Anda di halaman 1dari 36

Seri 4

Pedoman Teknis Asistensi BLUD

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BUKU III
PEDOMAN TEKNIS
ASISTENSI PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN
(CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN)
BLUD

DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA


2008
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena dengan rakhmatNya-lah buku Pedoman Teknis Asistensi
Penyusunan Laporan Keuangan bagi BLUD ini dapat disusun. Buku ini
merupakan bagian dari buku seri Pedoman Teknis Asistensi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) yang disusun oleh Satuan Tugas BLUD Deputi Bidang
Akuntan Negara BPKP.

Pedoman teknis asistensi ini ditujukan kepada para pejabat struktural dan
fungsional yang diberi tugas untuk membantu Rumah Sakit Daerah (RSD).
Namun demikian, pedoman ini dapat juga dijadikan acuan untuk melakukan
asistensi pada SKPD yang menyediakan produk selain jasa pelayanan
kesehatan.

Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan bagi BLUD ini


terdiri dari 3 (tiga) buku,

Buku I : ”Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan


(Neraca) BLUD”

Buku II : ”Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan


(Laporan Realisasi Anggaran) BLUD”

Buku III : ”Pedoman Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan


(Catatan Atas Laporan Keuangan) BLUD”

Laporan Keuangan Pokok merupakan salah satu persyaratan administratif


bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang akan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan (PPK)-BLUD. Laporan Keuangan ini merupakan
dokumen standar tentang penyelenggaraan administrasi keuangan yang harus
diselenggarakan oleh Rumah Sakit Daerah (RSD).

Salah satu bantuan riil kepada RSD agar dapat memenuhi persyaratan
administratif untuk menerapkan PPK-BLUD dan dapat mengimplementasikan

i
praktek bisnis yang sehat, adalah dengan memberikan asistensi penyusunan
laporan keuangan.

Sangat disadari bahwa buku pedoman ini masih memiliki banyak kekurangan.
Segala masukan, kritik, dan saran dari para pengguna pedoman sangat
diharapkan, agar pedoman ini dapat disempurnakan. Akhir kata, semoga
pedoman teknis ini dapat memberikan manfaat bagi para penggunanya.

Jakarta, 9 Desember 2008


Deputi Bidang Akuntan Negara

Ardan Adiperdana
NIP 060054989

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Umum
Tujuan
Ruang Lingkup

BAB II STRUKTUR DAN ISI LAPORAN

BAB III PENYAJIAN INFORMASI TENTANG KEBIJAKAN KEUANGAN,


EKONOMI MAKRO, PENCAPAIAN TARGET PERDA APBD,
BERIKUT KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM
PENCAPAIAN TARGET

BAB IV PENYAJIAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN


SELAMA TAHUN PELAPORAN

BAB V DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN


PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN

BAB VI PENGUNGKAPAN INFORMASI

Lampiran:
Lampiran I : Contoh Format Catatan atas Laporan Keuangan Rumah Sakit
Daerah BBB

1
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan Keuangan merupakan salah satu komponen penting yang


merupakan salah satu persyaratan administratif bagi Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) yang akan menerapkan PPK- BLUD.
Sampai saat ini, telah ada beberapa rumah sakit daerah (RSD) yang telah
memanfaatkan BPKP (Perwakilan Provinsi) sebagai fasilitator dalam
menyusun laporan keuangan dan beberapa persyaratan administratif
lainnya dalam rangka penerapan PPK-BLUD. Namun begitu, BPKP Pusat
belum menerbitkan pedoman/ manual yang terkait dengan hal tersebut
diatas sehingga BPKP Perwakilan dalam melakukan kegiatan asistensi
penyusunan laporan keuangan dan dokumen lainnya hanya berdasarkan
ketentuan perundangan yang ada dan referensi yang relevan. Akibatnya,
terdapat kemungkinan keberagaman substansi atas produk yang sama.
Berdasarkan kondisi diatas, Direktorat Pengawasan BUMD, bekerja sama
dengan Perwakilan BPKP Jawa Timur, berinisiatif untuk menyediakan
pedoman bagi fasilitator untuk membantu pihak RSD dan SKPD lainnya
dalam menyusun laporan keuangan dan pada akhirnya diharapkan pihak
RSD dan SKPD lainnya dapat menyusun laporan keuangan secara mandiri
dan berkesinambungan.

B. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi BPKP sebagai Auditor intern pemerintah
yang praktis dan terpercaya dalam mentransformasikan manajemen

2
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
pemerintah menuju pemerintah yang baik dan bersih, sudah sepantasnya
BPKP memberikan bantuan terhadap Instansi Pemerintah/Pemda/SKPD di
seluruh Indonesia. Salah satu bantuan riil kepada RSD agar dapat
menyusun Laporan Keuangan. Pedoman Asistensi Penyusunan Laporan
Keuangan ini sekaligus merupakan sarana bagi Perwakilan BPKP untuk
menambah wawasan (pola pikir) bagi fasilitator dalam memfasilitasi
penyusunan laporan keuangan RSD dan SKPD lainnya.

C. Ruang Lingkup
Sebagai salah satu syarat administratif bagi disetujuinya suatu RSD
menjadi BLUD yaitu harus dapat menyajikan Laporan Keuangan yang terdiri
dari :
− Laporan Realisasi Anggaran
− Neraca
− Catatan atas Laporan Keuangan

Oleh karena itu, untuk keperluan penyusunan laporan keuangan pertama


kali, RSD/SKPD perlu melakukan inventarisasi terhadap aset dan
kewajibannya.
Sesuai pasal 332 Permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, penyusunan laporan keuangan SKPD
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006. Dengan
demikian sangat dimungkinkan SKPD/RSD sampai saat ini belum
menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu petunjuk teknis ini
diperuntukan bagi SKPD yang belum menyusun laporan keuangan.

Pada saat ini terdapat 4 (empat) asumsi yang menunjukkan posisi suatu
Pemda dalam penerapan Permendagri 13/2006 yang berpengaruh pada
penerapan SAP suatu SKPD yaitu :

3
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Asumsi Pertama – Pemda belum sama sekali menerapkan Permendagri
13/2006 sehingga belum ada laporan keuangan yang dihasilkan oleh
SKPD.
Asumsi Kedua – Pemda telah menyusun Laporan Keuangan berdasarkan
kewajiban sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 namun belum
menerapkan Permendagari 13/2006 sama sekali.
Asumsi Ketiga – Pemda telah menerapkan Permendagri 13/2006 secara
penuh namun sistem laporan keuangannya masih “manual” sehingga
laporan keuangan disentralisasi di Bendaharawan Umum Daerah.
Asumsi Keempat – Pemda telah sepenuhnya menerapkan secara penuh
Permendagri 13/2006 dan telah menerapkan suatu progam aplikasi (mis:
SIMDA) dalam penyusunan laporan keuangannya.

Terkait ke empat asumsi tersebut di atas, menjadikan keandalan informasi


tentang aset, kewajiban, dan aset bersih dalam laporan keuangan pertama
kali sangat penting dalam membangun sistem akuntansi RSD/SKPD,
karena jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan ini akan
menjadi saldo Awal, yang akan terus terbawa dalam sistem akuntansi pada
periode berikutnya.

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan Standar


Akuntansi Pemerintah dan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Agar
kegiatan asistensi dapat berjalan efektif, perlu menyusun langkah-langkah
yang terstruktur, bertahap, jelas, mudah dipahami, dan dapat dilaksanakan.
Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Menentukan ruang lingkup pekerjaan.
2. Pembentukan tim penyusunan Laporan Keuangan.
3. Memberikan penjelasan kepada tim counterpart yang akan
melakukan penyusunan Laporan Keuangan.
4. Menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya.
4
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
5. Meminta data Laporan Keuangan Pemda yang bersangkutan *).
6. Melaksanakan inventarisasi aset dan kewajiban.
7. Melakukan penilaian aset dan kewajiban sesuai bukti yang ada.
*) Langkah tersebut di atas dilakukan bila Pemda/SKPD telah memiliki Laporan Keuangan

8. Melakukan pengolahan data dan klasifikasi aset dan kewajiban


sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
9. Penyusunan neraca.

Keandalan informasi tentang aset, kewajiban, dan ekuitas dalam laporan


keuangan pertama kali sangat penting dalam membangun sistem akuntansi
RSD/SKPD, karena jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan
ini akan menjadi saldo Awal, yang akan terus terbawa dalam sistem
akuntansi pada periode berikutnya.

