinambungan perusahaan. Beberapa contoh dari penerapan konsep
teori ini adalah dikembangkannya pelaporan akuntansi untuk sumber daya manusia,
akuntansi lingkungan, dan akuntansi sosial ekonomi.
Enterprise Theory
Teori ini merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan dengan konsep-konsep
yang lain, tetapi tidak didefinisikan secara baik dalam lingkup dan aplikasinya.
Menurut teori ini perusahaan adalah suatu institusi sosial yang beroperasi untuk
kepentingan banyak pihak. Dalam bentuknya yang paling luas pihak-pihak ini
meliputi pemegang saham, kreditor, karyawan, konsumen, pemerintah dan
masyarakat umum. Oleh karena itu bentuk yang paling luas ini disebut juga social
theory of accounting.
Konsep ini paling cocok dipakai oleh perusahaan modern yang besar, yang
mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan efek dari kegiatannya terhadap
berbagai kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam konsep ini, bunga dan
pajak bukan merupakan beban melainkan merupakan distribusi pendapatan.
TEORI ENTITAS
Entity Theory
Teori ini didasarkan pada persamaan ∑A = ∑L + SE, Assets = Ekuitas (liabilities +
Stockholders Equity). Konsep ini memandang bahwa bunga yang dibayarkan kepada
kreditor merupakan pendistribusian laba dan bukan beban. Sementara itu pajak
penghasilan merupakan beban dan bukan pendistribusian laba.
Dalam konsep ini laba bersih perusahaan tidak langsung merupakan laba bersih bagi
pemegang saham, karena yang dianggap sebagai pemilik adalah pemegang saham dan
kreditor. Pendapatan dan beban tidak langsung merupakan kenaikan dan perununan
dari modal pemegang saham.
Entity Theory
Menurut Kam (dikutip oleh Triyuwono, 2003), ide utama dari entity
theory ini adalah memahami perusahaan sebagai entitas yang terpisah dari pemiliknya.
Teori ini muncul dengan maksud mengurangi kelemahan- kelemahan yang ada
dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat perhatian. Namun
demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori
pendahulunya, proprietary theory. Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan
yang berbeda walaupun keduanya mengarah kepada konklusi yang sama,
yaitu stewardship atau pertanggungjawaban (accountability). Versi pertama adalah
versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan
pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam perusahaan.
Dalam hal ini, entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada
pemegang saham tentang status dan konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu
versi kedua, yaitu pandangan yang lebih baru terhadap entity theory, menganggap
bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan
terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya. Meskipun kedua versi tersebut
menempatkan entitas sebagai unit independen, namun terdapat sedikit perbedaan
konsep di antara keduanya. Pandangan tradisional masih memposisikan pemegang
saham sebagai “partisipan” (associates), sementara sudut pandang baru lebih
memposisikan mereka sebagai pihak luar (outsiders). Namun demikian, hal ini tidak
mempengaruhi muatan informasi dari laporan akuntansi yang disajikan oleh entitas
tersebut.
Meskipun konsep entity theory merupakan pengembangan dari
konsep proprietary theory, namun bila diinterpretasikan secara kritis (khususnya
dalam konteks konsep kepemilikan), sebagian besar muatannya tetap berbasiskan
pada aspek-aspek ideologis yang sama dengan konsep proprietary theory. Secara
gamblang, Isgiyarta (2009, p.68) menjelaskan bahwa dalam entity
theory, seharusnya utang mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk
memperoleh aktiva. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan akuntansi sebagai berikut:
Aktiva = Utang + Ekuitas
Turunan utang, yaitu bunga utang, seharusnya mempunyai posisi yang sama dengan
posisi dividen. Namun dalam praktik akuntansi konvensional, posisi bunga utang pada
laporan laba rugi ditempatkan dalam kelompok beban usaha. Posisi bunga yang
ditempatkan sebagai bagian dari kelompok beban usaha merupakan konsep
dari proprietary theory. Posisi utang dengan posisi ekuitas mempunyai posisi yang
berlainan, yaitu utang merupakan pengurang aktiva. Dengan demikian maka turunan
utang yaitu bunga utang mempunyai posisi yang tidak sama dengan dividen.
