Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EKONOMI POLITIK
(Teori Pilihan Publik)

OLEH :
NAMA : 1. MARIANA KALE LEO (1203021022)
2. MEGA WERDAYANTI (1203027048)
3. RONALD MBAU (
4. AHMAD MAWARDY (1203027033)
JURUSAN : ADMINISTRASI BISNIS
KELAS :A

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013
0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat dan bimbingan-Nya penulisan makalah Sistem Ekonomi dapat diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dengan keterbatasan kemampuan yang ada, dan
tanpa bantuan dari berbagai pihak kami tidak mungkin menyelesaikan makalah ini.
Atas semua bantuan yang tak ternilai yang telah diberikan, saya tidak berbuat banyak
untuk membalasnya selain mengharapkan mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa
memberikan pahala yang setimpal.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah sederhana ini masih jauh dari
katidaksempurnaan dan tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati kam
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah Sistem
Ekonomi ini.

Kupang, 28 September 2013

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan................................................................................................4
Bab II Pembahasan...............................................................................................................5
A. Pengertian Public Choice (Pilihan Publik)...........................................................5
B. Perbedaan Pilihan Publik dengan Ekonomi Klasik..............................................6
C. Aplikasi Pendekatan Pilihan Publik.....................................................................7
D.Fungsi dan Tujuan Teori Pilihan Publik...............................................................7
E. Implikasi Penerapan Pilihan Publik......................................................................9
F.Contoh Kasus di Indonesia………………………………………………………9

Bab III Penutup.....................................................................................................................11


A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Kritik dan Saran..................................................................................................12
Daftar Pustaka.........................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori pilihan publik ini merupakan sebuah pendekatan ekonomi politik baru dimana
dalam teori ini menganggap negara/pemerintah, politisi atau birokrat sebagai agen yang
memiliki kepentingan sendiri. Teori Publik Choise memusatkan perhatian pada aktor dimana
aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya
aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut,
aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan.

Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang
menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan
untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Artinya bahwa walaupun
orang bertindak dalam pasar politis memiliki sejumlah kepedulian terhadap orang
lain, tapi motif utama mereka adalah kepentingan pribadi. Walaupun banyak orang
mendasarkan sejumlah tindakan mereka karena kepedulian mereka terhadap orang lain, motif
dominan dalam tindakan orang di pasar baik mereka merupakan, pengusaha, pekerja, maupun
konsumen, adalah suatu kepedulian terhadap diri mereka sendiri. Ahli Ekonomi Pilihan
Publik membuat asumsi yang sama bahwa walaupun orang bertindak dalam pasar politis
memiliki sejumlah kepedulian terhadap orang lain, motif utama mereka adalah kepentingan
pribadi. Sebagaimana yang di asumsikan oleh Muller bahwa manusia adalah makhluk yang
egois, rasional dan selalu memaksimalkan manfaat serta bertekad memahami upaya yang
menghubungkan cara-cara dan tujuan-tujuan seefektif mungkin.

B. Rumusan Masalah.

1.Apa itu Sistem Pilihan Publik?

2Apa saja Perbedaan Pilihan Publik dengan Ekonomi Klasik?

3.Apa saja Aplikasi Pendekatan Pilihan Publik?

3
4.Apa saja Fungsi dan Tujuan Teori Pilihan Publik?

5.Apa saja Implikasi Penerapan Pilihan Publik?

C.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai ialah:

1.Mengetahui tentang Pilihan Publik.

2.Mengetahui Perbedaan Pilihan dengan Ekonomi Klasik.

3.Mengetahui Aplikasi Pendekatan Pilihan Publik.

4.Mengetahui Fungsi dan Tujuan Teori Pilihan Publik.

5.Mengetahui Implikasi Penerapan Pilihan Publik.

D.Manfaat Penulisan
1.Manfaat akademis, untuk lebih memahami mengenai Teori Pilihan Publik.
2.Manfaat praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat
tentang Teori Pilihan Publik.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Public Choice ( Pilihan Publik).