5
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB II

STRUKTUR DAN ISI

Prinsip-prinsip penyajian yang harus diperhatikan atas struktur dan isi Catatan
atas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
1. Harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang
dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas,
Termasuk pula penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen -komitmen
lainnya.

3. Menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam


rangka pengungkapan yang memadai, antara lain:
a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan;
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan;

6
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
e. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja
dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
f. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti
standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang
berhubungan. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam pengukuran persediaan.

4. Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan atas


Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar dan
skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan
padat kondisi dan posisi keuangan RSD.

7
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB III
Penyajian Informasi tentang Kebijakan Keuangan, Ekonomi
Makro, Pencapaian Target Peraturan Daerah APBD, Berikut
Kendala dan Hambatan yang Dihadapi dalam Pencapaian Target

1. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu pembacanya


untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan RSD secara
keseluruhan.

Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan


Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi keuangan
RSD serta bagaimana hal tersebut tercapai. Untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, RSD harus menyajikan informasi mengenai
perbedaan yang penting posisi dan kondisi keuangan periode berjalan bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran,
dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran.
Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi
makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan
realisasinya.

Kebijakan Keuangan
Kebijakan keuangan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan adalah kebijakan-kebijakan RSD dalam peningkatan pendapatan,
efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan.
Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan
RKA/DPA, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan
intensifikasi/ekstensifikasi pendapatan, pengembangan pasar.

8
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kebijakan Ekonomi Makro
Kondisi ekonomi makro yang pelu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan
dalam penyusunan RKA/DPA berikut tingkat capaiannya.
Indikator ekonomi makro tersebut antara lain :
− meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat yang dapat dilihat
melalui pencapaian indikator Angka Kematian Bayi (AKB), Umur
Harapan Hidup (UHH) dan Angka Pertolongan Persalinan (APP).

− Tingkat inflasi provinsi pada tahun 20XX.


− Kondisi stabilitas ekonomi makro, seperti kestabilan nilai tukar
rupiah, terkendalinya laju inflasi dan kestabilan suku bunga dalam
negeri.
− Program pembangunan kesehatan seperti Program Upaya
Kesehatan Perorangan ditujukan untuk meningkatkan akses,
keterjangkauan

2. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan perubahan


anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan
anggaran yang pertama kali disahkan oleh PPKD, hambatan dan
kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta
masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen RSD untuk
diketahui pembaca laporan keuangan.

Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan kondisi tertentu, RSD
melakukan perubahan anggaran dengan DPPA yang telah disahkan oleh
PPKD. Agar pembaca laporan keuangan dapat mengikuti kondisi dan
perkembangan anggaran, penjelasan atas perubahan-perubahan yang ada,
yang disahkan oleh Kepala SKPKD sebagai PPKD, dibandingkan dengan
anggaran pertama kali disahkan akan membantu pembaca dalam memahami
kondisi anggaran dan keuangan RSD.

9
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Dalam kondisi tertentu, RSD belum dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, misalnya penanganan pelayanan bagi penduduk miskin.
Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit, perlu
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen RSD mungkin
merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan lainnya yang dianggap
perlu untuk diketahui pembaca, misalnya kewajiban yang memerlukan
ketersediaan dana dalam anggaran periode mendatang.

10
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB IV
Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Selama
Tahun Pelaporan

1. Kinerja keuangan RSD dalam Laporan Realisasi Anggaran harus


mengikhtisarkan indikator dan pencapaian kinerja kegiatan operasional
yang berdimensi keuangan dalam suatu periode pelaporan.

Kebutuhan pengguna laporan keuangan RSD tidak hanya melihat RSD dari
sisi perubahan aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan
keuangan RSD sangat tertarik dengan kinerja RSD bila dibandingkan dengan
target yang telah ditetapkan.
Pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara
obyektif dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Keberhasilan pencapaian
kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu
program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran (output)
dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan
membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan.

