Anda di halaman 1dari 115

KEMENTERIAN KEUANGAN RI

DIREKORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

MODUL

AKUNTANSI KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH DAN SKPD

KURSUS KEUANGAN DAERAH KHUSUS


PENATAUSAHAAN/AKUNTANSI
PENATAUSAHAAN/A KUNTANSI KEUANGAN
K EUANGAN DAERAH
(KKDK)
TAHUN ANGGARAN 2014
Andy P. Hamzah Sekolah Tinggi Akuntans
Akuntansii Negara

Arief Surya Irawan Universitas Gadjah Mada

Eko Wisnu Universitas Indonesia

Dra. Husna Roza Universitas


Univers itas Andalas

Lilik Purwanti Universitas Brawijaya

Rahmawati Universitas
Univers itas HasanuDdin

Lintje Kalangi Universitas Sam Ratulangi

Didin Solahudin DJPK, Kementerian Keuangan RI

Agus Solihin DJPK, Kementerian Keuangan RI

Dian Yulia Sari DJPK, Kementerian Keuangan RI

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Pencipta atas perkenanNya, Modul
Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik
oleh tim penyusun.

Modul ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian paket materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam Kursus Keuangan Daerah (KKD) Khusus
Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah tahun 2014 bagi pejabat/staf di lingkungan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), yang penyelenggaraannya merupakan hasil kerjasama antara 7 Center dan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Modul dalam paket tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar; bagian pertama
berisi materi-materi tinjauan pengelolaan keuangan daerah untuk menjelaskan
lingkungan akuntansi pemerintah daerah, bagian kedua berisi materi-materi sistem dan
prosedur penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah, dan bagian ketiga berisi
materi akuntansi keuangan pemerintah daerah.

Kami berharap, Modul yang telah disusun dengan mempertimbangkan aspek


kemudahan untuk dipahami ini, menjadi materi yang bermanfaat bagi peserta Kursus
Keuangan Daerah, terutama dalam meningkatkan kualitas transparansi dan
akuntabilitas keuangan publik. Semoga keseluruhan proses pembelajaran keuangan
daerah ini menjadi proses yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi yang lebih baik.

Akhirnya, kepada para penulis dan editor Modul ini, kami ucapkan terima kasih
tak terhingga dan semoga karya ini akan menjadi bagian amal saudara sekalian. Tak ada
gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang Maha
Berkarya. Kritik dan saran yang membangun dari peserta kursus, sesama pengajar dan
seluruh pembaca Modul sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas Modul. Setiap
karya haruslah dipandang sebagai produk dinamis yang selalu punya peluang untuk
ditingkatkan mutunya. Wallahu’alam bissawab.

Direktur PKD,

Adriansyah
NIP 195606071984031001

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ii


Daftar Singkatan

Istilah
Penjelasa
Penjelasan
n
(Singkat
(Singkatan)
an)
LO Laporan Operasional
Operasional

LRA Laporan Realisasi Anggaran


Anggaran

LPE Laporan Perubahan Ekuitas

LPSAL Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih

SAP Standar Akuntansi Pemerintahan


Pemerintahan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SKPKD Satuan Kerja Pengelolaan


Pengelolaan Keuangan Daerah

PPKD Pejabat Penatausahaan


Penatausahaan Keuangan Daerah

BUD Bendahara Umum Daerah

ALK Analisis Laporan Keuangan

iii
Daftar Tabel

TABEL 1 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK 2006 – 2012……………………………………40

TABEL 2 CONTOH BENTUK AKUN 4 (EMPAT) KOLOM……………………………………………………45

TABEL 3 PERBANDINGAN LAK BERBASIS CTA DENGAN LAK BERBASIS AKRUAL……………158

TABEL 4 FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN……………………………………………163

TABEL 5 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK………………………………………………………202

iv
Daftar Gambar

GAMBAR 1 KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN………………………………………………39

GAMBAR 2 ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN……………………………………………….54

GAMBAR 3 METODLOGI PEMERIKSAAN ATAS LPKD……………………………………………………192

v
Daftar Lampiran

LAMPIRAN 1 BAGAN ALIR AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN  .......................................................... 289