Public Choice atau yang dikenal dengan pilihan publik adalah sebuah perspektif untuk
bidangpolitik yang muncul dari pengembangan dan penerapan perangkat dan metode ilmu
ekonomi terhadapaproses pengambilan keputusan kolektif dan berbagai fenomena non pasar
(non market phenomena).Tetapi diakui bahwa keterangan pendek ini tidak cukup memberi
deskripsi yang lengkap karena untuk mencapai suatu perspektif bagi politik seperti ini
diperlukan pendekatan ekonomi tertentu.Menurut Samuelson & Nordhaus (1995) teori
pilihan publik ialah salah satu cabang ilmuekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah
membuat keputusan yang terkait dengan kepentinganmasyarakat (publik). Teori pilihan
publik dapat digunakan untuk mempelajari perilaku para actor politik maupun sebagai
petunjuk bagi pengambilan keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yangpaling
efektif. Yang menjadi subjek dalam telaah pilihan publik adalah pemilih, partai politik,
politisi,birokrat, kelompok kepentingan, yang semuanya secara tradisional lebih banyak
dipelajari oleh pakar-pakar politik.

Dalam model pilihan publik, hasil politik ditentukan oleh permintaan dan penawaran,
persis samaseperti halnya proses terbentuknya harga dalam pasar persaingan sempurna.
Hanya saja dengan pilihanpublik, konsep barter dan pertukaran yang sederhana, sesuai
konsep ekonomi murni, menjadi lebihkompleks sifatnya. Pertukaran dalam pengertian yang
lebih kompleks ini diartikan sebagai suatu prosespersetujuan kontrak yang lebih luas makna
dan cakupannya dari pertukaran yang dilakukan oleh duaorang yang melakukan transaksi,
sebab tekanan akhir dari persetujuan kontrak adalah proses persetujuansukarela di antara
banyak orang dalam masyarakat. Dalam hal ini, pilihan publik tidak menolak kemungkinan
adanya kepentingan kolektif dan tindakan kolektif, tetapi kalaupun ada maka semua ituhanya
merupakan hasil dari segenap kepentingan individu yang ada dalam kelompok.Transformasi
konsep pertukaran ekonomi yang sederhana dalam keputusan-keputusan ekonomimenjadi
perjanjian atau consensus sukarela yang lebih kompleks dalam keputusan-keputusan
politik,sangat menarik sebagai pilihan paradigma baru dalam ilmu politik yang secara
tradisional berbasis padaanalisis tentang kekuasaan. Kelebihan pendekatan pilihan publik

5
yang langsung dirasakan ialah bahwaproses politik tentang permainan kekuasaan menjadi
lebih lunak karena didasarkan pada kesukarelaan diantara partisipan dalam proses dan
pengambilan keputusan politik sesuai aturan dan konstitusi, tidak sekedar didominasi oleh
pihak yang dominan dan berkuasa.

B. Perbedaan Pilihan Publik Dengan Ekonomi Klasik.


Ada perbedaan antara pendekatan pilihan publik dengan pendekatan ekonomi klasik.
Menurut McClean dalam Public Choice: An Introduction (1987, ekonom klasik biasanya
hanya berhubungan dengan pilihan individu untuk kasus barang swasta. Sebagai contoh, jika
seorang konsumen ingin membeli sebuah barang swasta, katakanlah jeruk, ia dapat membeli
ke penjual buah-buahan atau supermarket, dengan tingkat harga jeruk yang berlaku, sesuai
mekanisme permintaan dan penawaran. Keputusan yang diambil pembeli jeruk, biasanya
tidak menimbulkan eksternalitas bagi individu lain. Dalam kasus ini, konsumen tidak
memerlukan campur tangan pemerintah dalam mengontrol pasokan dan harga jeruk.
Disisi lain, ekonomi politik bersentuhan dengan barang publik. Ciri barang publik yang
paling penting adalah sifat pengkonsumsiannya yang tidak eksklusif. Oleh karena sifat
pengonsumsian barang publik yang tidak bisa dipidahkan tersebut, produsen swasta enggan
menyediakan barang publik, sebab tiap orang cenderung menjadi pembonceng. Dengan sikap
masyarakat yang cenderung bertindak sebagai pembonceng, organisasi menjadi tidak efisien,
dan biaya dalam melakukan transaksi menjadi semakin mahal. Disinilah peran pemerintah
diharapkan, dalam kasus barang publik, kehadiran atau campur tangan pemerintah justru
merupakan suatu keharusan.
Berbedanya pilihan publik dengan ekonomi klasik bukan dalam konsep individu dan
kekuatan-kekuatan yang memotivasi tindakan, tetapi lebih pada kendala dan peluang-peluang
yang ditawarkan oleh politik sebagai lawan dari lingkungan pasar. Disini, ekonomi (sebagai
pertukaran pasar, produksi dan konsumsi) dan politik (sebagai pertukaran politik, kekuasaan
dan hubungan otoritas) muncul sebagai aplikasi khusus dibanding sebagai masalah yang
berbeda. Politik disini merujuk pada institusi-institusi dan proses-proses melalui individu
mengejar preferensi mereka masing-masing (Caporaso & Levine, 1994).
Dengan pendekatan pilihan publik, tidak ada lagi sekat-sekat pemisah antara ekonomi
dan politik, antara pasar dan pemerintah, antara pribadi dengan masyarakat publik. Dalam