Terdapat 3 (tiga) ratio utama yang ditampilkan dalam bagian ini yaitu :

a. Rasio Pemulihan Biaya (Cost Recovery Ratio)

Pendapatan Operasional
Belanja/Biaya Operasional

11
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
b. Rasio Kemadirian

Pendapatan Operasional
Total Belanja/Biaya

c. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio)

Aset Lancar
Utang/Kewajiban Lancar

2. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan


tujuan dan sasaran dari rencana strategis Pemerintah Daerah dan
indikator sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam Catatan atas Laporan


Keuangan harus:
− Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan;
− Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja
keuangan dalam satu RSD; dan
− Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh
manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa
informasi kinerja keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal;

12
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
4. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:
− Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;
− Menyajikan data historis yang relevan;
− Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana yang telah
ditetapkan;
− Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh manajemen
akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk dapat memahami
indikator, hasil, dan perbedaan yang ada dengan tujuan atau rencana.

Untuk lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan RSD harus juga


meliputi penjelasan mengenai apa yang semestinya dilakukan dan rencana
untuk meningkatkan kinerja program.

Keterbatasan dan kesulitan yang penting sehubungan dengan pengukuran dan


pelaporan kinerja keuangan harus diungkapkan sesuai dengan relevansinya atas
indikator kinerja yang diuraikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Keterbatasan yang relevan akan beragam dari satu program ke program lainnya,
namun biasanya faktor yang dibahas termasuk, antara lain:
− Kinerja biasanya tidak dapat diungkapkan secara utuh dengan hanya
menggunakan satu indikator saja;
− Indikator kinerja tidak dapat memperlihatkan alasan mengapa kinerja berada
pada tingkat yang dilaporkan; dan
− Melihat indikator kuantitatif secara eksklusif sering kali menghasilkan
konsekuensi yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, indikator kinerja harus dilengkapi dengan informasi penjelasan
yang sesuai. Informasi penjelasan ini akan membantu pengguna memahami
indikator yang dilaporkan, mendapat gambaran mengenai kinerja keuangan
RSD, dan mengevaluasi pentingnya faktor yang mendasari yang mungkin
mempengaruhi kinerja keuangan yang dilaporkan.

13
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Informasi penjelasan mungkin termasuk, sebagai contoh, informasi mengenai
faktor yang substansial yang berada di luar kendali RSD, dan informasi
mengenai faktor-faktor yang membuat RSD mempunyai pengaruh penting.

14
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB V
Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan Pengungkapan
Kebijakan Akuntansi Keuangan

Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, RSD harus


mengungkapkan dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.

Asumsi Dasar Akuntansi

Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan


laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan
diperlukan jika tidak mengikuti asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan
penjelasan.

Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, asumsi dasar


dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang
diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi
dapat diterapkan, yang terdiri dari:
− Asumsi kemandirian entitas;
− Asumsi kesinambungan entitas; dan
− Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap
sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan
keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam
pelaporan keuangan.
Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan RSD
untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh. RSD bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar
neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan

15
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi
akibat keputusan RSD, serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa RSD akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah daerah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas RSD dalam jangka pendek.
Laporan keuangan RSD harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

Pengguna Laporan Keuangan


Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda,
seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi
pemasok, pelanggan, organisasi rumah sakit, analis keuangan, calon investor,
penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, dan pihak yang berwenang membuat
peraturan.
Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi
terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian,
dan keputusan keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat
penilaian secara andal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan
jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan.
Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar
laporan keuangan tersebut dapat dimengerti.
Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan yang sangat membantu pemakai laporan keuangan, karena
kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu
komponen laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, atau laporan
lainnya terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.

16
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kebijakan Akuntansi
Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengan
kondisi RSD. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan
realitas ekonomi RSD secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan
kegiatan.

Terdapat 3 (tiga) pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi


yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen RSD:

Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya diakui
dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan
penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.

Substansi Mengungguli Bentuk Formal


Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai
dengan hakekat transaksi dan realita kejadian, tidak semata-mata mengacu
bentuk hukum transaksi atau kejadian.

Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup
material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan keputusan.

Isi Kebijakan Akuntansi

Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan menjelaskan


prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh RSD dan metode-metode
penerapannya yang secara material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi
pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip
17
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
yang sesuai. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan
Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:
− RSD yang bersangkutan;
− Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
− Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
− Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan-ketentuan masa transisi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan diterapkan oleh suatu RSD;
− Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.

