Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesiapan dan koordinasi seluruh unit entitas akuntansi, unit entitas

pelaporan, unit perbendaharaan dan unit penyusun standar akuntansi untuk

melaksanakan peran dan kewenangan masing-masing dalam implementasi

akuntansi berbasis akrual secara penuh membutuhkan waktu yang tidak singkat

untuk mewujudkannya. Terkait dengan hal tersebut dan untuk meningkatkan

transparansi, akuntabilitas, dan kualitas pengambilan keputusan sebagai bagian dari

reformasi manajemen keuangan publik, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) membuat kesepakatan yang menyatakan bahwa implementasi akuntansi

pemerintahan berbasis akrual ditunda pelaksanaannya hingga paling lambat pada

tahun 2015. Kesepakatan ini dituangkan dalam UU Pertanggungjawaban APBN,

yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Berbasis Akrual)

sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP,

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

laporan keuangan pemerintah. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

independen yang menyusun SAP tersebut dan ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah setelah mendapat pertimbangan dari BPK yaitu Badan Pemeriksa

Keuangan.

1
2

Sesuai dengan kerangka waktu implementasi SAP berbasis akrual

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tahun 2014

merupakan tahun terakhir dimana pemerintah diperkenankan menggunakan basis

kas menuju akrual (cash toward accrual). Pada tahun 2015, pemerintah pusat dan

daerah wajib menggunakan basis akrual dalam penyajian laporan keuangan

(Azwar, 2016: 112).

Beberapa sistem aplikasi teknologi informasi yang digunakan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran negara yang telah

berjalan sejak tahun 2005 diantaranya RKAKL (Rencana Kerja Anggaran

Kementerian Lembaga), DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), SPM (Surat

Perintah Membayar), SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual),

SIMAK-BMN (Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik

Negara), Persediaan adalah aplikasi yang digunakan satker untuk menatausahakan

barang-barang persediaan atau barang habis pakai. Masing-masing sistem aplikasi

diatas bersifat terpisah (stand alone) dan memiliki database yang terpisah, namun

interaksi data baik input maupun outputnya saling berkaitan satu sama lain. Oleh

karena itu, untuk merekam suatu transaksi akuntansi, diperlukan proses entry data

yang berulang pada beberapa aplikasi tersebut.

Dengan demikian, sejalan dengan usaha untuk menyelaraskan aplikasi-

aplikasi yang digunakan satker, perlu dilakukan pengintegrasian aplikasi- aplikasi

sebelumnya ke dalam satu sistem aplikasi satker yang terintegrasi dengan database

yang tersentralisasi, berbasis online dan dapat terkoneksi dengan SPAN. Oleh

karena itu, pada akhir tahun 2015 pemerintah meluncurkan sebuah sistem yang
3

bernama Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI). SAKTI merupakan

aplikasi sistem informasi yang dibangun untuk mendukung pelaksanaan sistem

perbendaharaan dan penganggaran negara pada tingkat instansi

(kementerian/lembaga) yang meliputi modul penganggaran, modul komitmen,

modul pembayaran, modul bendahara, modul aset tetap, modul akuntansi dan

pelaporan dengan memanfaatkan sumber daya dan teknologi informasi (Mukhamad

Gufron Ikhsan, 2017:2).

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah unit Eselon I

Kementerian Keuangan. Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II adalah unit Eselon

II Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di wilayah Jawa Timur. Dalam

kaitannya dengan penyajian laporan keuangan, selain sebagai Unit Akuntansi

Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II juga

sebagai Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran

Wilayah (UAPPA-W) yang merupakan unit akuntansi pada tingkat wilayah yang

melakukan penyusunan Laporan Keuangan atas wilayah yang menjadi tanggung

jawabnya. Adapun wilayahnya meliputi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe

Madya Cukai Malang, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Cukai

Kediri, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Pabean Madiun, Kantor

Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya pabean Blitar, Kantor Pengawasan dan

Pelayanan Tipe Madya Pabean Probolinggo, Kantor Pengawasan dan Pelayanan

Tipe Madya Pabean Jember, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya

Pabean Banyuwangi dan Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II sendiri sebagai

UAKPA. Kedelapan satuan kerja tersebut menyusun dan menyampaikan laporan


4

keuangan kepada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II sesuai jadwal sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 222/PMK.05/2016 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang

Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/

Lembaga, dan Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II mengompilasi laporan

keuangan satuan kerja tersebut untuk menjadi laporan keuangan tingkat wilayah.

