Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 10

RESUME
MANAJEMEN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN
PENDIDIKAN DASAR
Tentang
Teori Pembuatan Kebijakan

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Dosen Pengampu:

Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed.D.


Prof. Hadiyanto, M.Ed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii


BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3


A. Teori proses dalam pembuatan kebijakan ............................... 3
B. Kerangka pembuatan kebijakan dalam pendidikan.................. 13

BAB III PENUTUP ................................................................................... 16


A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

i
PEMBAHASAN
A. Teori proses pembuatan kebijakan
Dalam pengembangan dan pembuatan kebijakan pendidikan diperlukan
suatu analisis kebijakan. Dunn, (2000) mengemukakan bahwa analisis
kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam
proses pembuatan kebijakan. Perumusan kebijakan adalah kebijakan awal
dalam kebijakan public. Ada beberapa teori yang perlu di pahami dalam
proses pembuatan kebiajakan yakni: System Theory, Neopluralist Advocacy
Coalition and Interest, Group Theory, Elite theory, Plural Theory, System
politic theory, Optimizing theory, Satisficing theory,Incrimental theory,
Mixed scanning theory, Framework For Understanding PolicyMaking in
Education. Berikut penjelasan dari beberapa teori tersebut.
1. System Theory
System Theory mendeskripsikan bahwa adanya interaksi antara
pembuat kebijakan dan lingkungan sebagai hal yang dinamis. Teori ini
menggambarkan suatu pandangan holistik tentang dunia dan
memandang bahwa segala sesuatu terkait dan saling berpengaruh satu
sama lain. Teori ini berfokus pada komponen-komponen dalam suatu
sistem saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan.

2. Neopluralist Advocacy Coalition


Teori ini awalnya diusulkan oleh Arthur Bentley pada tahun
1908, David Truman (1951) dan Robert Dahl (1956) yang
Menekankan kepada kepentingan kelompok memiliki akses yang
sama terhadap proses kebijakan dalam membentuk pandangan publik
tentang suatu isu. juga menekankan pentingnya adanya keterbukaan
dan akuntabilitas dalam proses pembuatan kebijakan publik dengan
diwujudkan partisipasi aktif kelompok dan transparansi informasi
(Marsari et al, 2021).

2
3. Group Theory
Teori yang menganggap kebijakan publik sebagai produk dari
perjuangan kelompok, dengan sikap bersama yang membuat klaim
tertentu atas kelompok lain di masyarakat yang kemudian akan
menjadi politis. Konsep utama dalam teori kelompok adalah “akses”
Agar mempunyai pengaruh dalam membentuk keputusan-keputusan
pemerintah, sebuah kelompok harus mempunyai akses atau
kesempatan untuk mengungkapkan pandangan pandangannya
terhadap pembuat kebijakan.(Rusfiana, 2016)
4. Elite theory
Melandaskan pada asumsi bahwa di dalam setiap masyarakat
pasti terdapat dua kelompok, yaitu pemegang kekuasaan (elit) dan
yang tidak memegang kekuasaan (massa) Teori ini beranggapan
bahwa sedemokratis apapun selalu ada bias di dalam formulasi
kebijakan, karena pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang dilahirkan
merupakan preferensi politik dari para elit. Dalam model elite lebih
banyak mencerminkan kepentingan dan nilai-nilai elit dibandingkan
dengan memperhatikan tuntutan- tuntutan rakyat banyak (Masyitoh
dkk., 2020)
5. Plural Theory
Teory yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu
masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut
untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing Pluralisme
selalu dikaitkan dengan prinsip-prisip demokrasi, hal ini dapat
diartikulasikan bahwa pluralisme berkenaan dengan hak hidup
kelompok-kelompok yang hidup dalam suatu komunitas (Rusfiana,
2016).
6. System politic theory
Theory ini didasarkan pada konsep-konsep teori informasi
(inputs, withinputs, outputs dan feedback) dan memandang kebijakan
sebagai respon suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan

3
lingkungan (Nuryanti Mustari.2015) aktivitas–aktivitas politik dalam
masyarakat sehingga model ini memandang kebijakan sebagai hasil
(output) dari sistem politik yang berfungsi mengubah tuntutan
tuntutan (demands), dukungan dukungan (supports), dan sumber-
sumber (resources), menjadikan ini semua adalah masukan–masukan
(inputs), dimana masukan atau inputs ini menjadi keputusan-
keputusan atau kebijakan-kebijakan yang otoritatif bagi seluruh
anggota masyarakat (Muadi, 2016).
7. Optimizing theory
Generalisasi teori optimisasi dan tekniknya ke bidang ilmiah dan
penelitian terkait lainnya adalah salah satu aplikasi penting dari
Matematika Terapan (sepertinya saya tidak membuang waktu saya, 17
tahun yang lalu!) Secara matematis, masalah optimisasi adalah
masalah menemukan jawaban terbaik dari sekumpulan kandidat atau
jawaban yang layak. Sangat penting dalam ilmu data, bahwa kualitas
model data, terus dievaluasi oleh fungsi biaya. Dalam hal ini,
minimisasi fungsi biaya berarti menemukan sekumpulan parameter
optimal yang menghasilkan kesalahan seminimal mungkin dalam
sistem.

Masalah pengoptimalan yang berbeda dibagi menjadi dua kategori


berikut:
a. Masalah optimisasi tak terbatas: Dalam masalah ini, tujuannya
adalah untuk memaksimalkan atau meminimalkan fungsi
tujuan tanpa batasan pada variabel desain.
b. masalah Optimasi dengan keterbatasan: Optimasi dalam
kebanyakan masalah praktis dilakukan menurut beberapa
keterbatasan; Kendala pada perilaku dan kinerja sistem, dan
kendala perilaku dan kendala pada fisika dan geometri
masalah, disebut kendala geometris atau lateral. Persamaan
yang mewakili kendala mungkin sama atau tidak sama, dalam

4
setiap kasus metode pengoptimalannya berbeda. Namun,
batasan menentukan area yang dapat diterima dalam desain.

Kategorisasi praktis lain dari masalah optimisasi didasarkan pada


kepastian masalah. Dalam masalah optimisasi pasti, diasumsikan bahwa
data masalah yang diberikan diketahui secara akurat. Namun, karena
berbagai alasan, data dari banyak masalah yang diberikan tidak dapat
diketahui (atau dimiliki) secara akurat. Alasan pertama ketidakakuratan
data masalah adalah "kesalahan pengukuran" data. Alasan kedua dan
terpenting untuk tidak mengetahui data masalah adalah fakta bahwa
beberapa data menunjukkan informasi yang berkaitan dengan masa
depan (seperti permintaan suatu produk atau harga suatu produk di
masa depan) yang tidak dapat diidentifikasi secara pasti.
8. Satisficing theory
The theory of satisficing menawarkan kerangka kerja yang berguna
untuk mengeksplorasi respons survei yang kurang optimal. Konsep
satisficing pada awalnya digunakan untuk menggambarkan perilaku
manusia dalam kasus-kasus tertentu keputusan konsumen tidak
memaksimalkan keuntungan pribadi (Simon, 1957; Simon dan Stedry,
1969). Para penulis ini menyarankan bahwa ketika diperlukan untuk
memproses sejumlah informasi yang menuntut, beberapa orang hanya
menginvestasikan energi yang cukup untuk membuat keputusan yang
memuaskan daripada yang itu mengoptimalkan manfaat dari keputusan
tersebut. Teori tersebut telah disesuaikan dengan bidang penelitian
survey sebagai kerangka kerja di mana berbagai perilaku responden
tertentu yang tidak diinginkan mungkin terjadi dipahami (Tourangeau,
1984; Krosnick, 1991). Singkatnya, responden survei puas ketika
mereka gagal untuk sepenuhnya terlibat dalam satu atau lebih dari
empat tahap pemrosesan kognitif, sehingga merendahkan integritas
tanggapan survei mereka. Memuaskan menggambarkan strategi
pengambilan keputusan di mana individu hanya mencari kemungkinan