6
model pilihan publik, ekonomi diperluas mencakup politik, pasar diperluas mencakup
pemerintah, dan pribadi diperluas menjadi masyarakat.pendekatan perluasan seperti ini lazim
disebut dengan catallactic. Atas perluasan metodologi ekonomi ini, banyak ahli-ahli sosial
yang kawatir bahwa akhirnya ilmu ekonomi digunakan untuk menelaah segala hal yang dulu
menjadi objek kajian ilmu politik. Ini berarti bahwa orang-orang politik harus belajar pada
orang-orang ekonomi untuk membahas proses-proses politik.

C.Aplikasi Pendekatan Pilihan Publik.


Aplikasi pendekatan pilihan publik kedalam sektor publik memiliki beberapa kendala
akut, yang kemudian terangkum dalam sebutan ‘kegagalan pemerintah’. Seperti diungkapkan
oleh O’Dowd, bahwa kegagalan pemerintah bisa diklasifikasikan dalam 3 kategori berikut:
ketidakmungkinan yang melekat atau otomatis (inherent immpossibilities), kegagalan politik
(political failures), dan kegagalan birokrasi (bureaucratic failures). Ketidakmungkinan yang
melekat merujuk pada kondisi dimana negara atau pemerintah tidak dapat melakukan sesuatu
secara sederhana. Kegagalan politik bisa dideskripsikan bahwa tujuan campur tangan
pemerintah secara konsepsional sangat bagus, tetapi adanya rintangan-rintangan politik dalam
operasi pemerintahan menyebabkan ketidakmungkinan dalam mencapai tujuan dari campur
tangan tersebut. Terakhir, kegagalan birokrasi bermakna bahwa campur tangan negara sulit
dilakukan karena secara administratif, aparat dan organ birokrasi tidak sanggup untuk
mengimplementasikan kebijakan menurut tujuan atau niat semula. Ketiga bentuk kegagalan
pemerintah inilah yang kemudian melahirkan sinisme terhadap peran negara dalam kegiatan
perekonomian, sehingga mekanisme pasar dianggap sebagai solusi yang lebih tepat.

D.Fungsi dan Tujuan Teori Pilihan Publik.

Buchanan mengulas teori pilihan publik dari dua aspek :


1. Pendekatan catallaxy
Ekonomi sebagai ilmu pertukaran. Para pelaku politik menawarkan berbagai kebijakan public
kepada masyarakat. Pembeli kebijakan public ini adalah masyarakat pemilih yang akan

7
memilih kebijakan yang benar-benar dapat mewakili kebutuhan mereka.
2. Homo economicus (konsep manusia ekonomi)
Konsep ini menjelaskan bahwa manusia cenderung memaksimalkan manfaat utilitas untuk
dirinya karena dihadapkan pada kelangkaan sumber daya. Dalam pasar politik, politisi
sebagai pelaku memaksimalkan kepuasan pribadi yang dimotivasi oleh banyak factor seperti
gaji,reputasi public, kekuasaan dan ruang untuk mengontrol birokrasi. Sementara para
pemilih akan mengontrol suara untuk mendapatkan kebijakan yang diinginkan.

Dari dua aspek tersebut akan memberikan fungsi teori pilihan publik yaitu Teori Pilihan
Publik memberikan kerangka atau penjelasan bagaimana pemerintah membuat keputusan
seperti perpajakan, pengeluaran peraturan-peraturan ekonomi dan kebijakan-kebijakan
lainnya. Sehingga membantu pakar-pakar politik memfasilitasi konseptualisasi teori politik
sebagai masalah-masalah tindakan kolektif. Dapat digunakan untuk mempelajari perilaku
aktor politik maupun pemilih sebagai petunjuk bagi pengambilan keputusan publik dalam
penentuan pemilihan kebijakan publik yang efektif.

