Anda di halaman 1dari 21

MODEL-MODEL

PROSES PERUMUSAN
KEBIJAKAN PUBLIK
KULIAH SESI KE 2, TGL 3 APRIL 2023
(MODUL 6)
PENGERTIAN MODEL
• Model merupakan penyederhanaan dari kenyataan persoalan yang dihadapi,
diwujudkan dalam hubungan kausal atau fungsional (Mustopadidjaja, 1988).
• Model adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yg terpilih dr
suatu kondisi masalah yg disusun utk tujuan tertentu (William Dunn)
• Model dapat digambarkan dalam bentuk skematik model (seperti flow chart
dan arrow diagram), fisical model (seperti miniatur), game model (seperti
adegan latihan kepemimpinan, latihan manajemen), simbolik model (seperti
ekonometrika dan program komputer).
• Model merupakan alat bantu dalam perumusan dan pembuatan kebijakan
publik.
• Manfaat penggunaan model adalah mempermudah deskripsi persoalan secara
struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari
ada atau tidak adanya perubahan-perubahan karena faktor penyebab
(eksplanasi).
KARAKTERISTIK MODEL
• Sederhana dan jelas (clear)
• Ketepatan identifikasi aspek penting problem kebijakan
(precise)
• Menolong atau memudahkan dalam pengkomunikasian
(communicable)
• Usaha langsung untuk memahami kebijakan publik secara
lebih baik (manageable)
• Memberikan penjelasan dan memprediksi konsekuensi
(consequences)
MODEL DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
• 1. Model Rasional Komprehensif
• 2. Model Inkremental
• 3. Model Pengamatan Campuran (Mixed Scanning)
• 4. Garbage Can
• 5. Model Sistem
• 6. Model Kepuasan
1. MODEL RASIONAL
• Disebut juga sebagai kebijakan laba sosial maksimal atau model untuk
keuntungan sosial maksimal.
• Hasil kebijakan harus memberikan keuntungan bagi masyarakat yg telah
membayar lebih, dan pemerintah mencegah kebijakan bila biaya melebihi
manfaatnya.
• Masalah-masalah dipecahkan secara rasional, dengan mengumpulkan
seluruh informasi yang relevan ttg masalah dan pemecahan alternatif bagi
mereka, kemudian memilih alternatif yang terbaik.
• Rasional diidentikkan dengan efisien, meskipun efisiensi yang dimaksud
tidak dalam batas perhitungan ekonomi, tetapi mencakup nilai sosial, politik
dan ekonomi yang dikorbankan, atau dicapai oleh sebuah kebijakan publik
Thomas R. Dye dalam Winarno (2016:97)
VISUALISASI LANGKAH PERUMUSAN

Sumber : Suwitri (2009:38)


2. MODEL INKREMENTAL
• Model inkremental memandang bahwa pembuatan keputusan bagi pemecahan
masalah untuk mencapai tujuan, dipilih melalui trial and error dari pada melalui
evaluasi menyeluruh. Ini merupakan kritik terhadap model rasional, karena pada
dasarnya pembuat kebijakan tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten
terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya dan lebih suka berbuat sedikit demi
sedikit untuk perbaikan kebijakan. Mengapa ?
• 1. Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya utk penelitian thdp nilai-nilai
sosial masyarakat yg merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan.
• 2. Adanya kekhawatiran ttg bakal munculnya dampak yg tdk diinginkan sbg akibat dr
kebijakan yg belum pernah dibuat sebelumnya.
• 3. Adanya hasil-hasil program dr kebijakan sebelumnya yg harus dipertahankan
demi kepentingan tertentu.
• 4. Menghindari konflik jika harus melakukan proses negosiasi yg melelahkan bagi
kebijakan baru.
APA YANG DILAKUKAN INKREMENTALIS ?