LAMPIRAN 2 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (1) ..................................................................................... 290
LAMPIRAN 3 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (2) ..................................................................................... 291
LAMPIRAN 4 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (1) .............................. ......................................... 292
LAMPIRAN 5 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (2) .............................. ......................................... 293
LAMPIRAN 6 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (1) ....................................................................... 294
LAMPIRAN 7 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (2) ....................................................................... 295
LAMPIRAN 8 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ...................................................................... 296
LAMPIRAN 9 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ...................................................................... 297
LAMPIRAN 10 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (1) ............................................ 298
LAMPIRAN 11 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (2) ............................................ 299
LAMPIRAN 12 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (1) ................................................ 300
LAMPIRAN 13 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ................................................ 301
LAMPIRAN 14 ARTIKEL PENYIMPANGAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA ........................................................ 302

vi
PENDAHULUAN

a. Abstraksi:
Modul Akuntansi Keuangan Pemda dan SKPD ini dapat dikatakan memiliki
empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial, artinya topik-topik yang
disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh
peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah.
Empat bagian besar dari isi Modul ini meliputi pengantar akuntansi
pemerintahan, siklus akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi
keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan keuangan daerah. Dalam materi
konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman persamaan
dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi
dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan
pemahaman untuk dapat memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi,
materi berikutnya adalah peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan
akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item pos laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan,
penyajian dan pengungkapan.
Setelah pemahaman atas pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus
akuntansi dan prinsip/kebijakan akuntansi pemerintah daerah, kemudian
dilanjutkan dengan proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan
Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan
penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah
penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu
diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat
transaksi menggunakan teknik double entry sesuai Permendagri 64 tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.
Selain berisi materi, Modul ini juga dilengkapi dengan lembar kerja peserta
(LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus
mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah
diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut
diharapkan peserta dapat mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan
laporan keuangan pemerintah daerah.

vii
b. Tujuan pelatihan
Setelah mempelajari Modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun
laporan keuangan pemerintah daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan
keuangan PPKD dan laporan keuangan konsolidasian (laporan keuangan
pemerintah daerah).

c. Peserta pelatihan
Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan Modul akuntansi keuangan daerah
ini:
1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi
keuangan daerah atau akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan
daerah.
2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan

d. Materi Pelatihan
Topik-topik yang disajikan dalam Modul ini yaitu:
Topik I : Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik II : Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Topik III : Akuntansi Keuangan Daerah
Topik IV : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Topik V : Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Topik VI : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian)
Topik VII : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Topik VIII : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

e. Metode Pelatihan
Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai
kompetensi dasar materi ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan
pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dimana pola penyampaian
materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar
pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori
dan praktek). Dalam proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses
penyusunan laporan keuangan dengan mempraktekkannya/mengerjakannya dalam
lembar kerja peserta di bagian akhir Modul ini bersama pengajar. Prinsip yang
harus dipegang adalah bahwa semua mengerjakan sama-sama baik tiap-tiap
peserta maupun pengajar, dan dicocokkan dan ketemu hasil yang sama. Sehingga
dengan demikian setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti
pemahaman setiap topik materi yang sudah dipelajari.

viii
f. Perlengkapan dan Fasilitas Pelatihan
Perlengkapan/Media Pembelajaran yang harus disiapkan untuk menyukseskan
proses pembelajaran materi ini yaitu:
1. LCD Proyektor
2. Kabel Roll (dengan jumlah colokan sebanyak jumlah peserta)
3. Laptop setiap Peserta
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penghapus
7. Lakban Kertas (untuk Pengenal Peserta)
8. Kalkulator untuk setiap peserta

g. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu:

1. Evaluasi terhadap peserta meliputi:


) Kehadiran:
o Minimum kehadiran peserta untuk dapat mengikuti ujian adalah
80% dari total hari pelatihan.
) Partisipasi di kelas
o Fasilitator memberikan penilaian atas keaktifan peserta dalam
presentasi, diskusi dan mengerjakan soal.
) Ujian
o Dilakukan dengan memberikan soal ujian proses penyusunan
laporan keuangan SKPD di akhir pertemuan.
o Nilai akhir meliputi nilai ujian, nilai partisipasi dan nilai kehadiran
dengan bobot masing-masing 60%, 30% dan 10%.
o Peserta yang dinyatakan tidak lulus akan diberikan sertifikat telah
mengikuti pelatihan.