Pengungkapan RSD yang membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan


umum akan sangat membantu pembaca laporan untuk dapat memahami
informasi keuangan yang disajikan pada laporan keuangan. Pembaca laporan
akan mempunyai kerangka dalam menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan
informasi mengenai RSD dan komponennya mempunyai potensi
kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada.

Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan


penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan
pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan
keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca
laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis pengukuran yang


digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih

18
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dari satu basis pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan,
maka informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk dapat
mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan basis pengukuran
tersebut.

Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi diungkapkan,


manajemen RSD harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan tersebut
dalam membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin
dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu
dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal
sebagai berikut:
− Pengakuan pendapatan;
− Pengakuan belanja;
− Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
− Investasi;
− Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak
berwujud;
− Kontrak-kontrak konstruksi;
− Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
− Kemitraan dengan pihak ketiga;
− Biaya penelitian dan pengembangan;
− Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
− Pembentukan dana cadangan;
− Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
− Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
Setiap RSD perlu mempertimbangkan jenis kegiatan-kegiatan dan kebijakan-
kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan sewa,
retribusi dan pendapatan lain-lain.

19
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang
disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu
pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak
diatur dalam Pernyataan SAP.

Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan


periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material,
perubahan kebijakan dan dampak perubahan secara kuantitatif harus
diungkapkan.

Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam


tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material
terhadap tahun-tahun yang akan datang.

20
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB VI
PENGUNGKAPAN INFORMASI

Pengungkapan Informasi yang diharuskan oleh pernyataan Standar


Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang diharuskan
dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta
pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lain.
Pengungkapan informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat
memberikan informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan
keuangan.
Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang digunakan, beberapa
transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai dampak penting bagi
RSD tidak dapat disajikan dalam lembar muka laporan keuangan, seperti
kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap,
pembaca laporan perlu diingatkan kemungkinan akan terjadinya suatu peristiwa
yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan RSD pada periode yang akan
datang.
Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus
menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian persediaan,
rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari seperti yang telah
ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan. Dalam beberapa kasus,
pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat meningkatkan pemahaman
pembaca, harus merujuk ke rincian yang disajikan pada tempat lain di laporan
keuangan.

21
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Pengungkapan Informasi untuk Pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja
dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
RSD yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan
belanja harus mengungkapkan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan pada SPAP No.04 paragraf 26
dan 76 memungkinkan RSD menyusun laporan keuangannya dengan basis
akrual untuk pendapatan dan belanja. RSD tersebut harus menyediakan
informasi tambahan termasuk rincian mengenai output entitas dan outcome
dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan
program dan laporan lain mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama
periode pelaporan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami
pos-pos aset dan kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual
pada pos-pos pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di
muka, biaya dibayar di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset
dan kewajiban tersebut merupakan akibat dari penerapan basis akrual atas pos-
pos pendapatan dan belanja.
Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara Laporan
Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan rekonsiliasi
dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari Laporan Kinerja
Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai tersebut selanjutnya
disesuaikan dengan transaksi penambahan dan pengurangan aset bersih
dikarenakan penggunaan basis akrual yang kemudian menghasilkan nilai yang
sama dengan nilai akhir pada Laporan Realisasi Anggaran.
Untuk memudahkan pengguna daftar rekonsiliasi dan penjelasan atas kondisi
yang ada pada paragraf 59 dan 60, harus disajikan sebagai bagian dari Catatan
atas Laporan Keuangan.

22
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang bila
tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan.
Suatu RSD mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan
dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
1) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada;
2) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
3) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.

Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian


penting selama tahun pelaporan, seperti:
1) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
2) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
3) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
4) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
5) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.

23
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
BAB VI
SUSUNAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan dengan susunan sebagai berikut:


1) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-
Undang APBN/Perda APBD;
2) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
3) Kebijakan akuntansi yang penting:
i. RSD;
ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
oleh suatu RSD;
v. setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
laporan keuangan.
4) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan.
5) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas, untuk RSD yang menggunakan basis akrual;
6) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum
daerah.

24
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Lampiran 1.

PENJELASAN ISI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan RSD
Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan
penyusunan laporan keuangan SKPD.