• 1. Menilai alternatif secara tidak komprehensif tapi memusatkan


perhatian hanya pada kebijakan yang berbeda secara inkremental.
• 2. Hanya sejumlah kecil alternatif kebijakan yang dipertimbangkan.
• 3. Setiap alternatif kebijakan, hanya sejumlah kecil konsekuensi
akibat-akibat kebijakan penting yang terbatas saja yang dinilai.
• 4. Setiap masalah yg menantang pembuat kebijakan secara terus
menerus diredefinisikan.
• 5. Tidak ada keputusan tunggal atau solusi "benar" untuk suatu
masalah (There is no single decision or “right” solution for a problem).
VISUALISASI MODEL INKREMENTAL
3. MODEL MIXED-SCANNING;
• Merupakan penggabungan (mixed) atau pengamatan terpadu dari model
rasional dan incremental, dengan menyadari kelemahan dari masing-masing
model tersebut.
• Kelemaham model rasional cenderung kurang efisien (menghitung semua
elemen), sementara inkremental cenderung konservatif mempertahankan status
quo.
• Amitai Etzioni menggabungkan dengan dua cara keputusan:
• 1). Keputusan fundamental, yaitu keputusan-keputusan yang disusun dari
seleksi menyeluruh terhadap alternatif utama yang diambil pembuat kebijakan
publik dalam rangka mencapai tujuan. 2). Keputusan incremental, yaitu
keputusan-keputusan yang dibuat secara incremental atau perubahan sedikit-
sedikit dari keputusan-keputusan fundamental yang telah dibuat sebelumnya.
CONTOH DLM KEBIJAKAN
• Kebijakan publik untuk meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan.
• Langkah pertama adalah proses perumusan rasional, akan disusun aspek-aspek yang berkaitan
dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi,
ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida.
• Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai faktor penghambat atau pendorong
untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu
kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin resiko kerugian dan inefisiensi. Dari berbagai
alternatif akhirnya diambil keputusan bahwa peningkatan produksi beras melalui suntikan dana
100 juta.
• Langkah selanjutnya penyusunan kebijakan inkremental. Tahun 2001 produksi beras 10
ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat
menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat
kebijakan publik pada tahun 2003 produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan
suntikan dana 300 juta. Keputusan kebijakan publik ini akan “sedikit” berubah dari kebijakan
yang lalu apabila aspek-aspek yang mempengaruhi pada perumusan rasional mengalami
perubahan.
4. MODEL GARBAGE CAN
• March dan Olsen mengusulkan apa yang disebut ”model kaleng sampah‟
dari pembuatan keputusan yang menolak rasionalitas dan menerima
irrasional.
• March dan Olsen secara sengaja menggunakan metafora kaleng sampah
untuk mengupas aura dari ilmu pengetahuan dan rasionalitas, dalam
mencari alternatif yang tujuannya seringkali tidak diketahui para pembuat
kebijakan, sebagaimana hubungan kausal.
• Dalam pandangan mereka, para pelaku menentukan tujuan yang sederhana
dan memilih alternatif-alternatif ketika mereka berada dalam suatu proses
yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
KALENG SAMPAH: LANJUTAN1

• Di sini pertimbangan konteks ketika kebijakan diputuskan menjadi sangat


menentukan. Biasanya referensi masa lalu menjadi acuan pertimbanganya,
terutama untuk situasi yang serupa.
• Model Garbage Can melihat bahwa proses perumusan kebijakan sebagai
proses mencocokan permasalahan, solusi, partisipan dan choice-
opportunity.
• Hal ini bisa digambarkan dengan ilustrasi orang memasukkan sampah;
berupa problem, berbagai alternatif solusi, serta energi yang dimilki; ke
dalam keranjang sampah; yaitu konteks kelembagaan yang ada, dan
berharap bahwa rangkaian problem dan solusinya, yang sesuai dengan
konteks kelembagaan dan energi yang dimiliki akan muncul dari keranjang
sampah tersebut.
CONTOH GARBAGE CAN
• Proses perumusan kebijakan terkait dengan Penanganan Covid 19 di suatu
daerah.
• Ada sekurang-kurang empat tahapan yang harus dilalui dan dicocokan;
permasalahan, solusi, partisipan, dan choice-opportunity.
• Permasalahan yang ditetapkan sedapat mungkin dikaitkan dengan konteks
kewilayahan, kondisi sosial budaya, ekonomi maupun politiknya. Misal di
Jakarta yang masyarakatnya egaliter, dengan tingkat perkembangan
ekonomi yang relatif maju, dan kondisi politiknya dengan tingkat partisipan
yang tinggi, perlu menjadi pertimbangan.
• Solusi yang dikedepankan harus disesuaikan dengan permasalahan yang
muncul terkait kondisi kewilayahan yang ada.
GARBAGE CAN:LANJUTAN