5
solusi sampai mereka menemukan pilihan yang dapat diterima. Dalam
desain, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan cara
pengguna tidak menelusuri semua informasi di laman web dan produk
lainnya.
9. Incremental Theory
Teori Inkremental (Incremental Theory) pertama kali di
perkenalkan oleh ekonom Charles E. Lindblom yang dikenalkan
melalui karya tulisnya berjudul “The Science of Muddling Throught”,
yang berupaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang disandang
dan dipikul oleh teori rasional komprehensif (kritik terhadap model
rasionalitas komprehensif). Teori ini melihat pemecahan suatu masalah
dengan sudut pandang yang lebih realistik terhadap keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki oleh para pembuat kebijakan. Inkremental
sendiri berarti kebijakan yang mengalami perubahan sedikit-sedikit.
Model ini memandang kebijakan publik sebagai sesuatu kelanjutan
kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanay menambahkan atau
merubahnya sedikit-sedikit.
Contoh kasus sebagai bentuk kritik dari teori inkremental adalah
adanya kebijakan remunerasi bagi pegawai saat pemerintahan SBY
jilid 2. Dengan menaikkan remunerasi (gaji) pegawai negeri sipil,
kesejahteraan pegawai negeri sipil tercukupi, etos kerjanya meningkat
bagus, dan tidak melakukan tindak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN). Terbongkarnya kasus korupsi yang dilakukan pegawai Ditjen
Pajak Kementerian Keuangan Gayus H Tambunan, ternyata
melibatkan banyak pihak di luar Kementerian Keuangan (seperti
Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, dan lain-lain), tentunya tidak cukup
diatasi dengan kebijakan tambal sulam (inkremental), tetapi mungkin
memerlukan pemecahan yang lebih menyeluruh (komprehensif).
Berbagai inovasi sosial acapkali menuntut adanya kebijakan atau
program yang baru.

6
10. Mixed ScanningTheory
Model mixed scanning dalam penggunaannya merupakan usaha
mengindari tingkat rasionalitas tinggi yang dituntut oleh model
optimasi atau pendekatan incremental yang sering dipandang sebagai
pendekatan yang kasual dan tidak didasarkan pada tingkat disiplin
yang tinggi. Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan,
memproses, menilai, dan menimbang-nimbang informasi dalam
kaitannya dengan menjatuhkan pilihan tertentu.
Model mixed scanning berarti, bahwa setiap kali seorang
pengambil keputusan menghadapi dilema dalam memilih suatu
langkah tertentu, satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang
sampai jauh mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan
digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan
yang akandilaksanakan.

Dalam praktek, model ini menggabungkan pendekatan yang


didasarkan pada rasionalita tinggi, yang oleh sementara ahli dipandang
sebagai pendekatan yang utopis dalam asumsi-asumsinya, dan
pendekatan inkremental yang sering dipandang sebagai pendekatan
yang sangat pragmatis.
Adapun konsep dan langkah dari teori ini antara lain:
a. Menggabungkan antara yang rasional dan inkremental ( Teori
Campuran)
b. Memperhatikan kemampuan pembuat keputusan dengan
memperhitungkan keputusanfundamental dan incremental
c. Muncul karena melihat adanya potensi (kelebihan &
kekurangan) dari dua pendekatansebelumnya. ( Amitai Etzioni -
-1970an)
d. Mengkombinasikan pendekatan Rasional Menyeluruh dengan
Pendekatan Terpilah masing-masing dalam kadar lingkup
tertentu