1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan


RSD
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebagai landasan hukum
penyusunan laporan keuangan RSD

1.3. Sistematika penulisan catatan tas laporan


keuangan RSD
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan
atas laporan keuangan RSD.

BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN


PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD RSD

2.1. Ekonomi Makro


Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi
yang mendasari penyusunan laporan keuangan RSD.
Informasi yang disajikan memuat tentang posisi dan
kondisi ekonomi makro periode berjalan dibandingkan

25
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan
anggaran pertama kali dan penjelasan-penjelasan
atas perubahan yang dilakukan pada RSD.

2.2. Kebijakan Keuangan


Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan
dalam penyusunan LRA dan Neraca RSD. Informasi
yang disajikan memuat tentang posisi dan kondisi
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran
sehubungan dengan realisasi anggaran RSD.

2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD RSD


Memuat penjelasan mengenai iindikator pencapaian
target kinerja APBD RSD, berupa indikator program
dan kegiatan RSD yang dilaksanakan pada tahun
pelaporan. Indikator pencapaian target kinerja
menyajikan informasi tentang pencapaian efektifitas
dan efisiensi dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
RSD.

BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja


Keuangan RSD
Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja
APBD pada RSD, berupa realisasi pencapaian
efektifitas program dan kegiatan yang dilaksanakan
RSD.

26
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
3.2. Hambatan dan Kendala yang Ada Dalam
Pencapaian Target yang Telah Ditetapkan
Memuat hambatan dan kendala yang dihadapi dalam
pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan pada
RSD, baik kendala dan hambatan yang bersifat dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan
(force majeur).

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1. Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan Keuangan


Daerah
Memuat informasi tentang entitas pelaporan
keuangan daerah RSD.

4.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan


Laporan Keuangan RSD
Memuat informasi tentang basis akuntansi yang
mendasari penyusunan laporan keuangan daerah
RSD.

4.3. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan


laporan Keuangan RSD
Memuat informasi tentang basis pengukuran atas
penyusunan pos-pos laporan keuangan daerah RSD.

4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan


Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi
Pemerintah

27
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang
telah diterapkan dan kebijakan akuntansi yang belum
diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
SAP dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan RSD.

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN RSD

5.1. Rincian dan Penjelasan Masing-masing Pos-Pos


Pelaporan Keuangan RSD.
a. Pendapatan
Memuat informasi tentang rincian dan
penjelasan pos pendapatan:
i. Pendapatan asli daerah
ii. Dana Perimbangan (khusus untuk RSD)
iii. Lain-Lain Pendapatan yang Sah
(Khusus untuk SKPKD)

b. Belanja
Memuat informasi tentang rincian dan
penjelasan pos belanja :
i. Belanja Pegawai
ii. Belanja Barang dan Jasa
iii. Belanja Modal
iv. Belanja Bunga (khusus untuk SKPKD)
v. Belanja Subsidi (khusus untuk SKPKD)
vi. Belanja Hibah (khusus untuk SKPKD)

28
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
vii. Belanja Sosial (khusus untuk SKPKD)
viii. Belanja Bagi Hasil (khusus untuk
SKPKD)
ix. Belanja Tidak Terduga (khusus untuk
SKPKD).

c. Pembiayaan (Khusus untuk SKPKD)


d. Aset
Memuat informasi tentang rincian dan
penjelasan pos asset
1) Aset Lancar
2) Investasi jangka Panjang (khusus
untuk SKPKD)
3) Aset Tetap
4) Dana Cadangan (khusus untuk
SKPKD)
5) Aset lain-Lain
e. Kewajiban
Memuat informasi tentang rincian dan
penjelasan pos kewajiban :
1) Kewajiban Jangka Pendek
2) Jewajiban Jangka Panjang (khusus
untuk SKPKD).
f. Ekuitas Dana
Memuat informasi tentang rincian dan
penjelasan pos ekuitas dana.
1) Ekuitas Dana lancar
2) Ekuitas Dana Investasi (khusus
untuk SKPKD)

29
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
3) Ekuitas Dana Cadangan (khusus
untuk SKPKD)

5.2. Pengungkapan atas Pos-Pos Asset dan


Kewajiban yang Timbul Sehubungan dengan
Penerapan Basis Akrual atas Pendapatan dan
Belanja dan Rekonsiliasinya dengan Penerapan
Basis Kas, untuk Entitas Pelaporan yang
Menggunakan Basis Akrual
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang
diharuskan oleh Pernyataan SAP. Pengungkapan
atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang
menggunakan basis akrual, rekonsiliasinya ditujukan
untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja
keuangan dengan laporan realisasi anggaran.
Laporan rekonsiliasi dimulai dengan penambahan
atau pengurangan ekuitas yang berasal dari laporan
kinerja yang disusun berdasarkan basis akrual.