Sedangkan, Menurut Didik j. Rachbini (2002) fungsi dari pilihan publik dalam kebijakan
ekonomi adalah :

1. Menunjukkan bagaimana sikap (behavior) yang diinterpretasikan sesuai medium


budaya dan ideologi yang ada.
2. Mengiluminasikan kondisi-kondisi keberhasilan tindakan kolektif dan untuk
menunjukkan mengapa sebagian kepentingan bias lebih diagregasikan dan sebagian
lainnya tidak.
3. Bisa menjadi petunjuk bagi decision maker untuk menentukan pilihan kebijakan yang
paling efektif.

Tujuan atau Manfaat dari Teori Pilihan Publik,yaitu membantu pakar-pakar politik
memfasilitasi konseptualisasi berbagai teori politik sebagai masalah-masalah tindakan
kolektif. Dapat digunakan untuk mempelajari perilaku aktor politik maupun sebagai petunjuk
bagi pengambilan keputusan publik dalam penentuan pemilihan kebijakan publik yang paling
efektif.

8
E. Implikasi Penerapan Pilihan Publik
Implikasi Penerapan Pilihan Publik:
1. Perlu reformasi kelembagaan publik, yaitu reformasi aturan-aturan dan kerangka dasar di
mana proses-proses dan pengambilan keputusan berlangsung.
2. Perlu desentralisasi kekuasaan dan kewenangan politik, sebab tatanan seperti transaksi
pasar dipandang lebih baik dibanding tatanan dominasi kekuasaan.
3. Perlu dilakukan reorganisasi aturan-aturan perdagangan, kontrak dan persetujuan.
Reformasi kelembagaan publik dan desentralisasi kekuasaan, biasanya kurang disukai oleh
penguasa dan “politikus” terutama di negara berkembang. Ini yang menyebabkan menagpa
para penguasa dan politikus tersebut cenderung menolak pendekatan pilhan publik.
Kecenderungan seperti ini sangat menonjol di negara-negara yang belum atau kurang
demokratis. Hal ini ditunjukkan oleh kenyatan bahwa pendekatan pilihan publik hanya
berkembang lebih baik di negara-negara yang sudah memiliki akar demokrasi yang kuat,
sedang di negara-negara yang belum demokratis, tidak terkecuali di Indonesia, penerapannya
harus diperjuangkan lebih keras.
Masalah lain dalam penerapan pilihan publik di negara-negara berkembang ialah pada asumsi
bahwa pelaku-pelaku politik juga ingin memaksimumkan kesejahteraan sesuai prinsip
kepentingan pribadi kaum klasik. Seperti konsumen yang ingin memaksimumkan utilitas dan
produsen yang memaksimumkan keuntungan, pelaku-pelaku politik juga dianggap sebagai
homo economicus yang ingin memaksimumkan kepentingan pribadi masing-masing.
Penerapan asumsi homo economicuc dan kepentingan pribadi di negara-negara maju yang
masyarakatnya sudah lebih demokratis, tidak menjadi masalah. Seperti dijelaskan oleh tokoh
klasik Adam Smith, justru upaya mengejar kepentingan pribadi inilah yang secara tidak
langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, asalkan dalam upaya pencapaian tujuan
pribadi tersebut mengikuti rambu-rambu, hukum dan kelembagaan yang ada. Sedangkan
ajaran tentang homo economicus dan prinsip kepentingan pribadi, masih terkesan sangat
negatif di negara-negara berkembang.

F.Contoh Kasus di Indonesia.