2. Evaluasi terhadap fasilitator


) Dilakukan untuk setiap fasilitator per topik yang disampaikan.
) Meliputi aspek penilaian: kompetensi, teknik presentasi dan komunikasi,
serta sikap dan perilaku

3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan


) Dilaksanakan 2 kali yaitu di tengah waktu pelatihan dan di akhir pelatihan.
) Meliputi aspek penilaian: sarana dan prasarana, konsumsi , dan pelayanan
panitia.

ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..……………………………..…………. ii

DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………………….……………………………..……….. iii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………………………….... iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….……………………………………….… v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... VI

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………………….….. vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................X

BAB I PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ..................................................................... 14

A. REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN.  ..................................... ................................. 15


B. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN.  .......................................................................... 17
C. KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN.................................................................. 18
1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan ............................................................................. 18
2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan ............................................................................ 18
3. Peranan Laporan Keuangan .......................................................................................... 18
4. Tujuan Pelaporan Keuangan .......................................................... ................................ 19
5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi ....................................................... ...................... 20
6. Entitas Akuntansi dan Pelaporan ................................................................................... 21
7. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan .................................... ................................ 21
D. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN ......................................................... 22
1. Basis akuntansi; ................................................................. ........................................... 23
2.

x
5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam akun Pendapatan (yang menunjukkan
hak pemda), tetapi masuk dalam akun Penerimaan (yang belum tentu menjadi
hak pemda)
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain pemda yang
terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja pemda mencakup;
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasi;
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi;
c. Target dan persentase fisik;
d. Standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang
bentuknya adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan
mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah apabila 2(dua)
kali mengalami penolakan dari DPRD.
9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut sebelumnya, peraturan yang
mengakibatkan adanya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Perubahan mendasar tersebut adalah tuntutan
akan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran. Salah
satu pergeseran pengelolaan APBD berdasarkan PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, serta aturan-aturan penerusnya (pengganti) adalah
timbulnya perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintah.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang
Keuangan Negara, yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka sebagai
konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen atas peraturan perundangan
sebelumnya. Dalam kaitan dengan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah, maka diterbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22
Tahun 1999,dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 Tahun
1999. Selain itu muncul peraturan perundangan yang diamanatkan oleh UU terdahulu,
seperti PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen tentu harus
menyesuaikan dan atau mengalami perubahan atau revisi. PP Nomor 105 Tahun 2000,
misalnya, diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Begitu juga dengan peraturan yang lebih teknis, seperti Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemudian dikeluarkan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai perubahan pertama.
Selanjutnya dikeluarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang
mengatur penggunaan basis akrual dalam sistem akuntansi keuangan pemerintah, maka

16
saat ini dikeluarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) sebagai penganti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menggunakan basis kas menuju basis akrual(cash toward accrual).
Pada PP Nomor 71 Tahun 2010 diamanatkan bahwa penggunaan basis akrual dalam
sisten akuntansi keuangan pemerintah, dilaksanakan paling lambat tahun 2015. Untuk
mendukung pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintah (PUSAP).

B. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
menyatakan bahwa SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dalam PP 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat 3 (tiga) Lampiran yaitu: Lampiran I
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual; Lampiran II tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual; dan Lampiran III tentang Proses
Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual berisi;
1. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan;
2. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan;
3. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
4. PSAP 03 Laporan Arus Kas;
5. PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan;
6. PSAP 05 Akuntansi Persediaan;
7. PSAP06 Akuntansi Investasi
8. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
9. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
10. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
11. PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan.
12. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
13. PSAP 12 Laporan Operasional
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dikembangkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP). Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah
konsep dasar penyusunan dan pengembangan SAP. SAP merupakan acuan bagi KSAP,
penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut
atas PSAP.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sehingga Sistem Akuntansi Pemerintahan pada

17
pemerintah Daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang
mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah tersebut.

C. KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan


Akuntansi pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka
menyediakan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan dari entitas
pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak
berkepentingan atas berbagai alternatif tindakan (Halim, 2007). Menurut PP 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sistem akuntansi
pemerintah merupakan serangkaian prosedur mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pemerintah daerah.