Aktiva = Sumber Dana Waktu Terbatas + Sumber Dana Waktu Tidak Terbatas
+ Akumulasi Marjin Keberlanjutan Usaha
Dalam konsep entitas Islam tersebut, perusahaan merupakan unit yang terpisah baik
secara ekonomi maupun hukum dengan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti
pemberi sumber dana waktu terbatas dan sumber dana waktu tidak terbatas.
Namun demikian, Taheri (2003) berpendapat bahwa theoretical concept yang
sesuai dengan model akuntansi Islam adalah proprietary theory dan penulis setuju
dengan pendapat ini. Menurut hemat penulis, manusia / orang yang nantinya akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, bukan entitas, sehingga konsep yang sesuai
adalah proprietary theory. Akan tetapi, proprietary theory menurut Islam berbeda
dengan konsep yang diberlakukan pada akuntansi konvensional yang cenderung
mengutamakan self-interest dan upaya untuk menumpuk kekayaan.
Menurut Al-Quran, segala sesuatu di alam semesta ini adalah milik Allah
SWT . “Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." [QS.
Al-Baqarah :284]. "Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu." [QS. Al-Imran :189]. Secara hakiki kepemilikan adalah
milik Allah, manusia diberi kepercayaan memegang sumber daya atau kekayaan yang
akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Manusia harus mempertanggungjawabkan
semua perbuatannya, termasuk dalam mengelola kekayaannya. Hal ini berarti yang
harus bertanggung jawab di akhirat nanti adalah manusia, bukan entitas atau
perusahaan. Adapun tujuan hidup hamba Allah menurut Al-Qur’an adalah untuk
beribadah kepada Allah. Hal ini ditunjukan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, diantaranya:
§ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi (beribadah) kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
§ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah: 5).
Untuk itu, tujuan seorang muslim dalam mendirikan suatu usaha adalah semata-mata
untuk ibadah kepada Allah, pendirian perusahaan semata-mata ditujukan untuk
memberikan kemasalahatan kepada masyarakat dan lingkungannya, bukan
semata-mata untuk mencari keuntungan materi ataupun menumpuk kekayaan.
Adapun jika pemilik perusahaan memanfaatkan jasa manajer untuk mengelola
perusahaan (sesuai dengan konsep Agency Theory), tanggung jawab atas pengelolaan
perusahaan pada akhirnya tetap berada di tangan pemilik. Semua yang dilakukan oleh
manajer, selaku agen, pada dasarnya hanya menjalankan perintah dari pemilik dan
sudah sewajarnya jika pemilik yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas operasi
perusahaan.
Berkaitan dengan zakat, Hefni (2008, p.213) menjelaskan bahwa harta yang
kita miliki bukan sepenuhnya milik kita, tetapi milik Allah yang ditipkan kepada kita.
Karena statusnya sebagai titipan, maka Allah berkuasa memerintahkan kepada kita
untuk menyisihkan sebagian dari harta itu buat orang-orang yang Dia inginkan.
Dengan harta yang kita sisihkan melalui zakat akan terjadi perputaran di kalangan
faqir miskin yang akan menyebabkan pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran di
seluruh sendi kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, jika entity theory yang diterapkan maka zakat mal atau
zakat harta tidak dapat diberlakukan karena entitas atau perusahaan bukan objek zakat.
Lain halnya jika proprietary theory yang digunakan, maka aktiva melekat pada
pemilik yang merupakan objek zakat sehingga atas aktiva tersebut dapat dikenakan
zakat mal. Untuk itu klasifikasi aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan
adalah klasifikasi menurut ukuran zakat.
aksyar