BAB VI PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON


KEUANGAN RSD
Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan
dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu :
1. Domisili dan bentuk hukum suatu RSD serta juridiksi tempat
RSD tersebut berada.
2. Penjelasan mengenai sifat operasi

30
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan
operasionalnya.
4. Penggantian manajemen RSD selama tahun berjalan.
5. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
manajemen baru.
6. Komitmen atau kontijensi yang tidak dapat disajikan pada
Neraca.
7. Penggabungan atau pemekaran RSD pada tahun berjalan.
8. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya
pemogokkan yang harus ditanggung RSD .

BAB VII PENUTUP


Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan
penting tentang laporan keuangan

LANGKAH KERJA
1. Dapatkan RKA dan DPA/DPA-L/DPPA RSD yang bersangkutan
2. Dapatkan RKA dan DPA/DPA-L/DPPA SKPKD dari RSD yang
bersangkutan (jika ada) untuk melihat apakah terdapat belanja lain yang
diajukan RSD dan menjadi masuk pada anggaran SKPKD RSD yang
bersangkutan.
3. Dapatkan informasi ke Dinas/Instansi terkait (Dinas Kesehatan; Bappeda,
Instansi terkait lainnya) untuk mendapakan data ekonomi makro provinsi
yang bersangkutan; program jangka menengah dan panjang dan data lain
yang terkait.
4. Dapatkan KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPA (Prioritas dan Plafon
Anggaran) provinsi yang bersangkutan

31
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
5. Dapatkan LRA dan Neraca RSD (jika sudah ada), jika LRA dan Neraca
belum mengacu ke Permedagri 13/2006, Tim sebaiknya melakukan
pembicaraan dengan counterpart terkait dengan bentuk yang seharusnya
dan melakukan penyusunan bersama-sama, hal ini dikaitkan dengan
penyusunan LRA dan Neraca RSD
6. Dapatkan dokumen terkait landasan hukum dibentuknya RSD
7. Dapatkan Laporan Kinerja Keuangan (SPAP No.01)
8. Dapatkan Laporan Perubahan Ekuitas
9. Dapatkan kontrak-kontrak konstruksi
10. Dapatkan dokumen terkait kebijakan pengakuan dan
penghentian/penghapusan asset berwujud dan tidak berwujud
11. Dapatkan dokumen terkait kebijakan kapitalisasi pengeluaran
12. Dapatkan dokumen kemitraan dengan fihak ketiga
13. Dapatkan rincian biaya penelitian dan pengembangan (bila ada)
14. Dapatkan rincian persediaan baik yang digunakan untuk dijual maupun
untuk dipakai sendiri.
15. Dapatkan rincian Dana Cadangan
16. Lakukan analisa data-data yang diperoleh dengan mengacu pada LRA
dan Neraca yang ada untuk menampilkan informasi penting apa saja yang
akan dituangkan pada CALK.
17. Dapatkan informasi penting lain apa saja yang mungkin tidak tercakup
pada Neraca dan LRA seperti masalah hukum yang dapat mengganggu
operasionl RSD atau komitmen yang telah dibuat dengan pihak ketiga.

32
Satgas BLUD – Deputi Akuntan Negara
TIM PENYUSUN

Pengarah : Ardan Adiperdana


Penanggungjawab : Kasminto
Koordinator : 1. Erwin
2. Zainal Asrul
Tim Kerja : 1. Ramli M. Sihombing
2. Robert Paul
3. Sudarni
4. Neneng Lies Mustika
5. Mujono
6. Dwi Any Haryati
7. Maladi
8. Yuswan Farmanta
9. Sukardi
10. Juli Winarto
11. Kustoro
12. Hisam Wahyudi

Anda mungkin juga menyukai