Anda di halaman 1dari 4

AKTOR DAN PELAKU EKONOMI PUBLIK

AKTOR DAN PELAKU EKONOMI PUBLIK

Kinerja ekonomi publik suatu negara dipengaruhi oleh bentuk hubungan dan
interaksi para aktor dan pelaku ekonomi di negara tersebut melalui suatu mekanisme
atau aturan main (rule of the game) yang disepakati bersama. Secara umum, para aktor
atau pelaku ekonomi publik di negara yang beradap, bermartabat, dan demokratis dapat
dibagi menjadi tiga kelompok besar.
1. Penyelenggara Negara
Penyelenggara negara lazimnya terdiri dari tiga pilar berupa lembaga negara yang
saling bersinergi dalam mencapai tujuan bernegara. Agara penyelenggaraan negara
dapat berjalan dengan baik, ketiganya harus menjaga keseimbangan (check and
balances). Ketiga lembaga negara tersebut adalah:
Pertama: Eksekutif atau pemerintah (presiden,wakil presiden dan para
menterinya, gubernur, bupati, walikota, sampai lurah dan aparat birokrasinya, yang
bertugas di pusat maupun di daerah) sebagai pelaksana undang-undang dan peraturan
untuk kepentingan publik (dari berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara) yang
sudah disepakati dan disetujui rakyat melalui wakilnya di parlemen.
Kedua: Legislatif atau parlemen (di pusat maupun di daerah) yang membuat dan
menetapkan berbagai undang-undang untuk kepentingan publik (dari berbagai sisi
kehidupan berbangsa dan bernegara) yang berlau di negara tersebut.
Ketiga: Legislatif atau lembaga peradilan, yang menerjemahkan, menafsirkan
undang-undang tersebut di masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan budaya dan peradaban bangsa ini, pasca
reformasi tahun 1998, penyelenggara negara di Indonesia tidak hanya terdiri dari 3
lembaga tersebut, tetapi sudah dilengkapi dengan beragai lembaga kuasi negara yang
juga berperan tidak kalah penting dalam menyelenggarakan urusan negara ini dalam
mencapai tujuan bernegara. Lembaga kuasi (quasy) itu misalnya Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Mahkamah Konstitusi (MK), dan
Komisi Yudisial (KY).