2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan


Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting
lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Ciri Utama Struktur Pemerintahan dan Pelayanan yang diberikan;
1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintah;
3) Pengaruh proses politik
4) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.
b) Ciri Keuangan Pemerintah yang penting bagi pengendalian;
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan
sebagai alat pengendalian;
2) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan;
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk pengendalian;
4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena
digunakan dalam operasional pemerintah.

3. Peranan Laporan Keuangan


Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan Pemerintah Daerah terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Pemerintah Daerah,
dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan.Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-

18
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas seluruh aset dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
Pemerintah Daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

4. Tujuan Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan Pemerintah Daerah menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:
a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah
Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman.
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah
Daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan

19
5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi
Terdapat kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b. Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman;
d. Pemerintah.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum


untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna.
Mengingat laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan disajikan setidak-
tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena
pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan
laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak
perlu mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta
posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai
apabila didasarkan pada basis akrual, namun apabila terdapat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan
keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan
demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum
di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memeperhatikan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan
bentuk dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis
informasi yang diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar
akuntansi lebih lanjut.

20
Format neraca sebagai berikut:

31
Sumber:PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

6. Laporan Arus Kas (LAK)


Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan Aktivitas
Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, dan Transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup oleh laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas daerah dari 4 aktivitas:
a. Aktivitas Operasi

32
b. Aktivitas Investasi
c. Aktivitas Pendanaan
d. Aktivitas Transitoris

33
Format LAK sebagai berikut:

34
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
ransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai berikut:


1) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
2) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya
4) Kebijakan akuntansi yang penting:
a) Entitas pelaporan
b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
oleh suatu entitas pelaporan.
e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
laporan keuangan
5) Penjelasan pos-pos laporan keuangan:
a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan
b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan
6) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.

F. KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan yang disusun Pemerintah Daerah memiliki keterkaitan antara
laporan yang satu dengan laporan yang lainnya. Bentuk keterkaitan antar laporan
keuangan dapat dilihat pada Gambar 1.

36
Gambar 1 Keterkaitan antar Laporan Keuangan

Sumber : diolah penulis

37
Perkembangan Opini LKPD Tahun 2007-2012

BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas L KPP Tahun 2012


Jakarta, Selasa (11 Juni 2013) –
Memenuhi Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK), Drs. Hadi Poernomo, Ak.menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2012 kepada DPR RI dalam Rapat
Paripurna di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta pada hari ini (11/6). Dalam penyampaian LHP
LKPP tersebut, hadir pula Wakil Ketua dan Anggota BPK serta pejabat pelaksana BPK.
LKPP merupakan bentuk pertangungjawaban pelaksanaan APBN oleh Pemerintah Pusat. LKPP
Tahun 2012 meliputi dari Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2012 dan 2011, Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.
Sebelum LKPP Tahun 2012 dibahas DPR sebagai pertanggungjawaban APBN Tahun
2012, LKPP tersebut diperiksa BPK. Setelah BPK menerima LKPP tersebut dari Pemerintah, BPK
memeriksa LKPP tersebut dan menyampaikan LHP atas LKPP tersebut kepada DPR, DPD, dan
 juga Pemerintah Pusat.
LHP LKPP Tahun 2012 terdiri dari enam buku, yaitu: (1) Ringkasan Eksekutif Hasil Pemeriksan
atas LKPP Tahun 2012; (2) LHP atas LKPP Tahun 2012; (3) LHP Sistem Pengendalian Intern (SPI)
LKPP Tahun 2012; (4) LHP atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan LKPP
Tahun 2012; (5) Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2007-

Tabel 1 Perkembangan Pemberian Opini BPK 2006-2012

OPINI JUMLA
LKPD WTP % WDP % TW % TMP % H
2006 3 1 327 28 28 6 105 23 463
2007 4 1 283 59 59 13 123 26 469
2008 12 3 323 31 31 6 118 24 485
2009 15 3 330 65 48 10 111 22 504
2010 34 7 341 66 26 5 115 22 516
2011 67 13 349 67 8 2 96 18 520
2012 113 27 267 64 4 1 31 8 415
Sumber: BPKRI