7
e. Menyederhanakan tinjauan menyeluruh dalam lingkup wawasan
sekilas/ mengamati danmempelajari (scan) serta memperdalam
tinjauan atas unsur/ subsistem yang strategis dalamkedudukan
sistem terhadap permasalahan menyeluruh
f. Tahap scanning berangkat dari yang paling luas sampai fokus
analisis mendalam. Setelahmenemukan fokus, tahap berikutnya
dengan komprehensif
Contoh Kebijakan Berdasar Teori Mix Scanning :Kebijakan
Wajib Belajar 12 Tahun Landasan Argumentasi:
1. Komprehensif; berdasarkan data yang sangat kuat dari berbagai
elemen kebijakan untuk menentukan tentang perlunya wajib
belajar 12 tahun. Berbagai pemikiran dan data yangdiperoleh
didapat dari rendahnya tingkat melek huruf Indonesia jika
dibandingkan dengannegara-negara sekitar.
2. Terpilah; menggunakan kecenderungan kebijakan wajib belajar
sebelumnya untuk menentukanprediksi kendala yang mungkin
terjadi tanpa memperhatikan wilayah-wilayah yang lain
yangtelah sukses mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Mixed scaning; menggunakan 2 macam pendekatan:
1. Melihat secara menyeluruh dengan tidak melihat bagian-
bagianyang detail, yaitu menempatkan segenap rakyat Indonesia
untuk berhak mendapatkanpendidikan selama 12 tahun sebagai
langkah lanjutan Wajib Belajar 9 tahun.
2. Mendetailkan hasil pemikiran tahap pertama dan
memperdalamanalisisnya untuk kemudian ditetapkan kebijakan
yang lebih parsial untuk mendukung keterjelasan pendekatan
pertama.
3. Wajar 12 tahun merupakan kelanjutan dari kebijakan wajar 6 dan
9 tahun (feed back dari kebijakan sebelumnya)
4. Merupakan kebijakan tambahan dan perbaikan dari kebijakan
sebelumnya

8
5. Menjadi langkah lanjutan untuk mewujudkan fasilitas pendidikan
demi terwujudnya budayabelajar sepannjang hayat dalam rangka
pemeberdayaan rakyat secara keseluruhan

Keunggulan Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun Pemenuhan dan


pemerataan kebutuhan pendidikan bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia(sesuai amanat konstitusi dimana pendidikan merupakan
tanggung jawab pemerintah)

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (menurunkan


angka putus sekolah, meningkatkan angka melek huruf)
2. Mengurangi tingkat kesenjangan social
3. Memajukan dan mencerdaskan sumber daya manusia dalam
rangka mengantisipasi era persaingan global.

B. Kerangka Kerja pembuatan kebijakan pendidikan


Analisis kebijakan merupakan proses pengimplementasian ilmu sosial
dengan menggunakan bentuk pemikiran, penalaran, pembuktian, penilaian
dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan masyarakat luas
(Alam, 2012). Agar dapat menghasilkan pandangan yang rasional
diperlukan sebuah prosedur analisis. Adapun prosedur tersebut adalah:
1. Informasi Kebijakan. Pada proses informasi kebijakan terdapat 3
jenis informasi yang harus dilahirkan yaitu informasi mengenai
(Afifah dan Yuningsih, 2016);
2. Nilai. Infromasi mengenai nilai berhubngan dengan bagamanakah
proses nilai yang terdapat pada kebijakan tersebut;
3. Fakta. Informasi tentang fakta berhubungan dengan apakah hal
yang dibicarakan tersebut ada atau tidak ada;
4. Perbuatan. Informasi tentang perbuatan berhubungan dengan apa
yang harus dilakukan terhadap permasalahan tersebut.
Masing-masing infromasi akan menghasilkan luaran yang berbeda.
Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai akan mendapatkan infomasi yang

9
Fungsi komunikasi menunjuk pada kemampuan dalam
menyampaikan gagasan yang dihasilkan dari proses inquiri dan
mewujudkan menjadi keputusan pimpinan. b. Dimensi Substansi Analisis
substansi menurut Ace Suryadi, (1993: 9), dimaksudkan untuk
mengorganisasikan berbagai isu kebijakan pendidikan sehingga
penyajiannya dapat dilakukan secara sistematis pada diagram 4.1. berikut:

Kemudian Shiefelbein dan farrell (Ace Suryadi, 1993: 16).


Menjelaskan tentang kerangka berpikir dalam mengoperasikan isu-isu
kebijakan pendidikan dapat digambarkan pada gambar 4.2. berikut:

10

Anda mungkin juga menyukai