Dalam penyusunan laporan keuangan dengan aplikasi SAKTI, terdapat

beberapa permasalahan yang ditemukan, diantaranya jurnal yang telah diinput dan

diposting pada aplikasi SAKTI Modul Pelaporan tidak menghasilkan update data

pada laporan neraca, output neraca dari Modul GLP (General Ledger dan

Pelaporan) dan Modul Aset terdapat perbedaan nominal. Pada modul Aset, terdapat

kesalahan pendetailan barang, dimana barang tersebut seharusnya diinput sebagai

aset namun saat pencatatan diinput sebagai jasa. Selain itu pada Modul Persediaan,

terjadi penyesuaian nilai persediaan yang terlalu tinggi, sebagai akibat dari

perbedaan harga satuan antara barang persediaan eksisting dengan barang

persediaan yang baru dibeli. Penggunaan aplikasi SAKTI yang kurang fleksibel

karena masih bergantung pada jaringan internet internal Kementerian Keuangan,

serta sangat memerlukan jaringan yang stabil untuk mendukung kinerja aplikasi

SAKTI tersebut.

Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II beserta satuan kerjanya telah

menerapkan aplikasi Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) sejak

tahun 2019. Sebagai bagian dari proyek pelaksanaan Piloting SAKTI di lingkungan

Kementerian Keuangan, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II beserta satuan


5

kerjanya telah mengikuti bimbingan teknis penerapan piloting SAKTI pada akhir

tahun 2018. Bimbingan teknis tersebut diikuti oleh Bendahara Pengeluaran, staf

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Petugas Pengelola Administrasi Belanja

Pegawai (PPABP), serta Operator Laporan Keuangan dan Aset. Pada masa

persiapan Piloting SAKTI tahun 2019, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II

berusaha mempersiapkan sarana prasarana pendukung demi kelancaran Piloting

SAKTI tersebut, walaupun ditemukan beberapa kendala, salah satunya, tidak semua

aplikasi SAKTI yang telah terinstal pada Personal Komputer dan laptop dapat

diakses. Sebagai aplikasi yang baru diterapkan, pengelola keuangan di lingkungan

Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II masih terbiasa dengan sistem sebelum

aplikasi SAKTI sehingga saat penerapan piloting SAKTI masih terdapat kesalahan

prosedur. Masalah-masalah tersebut tentu berpengaruh terhadap penyajian laporan

keuangan pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II selaku UAPPA-W.

Dari uraian diatas, maka penelitian tentang “Analisis Penerapan Sistem

Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) dalam Penyajian Laporan Keuangan

pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II” menarik untuk dilakukan.

1.2.Fokus Penelitian

Penerapan Aplikasi SAKTI pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II

pada tahun 2019 merupakan piloting, dimana dalam pelaksanaannya masih banyak

terdapat kekurangan. Salah satunya yang merupakan fokus penelitian ini adalah

pada kesesuaian antara laporan keuangan yang dihasilkan atas penerapan Sistem

Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) pada Kantor Wilayah DJBC Jawa
6

Timur II dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

1.3. Perumusan Masalah

Tahun 2019 merupakan tahun pertama pelaksanaan piloting SAKTI

pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II dan didapatkan permasalahan sebagai

berikut :

1. Apakah laporan keuangan yang dihasilkan atas penerapan Sistem Aplikasi

Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur

II telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan?

2. Bagaimana Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) diterapkan

dalam penyusunan laporan keuangan Kanwil DJBC Jawa Timur II?

3. Apakah terdapat kendala dalam penerapan Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi

(SAKTI) pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II?

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang dihasilkan atas penerapan

Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) pada Kantor Wilayah

DJBC Jawa Timur II telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi

(SAKTI) diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan Kanwil DJBC

Jawa Timur II
7

3. Untuk mengetahui apakah terdapat kendala dalam penerapan Aplikasi

Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) pada Kantor Wilayah DJBC Jawa

Timur II.

1.5. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan atas pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Peneliti

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan sebagai

praktek atas teori yang telah dipelajari dimasa perkuliahan.

2. Akademisi

Untuk bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah

wawasan kepada akademisi mengenai penerapan Sistem Aplikasi Keuangan

Tingkat Instansi (SAKTI) dalam penyajian laporan keuangan tingkat

wilayah pada Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II.

3. Pemerintah

Dapat bermanfaat bagi Institusi Pemerintah dalam memberikan masukan

guna meminimalisir kendala dalam penerapan Sistem Aplikasi Keuangan

Tingkat Instansi (SAKTI).

Anda mungkin juga menyukai