38
Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit. Bentuk akun
yang lainnya yang lebih informatif dan lengkap adalah bentuk empat kolom yang
digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom ini merupakan pengembangan
dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan diperlukan untuk menunjukkan saldo
 jumlah debit dan saldo jumlah kredit dari setiap akun. Contoh dari akun bentuk
empat kolom dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Contoh Bentuk Akun 4 (Empat) Kolom

Nama Akun : Kas di Kasda N omor Akun: 1.1.1.01.01


Saldo
Tanggal Ket Ref Debit Kredit
Debit Kredit
2014

Agust 7 ......................  j.1 8.000.000 8.000.000


8 ......................  j.1 6.000.000 14.000.000
10 ......................  j.1 2.500.000 11.500.000
13 ......................  j.1 3.000.000 8.500.000

Akun Kas pada  Tabel 2 mempunyai saldo debit sebesar Rp8.000.000 setelah transaksi
pertama diposting dari jurnal ke buku besar (akun) kas di kasda, dan mempunyai saldo
debit sebesar Rp8.500.000 setelah posting transaksi keempat.
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah pada Lampiran II mendesain bentuk akun 4
kolom sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ……
BUKU BESAR

SKPD : ………………………………
KODE REKENING : ………………………………
NAMA REKENING : ………………………………
PAGU APBD : ………………………………
PAGU PERUBAHAN APBD : ………………………………

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit Saldo

43
Bagan Akun
Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu organisasi yang saling
berhubungan, berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, akun dikelompok
kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Akun Neraca : Aset, Kewajiban, dan ekuitas
b. Akun Realisasi Anggaran : Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan
c. Akun Laporan Operasional : Pendapatan LO dan beban
Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oleh pemerintahan daerah dengan
mencantumkan seluruh nama akun dan nomor kodenya disebut dengan bagan akun
(chart of account).
Kodefikasi Akun sebagai berikut:
Kode Uraian
Neraca
1 ... Aset
2 ... Kewajiban
3 ... Ekuitas
Laporan Realisasi Anggaran
4 ... Pendapatan LRA
5 ... Belanja
6 ... Transfer
7 ... Pembiayaan
Laporan Operasional
8 ... Pendapatan LO
9 ... Beban

Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah sesuai Lampiran III
Pemendagri 64 tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, hingga rincian obyeknya.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam
Pemendagri 64/2013 sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Akun Neraca
Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:

44
Kodefikasi Aset
Kode Akun Nama Akun
1.0.0.00.00 Aset
1.1.0.00.00 Aset Lancar
1.1.1.00.00 Kas
1.1.2.00.00 Investasi Jangka Pendek
1.1.3.00.00 Piutang Pendapatan
1.1.4.00.00 Piutang Lainnya
1.1.5.00.00 Penyisihan Piutang
1.1.6.00.00 Beban Dibayar Dimuka
1.1.7.00.00 Persediaan
1.1.8.00.00 Aset Untuk Dikonsolidasikan
1.2.0.00.00 Investasi Jangka Panjang
1.2.1.00.00 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
1.2.2.00.00 Investasi Jangka Panjang Permanen
1.3.0.00.00 Aset Tetap
1.3.1.00.00 Tanah
1.3.2.00.00 Peralatan dan Mesin
1.3.3.00.00 Gedung dan Bangunan
1.3.4.00.00 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1.3.5.00.00 Aset Tetap Lainya
1.3.6.00.00 Konstruksi Dalam Pengerjaan
1.3.7.00.00 Akumulasi Penyusutan
1.4.0.00.00 Dana Cadangan
1.4.1.00.00 Dana Cadangan
1.5.0.00.00 Aset Lainnya
1.5.1.00.00 Tagihan Jangka Panjang
1.5.2.00.00 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
1.5.3.00.00 Aset Tidak Berwujud.
1.5.4.00.00 Aset Lain-lain

Kewajiban
Kewajiban adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Kewajiban
Kode Akun Nama Akun
2.0.0.00.00 Kewajiban
2.1.0.00.00 Kewajiban Jangka Pendek.
2.1.1.00.00 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
2.1.2.00.00 Utang Bunga
2.1.3.00.00 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
2.1.4.00.00 Pendapatan Diterima Dimuka.