Contoh kasus, peristiwa nyata yang sangat pelik dan merupakan kebijakan “buah simalakama”
perubahan kenaikan harga BBM semasa pemerintahan SBY yang di mulai tahun 2005, dan
beberapa kenaikan di tahun berikutnya. Sungguh sebuah “pilihan publik” dari pemikiran

9
ekonomi penguasa yang memperhitungkan anggaran negara dengan perbandingan kenaikan
harga minyak dunia. Eksistensi upaya mempertahankan keterpurukan negara dari pengaruh
naiknya harga minyak dunia, akan ditantang oleh realitas ekonomi para pengusaha kecil yang
memakai BBM maupun masyarakat Indonesia yang secara keseluruhan roda
perekonomiannya digerakkan oleh BBM. Mampukah memberikan subsidi silang kepada
publik “si miskin” lebih banyak. Hal ini juga memperpanjang diskursus tentang pencabutan
subsidi bagi masyarakat “kepentingan publik” sampai saat ini. Sungguh sulit kiranya
mengkampanyekan “pilihan publik” sampai beberapa tahun mendatang, karena di negara
majupun di mana teori ini dikemukan tidak mampu terwujud yang dapat memuaskan dan
meningkatkan kepuasaan kepentingan publik secara umum. Namun hal yang
menggembirakan “pilihan publik” dapat menjadi sebuah konsep idiologi yang mampu
mencerdas generasi bangsa tentang apa yang benar dan salah dalam praktik kebijakan publik,
maupun alasan-alasan pembenar dari diambilnya sebuah kebijakan. Hal ini diakui oleh Down,
Perlu adanya sebuah perangkat sistemik yang mampu mengeliminir kebijakan yang berpihak
pada lembaga birokrasi ketimbang rakyat banyak , seperti yang disampaikan oleh Down
(dalam Adi Sasono, 2008: 209) bahwa paradigma public choice, dianggap mampu memagari
kecendrungan psikologis para birokrat yang lebih melayani dirinya sendiri ketimbang
melayani kepentingan umum.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penempatan pada pemuasan kepentingan individu melalui “pilihan publik” memiliki dampak
positif dan negatif, secara kenyataan lebih bernuansa normatif idiologis sebagai ukuran alat
untuk mengakaji apa yang benar dan apa yang salah dari dilaksanakannya pilihan publik, baik
dalam tataran kebijakan negara maupun yang melandasi sebuah pilihan yang dilakukan oleh
individu. Karena secara terapan “pilihan publik” tidak bisa menjamin secara benar-benar
dapat memberikan pencerahan yang berpihak pada “kepentingan publik” atau keinginan dari
sebagian besar “the voter” pada praktik kenegaraan. Dari beberapa kasus ditemukan
percaturan politik melalui “kebijakan publik” lebih mengedepankan kepentingan kelompok
tertentu (penguasa) atau ideologi “jargon” politik yang diperjuangkan oleh kelompok tertentu
yang berkepentingan untuk memperoleh simpati dan kemenangannya di masa mendatang,
ketimbang pada “pilihan publik” yang sebenarnya yaitu mengejar kesejahteraan dan
kepentingan umum. Namun demikian kita tidak perlu kecewa, karena karena kehadiran “teori
pilihan publik” dapat menjadikan kerangka landasan dan batasan dari kerakusan sebuah
kekuasaan yang mementingkan diri sendiri “greed of a selfish power”, yang nantinya akan
diperhadapkan pada kekuasaan yang lebih besar “pilihan publik rakyat (public choice of the
people)” yang telah menjadi cerdas oleh jasa teori “public choice”.

Analisis pilihan publik telah menunjukkan bahwa kelompok kepentingan memberikan


pengaruh besar pada proses ini, tetapi ideologi anggota juga memainkan peran penting, dan
anggota secara individu mencoba untuk mengarahkan kesaksian dalam dengar pendapat dan
analisis staf pada suatu arah yang mendukung kebijakan yang mereka lewati. Ketika
membandingkan model untuk sebuah realitas politik, tidak ada keraguan bahwa legislator
membawa pendapat kebijakan mereka sendiri untuk mereka, dan bahwa mereka mencoba
untuk memberlakukan undang-undang berdasarkan pendapat-pendapat mereka.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Didik J. Rachbini. 2006. “Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik”. Ghalia
Indonesia, Depok.

Deliarnov, 2006. Ekonomi Politik. Erlangga, Surabaya

Ahmad Erani Yustika. 2009. “Ekonomi Politik: kajian teoretis dan analisis empiris”. Pustaka
pelajar, Malang

Shughart II , William F., & Fred S. McChesney, 2010. Public choice theory and antitrust policy.
Dalam Public Choice (2010) 142: 385–406 Department of Economics, University of Mississippi,
P.O. Box 1848, University, MS

12

Anda mungkin juga menyukai