Kelompok penyelenggara negara ini mempunyai peran strategis dan penting dalam
ekonomi publik. Kelompok inilah yang mengatur proses atau aturan main dalam
berjalannya aktivitas ekonomi di masyarakat melalui berbagai peraturan dan
kebijakannya. Berbagai peraturan kebijakan penyelenggara negara ini berujung pada
bentuk alokasi dan distribusi penggunaan sumber daya (recources) yang
menggerakkan aktivitas ekonomi di masyarakat. Hasil dari kebijakan yang dibuat
penyelenggara negara ini adalah terbentuknya iklim usaha (business climate) yang
merupakan faktor penentu bagi pengusaha untuk melakukan aktivitas usahanya
menghasilkan barang dan jasa, dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang
membutuhkannya.
Selain itu, penyelenggara negara tersebut tersebut berperan strategis karena
kelompok inilah (pemerintah dan parlemen) yang menentukan besaran (volume) serta
alokasi dan distribusi (dari mana sumbernya, untuk apa digunakan, dan siapa yang
menggunakan) sumber daya negara dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (APBN/D). Kebijakan mengenai besaran atau volume serta alokasi
APBN/D digunakan untuk mempengaruhi atau merangsang aktivitas ekonomi
publik.Kebijakan APBN ini dikenal juga dengan istilah kebijakan fiskal (fiscal policy)
dalam ekonomi makro.
2. Kelompok Dunia Usaha
Kelompok ini adalah para pengusaha (pebisnis) yang berprofesi dan berperan
sebagai penghasil (produsen) barang dan jasa di masyarakat, dengan tujuan mendapat
laba usaha. Kelompok dunia usaha atau pelaku bisnis ini terdiri dari berbagai bentuk
(berbadan hukum, seperti PT, CV, firma, dan koperasi, milik domestik atau PMDN, milik
asing atau PMA, milik BUMN dan BUMD, maupun yang tidak berbadan hukum) dan
berbagai skala usaha, seperti usaha besar atau konglomerasi, usaha menengah, usaha
kecil, koperasi, sampai usaha rumah tangga.
Kelompok bisnis ini adalah aktor atau pelaku kegiatan ekonomi publik yang
berperan nyata di lapangan. Kelompok inilah yang menggerakkan ekonomi
publik yang menciptaka nilai tambah di tengah masyarakat, seperti membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, menghasilkan barang dan jasa untuk
kebutuhan masyarakat konsumen (domestik maupun asing), dan membayar pajak dan
retribusi kepada negara (sebagai sumber utama keungan negara). Dengan
demikian, sebenarnya peran pelaku usaha ini cukup penting dalam menentukan
perkembangan ekonomi publik. Walaupun,kelompok ini adalah kelompok yang
menggerakkan ekonomi publik, dalam beroperasi kelompok dunia usaha ini dipengaruhi
oleh iklim usaha yang diciptakan oleh penyelenggara negara melalui berbagai
kebijakan dan aturan main bisnis yang berlaku di negara tersebut.
3. Kelompok Masyarakat Madani
Kelompok ini adalah masyarakat yang peduli (concern and care) terhadap hak-hak
publik dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Kelompok ini lebih mewakili
kepentingan publik dan masyarakat luas, sebagai konsumen dari barang dan jasa yang
dihasilkan para produsen maupun konsumen dari pelayanan yang disediakan oleh
negara, dan produsen dari faktor produksi, seperti tenaga kerja, pemilik modal, dan
pemilik faktor produksi lainnya.
Masyarakat madani ini terdiri dari berbagai bentuk masyarakat, misalnya Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok swadaya lainnya (Non Governmental
Organization/NGO), asosiasi profesi, perguruan tinggi dan organisasi massa ( dalam
bidang keagamaan maupun di luar bidang ini). Masyarakat madani ini adalah aktor atau
pelaku perannya tidak lansung dan kurang jelas dalam aktivitas ekonomi publik seperti
halnya para pelaku bisnis. Namun, kelompok ini lebih mewakili kepentingan
masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat konsumen, pengguna barang dan
jasa, maupun pemilik faktor produksi dan sumber daya yang digunakan oleh produsen
maupu negara dalammenjalankan perannya masing-masing. Masyarakat madani dapat
berperan sebagai aktor yang mewakili kepentingan tenaga kerja (labor force), maupun
faktor produksi lainnya yang digunakan oleh para pebisnis, dan kepentingan membayar
pajak (tax payer) yang membiayai kehidupan bernegara dan berbangsa.
Dalam praktek kehidupan sehari-hari , di negara demokrasi kelompok madani ini
adalah kelompok yang kritis sehingga kadangkala terlihat sebagai kelompok
penekan (pressure group) bagi pihak lain. Bernagai masalah kepentingan publik secara
luas sering diangkat ke permukaan sering mereka minta
penyelesaiannya dari penyelenggara negara, seperti masalah kesejahteraan
masyarakat, masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran, masalah keadilan,
masalah penegakan hukum di masyarakat, masalah lingkungan, perlindungan
konsumen, perlindungan tenaga kerja, masalah kesehatan, dan lainnya yang berkaitan
dengan kepentingan orang banyak.
Walaupun kelompok ini (civil society) terlihat kurang menonjol dalam menggerakkan
ekonomi publik dibandingkan dengan kedua kelompok lain, di negeri yang makin
demokratis dan yang rakyatnya makin maju, kelompok masyarakat madani ini dapat
menjadi kelompok penekan sehingga memengaruhi kebijakan dan perilaku
penyelenggara negara (political society) maupun kebijakan dan perilaku masyarakat
pebisnis (business society) dalam aktivitas ekonomi publik.
Penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari
keseimbangan berbagai kepentingan yang ada dalam negeri dan kepentingan pihak
asing diluar negeri. Bahkan bila kepentingan asing (foreign interest) pada kehidupan
berbangasa suatu negara makin lama terlihat makin menonjoldibandingkan
kepentingan nasional dan kepentingan publik, yang disebabkan terutama
oleh lemahnyakepentingan (leadership) dari pemerintah negara tersebut,
kedaulatan negara menjadi kedaulatan semua atau menjadi jargon belaka.

Keseimbangan kepentingan berbagai kelompok masyarakat (balanced of power)


juga dapat digambarkan dari keseimbangan berbagai kepentingan ekonomi masing-
masing kelompok di masyarakat. Keseimbangan ini sangat berpengaruh terhadap kinerja
ekonomi publik dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam prakteknya,
negara tidak jarang disusupi oleh kepentingan asing atau ada kelompok yang memakai
kekuatan asing untuk kepentingan kelompoknya, sehingga kepentingan publik domestik
atau nasional terabaikan, yang mengakibatkan rakyat hanya menjadi jargon kampanye
para politicus dalam berebut kekuasaan, namun kesejahteraan rakyat masih jauh dari
kenyataan. Di sini tampak pentingnya kepedulian antar sesama anak bangsa, atau lebih
dikenal dengan etika berbangsa dan bernegara, yaitu senasib sepenanggungan, atau
nasionalisme, yang menjadi modal membangun kesejahteraab
bersama yang berdaulat dan bermartabat sehingga dihormati dan disegani (dan
tidak diganggu) oleh bangsa atau negara lain.

Anda mungkin juga menyukai