45
2.1.5.00.00 Utang Beban
2.1.6.00.00 Utang Jangka Pendek Lainnya

2.2.0.00.00 Kewajiban Jangka Panjang


2.2.1.00.00 Utang Dalam Negeri
2.2.2.00.00 Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Ekuitas
Kode Akun Nama Akun
3.0.0.00.00 Ekuitas
3.1.0.00.00 Ekuitas
3.1.1.00.00 Ekuitas
3.1.2.00.00 Ekuitas SAL
3.1.3.00.00 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
2. Akun Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai
berikut:
Kodefikasi Akun Pendapatan-LRA
Kode Akun Nama Akun
4.0.0.00.00 PENDAPATAN – LRA
4.1.0.00.00 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) – LRA
4.1.1.00.00 Pendapatan Pajak Daerah – LRA
4.1.2.00.00 Pendapatan Retribusi Daerah – LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan –
4.1.3.00.00
 LRA
4.1.4.00.00 Lain-lain PAD Yang Sah – LRA
4.2.1.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan – LRA
4.2.1.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan – LRA
4.2.3.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LRA
4.2.4.00.00 Bantuan Keuangan – LRA
4.3.0.00.00 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LRA
4.3.1.00.00 Pendapatan Hibah – LRA
4.3.2.00.00 Dana Darurat – LRA
4.3.3.00.00 Pendapatan Lainnya – LRA

46
BELANJA MODAL
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 120.000.000
Total Belanja Modal Peralatan dan Mesin 120.000.000
TOTAL BELANJA 1.835.000.000
1.835.000.000

SURPLUS (DEFISIT) (1.811.000.000)


(1.811.000.000)

Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sebagai berikut :

Tanggal No Bukti Transaksi

01/01/20 001/DINKES/2014 Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan


potongan PPh 21 dan PPN Pusat
14 masing-masing sebesar Rp1.350.000,- dan Rp150.000,- ke rekening Kas
Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak Pusat)
02/02/20 002/DINKES/2014 Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari dari BUD sebesar
14 Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP
03/03/20 003/DINKES/2014 Total realisasi
realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
14 Rp1.500.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan
Tunjangan.
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi Rp941.980.654,-
Tunjangan Keluarga Rp194.601.755,-
Tunjangan Jabatan Rp135.713.962,-
Tunjangan Fungsional Rp117.971.012,-
Tunjangan Fungsional Umum Rp12.500.000,-
Tunjangan Beras Rp80.205.622,-
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus Rp17.026.995,-

04/04/20 004/DINKES/2014 Total realisasi


realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan Peralatan
14 dan Mesin berupa Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan sebesar
Rp110.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja Modal.
05/05/20 005/DINKES/2014 Total realisasi
realisasi belanja barang
barang dan jasa untuk
untuk konsumsi
konsumsi yaitu
yaitu pembelian
pembelian alat
14 tulis kantor yang dibayar secara LS sebesar Rp55.000.000,- berdasarkan
SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa
06/06/20 006/DINKES/2014 Menerima pendapatan
pendapatan pendapatan retribusi pelayanan
pelayanan kesehatan di
14 Puskesmas yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000,-.
Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Daerah,
berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
07/07/20 007/DINKES/2014 Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan berjalan meliputi pengesahan
pengesahan
14 belanja yang dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang
terpakai dengan rincian sbb:
Honorarium Tenaga Ahli Rp53.750.000,-
Pembelian Alat Tulis Kantor Rp62.500.000,-
08/08/20 008/DINKES/2014 Belanja UP yang
yang terakhir
terakhir telah
telah disahkan
disahkan dengan
dengan diterimanya
diterimanya SP2D GU
GU Nihil
14 (bukti transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai)
untuk belanja sbb:
Honorarium Tenaga Ahli Rp 11.000.000
Pembelian Alat Tulis Kantor Rp 27.500.000
09/09/20 009/DINKES/2014 Sisa UP telah disetor seluruhnya
seluruhnya pada
pada akhir
akhir tahun ke rekening Kas Daerah
14 sebesar Rp 11.500.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
10/10/20 010/DINKES/2014 PPh 21 dan PPN Pusat
Pusat yang dipotong/dipungut
dipotong/dipungut oleh bendahara
bendahara pengeluaran
14 selama tahun berjalan telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara
masing-masing sebesar Rp5.235.000,- dan Rp8.100.000,- berdasarkan bukti
transaksi berupa SSP.