• Partisipan, dalam kondisi Jakarta yang masyarakatnya sudah relatif maju,


sebaiknya prosesnya lebih terbuka dalam arti dibuka peluang partisipasi yang
lebih, hal ini untuk menjaga terjadinya penolakan terhadap out put kebijakan
yang diputuskan nantinya.
• Choice-opportunity, berbagai pilihan kebijakan harus mengacu pada kenyataan
dan daya dukung sumber daya serta kesempatan/peluang yang bisa dilakukan.
• Pilihan untuk lockdown, atau semi lockdown, harus mempertimbangkan
kenyataan di lapangan dan daya dukung serta kesempatan yang ada. Di mana
dalam pilihan-pilihan kebijakan dan perumusan solusi tersebut sebanyak
mungkin melibatkan partisipasi masyarakat.
• Asumsinya semakin banyak yang terlibat semakin banyak referensi yang
dijadikan rujukan. Referensi atas dasar pengalaman masa lalu masing-masing.
5. MODEL SISTEM POLITIK
• Proses pengambilan keputusan kebijakan publik berlangsung melalui
tahap input-proses-output.
• Input terdiri atas tuntutan yang datang dari masyarakat berupa
kepentingan-kepentingan dari kelompok masyarakat maupun individu
yang diperjuangkan oleh kekuatan-kekuatan politik di tingkat infrastruktur,
bila memperoleh dukungan, akan diproses menjadi isu politik yang
kemudian akan dikonversi menjadi keputusan atau kebijakan.
• Kebijakan publik yang kemudian diimplementasikan tersebut akan
mendapat reaksi atau menjadi umpan-balik yang kemudian menjadi input
baru dalam proses politik tersebut.
VISUALISASI MODEL SISTEM POLITIK
MODEL SISTEM POLITIK :LANJUTAN

• Sistem tersebut berada di dalam lingkungan (sistem sosial, ekonomi,


budaya) atau sistem lain sebagai sisi eksternalnya. Dimana sistem politik
sebagai lingkungan internal.
• Lingkungan internal dan eksternal berinteraksi secara terbuka, sehingga
bisa saling mempengaruhi.
• Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa model sistem politik ini bias
teori demokrasi, sehingga tidak cocok untuk menjelaskan kenyataan di luar
negara demokrasi.
6. MODEL KEPUASAN
• Model Simon ini didasarkan pada premis kualitas yang memuaskan
merupakan kualitas yang terbaik yang sebenarnya bisa dicapai oleh
pembuat keputusan.
• Kekuatan utama dari model ini terletak pada pandanganya yang realistic
dan didasarkan pada aspek-aspek sosio-psikologis dari teori organisasi.
• Berdasarkan pada asumsi-asumsi model ini para administrator berusaha
mencari alternatif-alternatif yang paling memuaskan.
• Bila pencarian alternatif-alternatif yang memuaskan tidak tercapai, para
administrator cukup mengurangi ukuran kepuasaanya. Sebaliknya bila
kepuasan dengan mudah bisa dicapai akan meningkatkan ukuranya.
DAFTAR PUSTAKA
• 1. William Dunn, 1999, Analisa Kebijakan Publik ,Yogyakarta : Gajah Mada
• 2. Budi Winarno, 2012, Kebijakan Publik, Teori, Proses dan Studi Kasus,
Yogyakarta : CAPS
• 3. Solahudin Kusumanegara, 2010, Model dan aktor dalam Proses Kebijakan
Publik, Yogyakarta, Gava Media
• 4. Riant Nugroho, 2014, Public Policy , edisi 5 , PT. Elex media komputindo,
Gramedia
KULIAH SESI KE 3 SELESAI

Anda mungkin juga menyukai