88
Tanggal No Bukti Transaksi

31/12/20 011/DINKES/2014 Diketahui nilai


nilai persediaan
persediaan alat
alat tulis kantor yang
yang masih tersisa pada
pada akhir
14 tahun sebesar Rp1.000.000,-
31/12/20 012/DINKES/2014 Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset
14 tetap mulai diterapkan terhitung Tahun Anggaran 2014. Metode
penyusutan yang digunakan adalah garis lurus (straight line method) dengan
asumsi nilai residu
residu nol (nihil). Diasumsikan penyusutan
penyusutan dilakukan setahun
penuh berdasarkan saldo akhir aset tetap akhir tahun.
Masa manfaat aset tetap ditetapkan sebagai berikut:
Bangunan Gedung Kantor 50 tahun
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 7 tahun

Berdasarkan perhitungan, diperoleh besarnya penyusutan:


Bangunan Gedung Kantor 4.800.000
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 33.070.000
31/12/20 013/DINKES/2014 Tagihan belanja
belanja barang dan jasa berupa belanja langganan
langganan daya dan jasa
14 untuk bulan Desember 2014 sebesar R p15.325.000,- belum terbayarkan.

89
Diminta:
1. Buatlah jurnal anggaran dan jurnal untuk mencatat saldo awal!
2. Lakukan analisis transaksi dan buatlah jurnal transaksi meliputi jurnal finansial
/dan jurnal anggaran!
anggaran!
3. Susunlah Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Adil Makmur Tahun
2014 meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
4. Buatlah jurnal penutup dan susunlah Neraca Saldo setelah penutupan

90
5. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 8 langkah sebagai berikut:

1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal


2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
9 Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
9 Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
a. Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1-
Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan
8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
b. Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan

91
LANGKAH 1:
Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal

BUKU JURNAL
Jurnal Anggaran

Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit

01/01/2014 3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan A 24.000.000


3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 1.811.000.000
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja A 1.835.000.000

Jurnal Saldo Awal

Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit

1.1.1.03.01
01/01/2014 F 1.500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor F 500.000
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan
F 250.000.000
Tempat Kerja/Jasa
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas
F 149.000.000
Bermotor Perorangan
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor F 240.000.000
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 F 1.350.000
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat F 150.000
3.1.1.01.01 Ekuitas F 639.500.000

LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal

BUKU JURNAL

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit

01/01/2014 2.1.1.03.01 Utang PPh 21 F 1.350.000


2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat F 150.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 1.500.000

02/02/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 50.000.000


02/02/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 50.000.000

92
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit

9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi –


03/03/2014 F 941.980.654
 LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga – LO F 194.601.755
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO F 135.713.962
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO F 117.971.012
9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO F 12.500.000
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO F 80.205.622
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO F 17.026.995
3.1.3.01.01 RK PPKD F 1.500.000.000
03/03/2014 5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi A 941.980.654
03/03/2014 5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga A 194.601.755
03/03/2014 5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan A 135.713.962
03/03/2014 5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional A 117.971.012
03/03/2014 5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum A 12.500.000
03/03/2014 5.1.1.01.06 Tunjangan Beras A 80.205.622
03/03/2014 5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus A 17.026.995
03/03/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 1.500.000.000

1.3.2.04.01
04/04/2014 F 110.000.000
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
04/04/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 110.000.000

5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan


04/04/2014 A
Dinas Bermotor Perorangan 110.000.000

04/04/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A


110.000.000

05/05/2014 9.1.2.01 .01 Beban Persediaan alat tulis kantor F 55.000.000


05/05/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 55.000.000

05/05/2014 5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor A 55.000.000


05/05/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 55.000.000

06/06/2014 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan F 25.500.000


8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas -
06/06/2014 F 25.500.000
 LO

06/06/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 25.500.000


06/06/2014 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan F 25.500.000

93
01/01/2014 Saldo Awal 500.000
31/12/2014 Jurnal penyesuaian 500.000 0 1.000.000
SKPD Dinas Kesehatan
KODE AKUN 1.3.1.11.04
NAMA AKUN Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Debit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 250.000.000

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 1.3.2.04.01
NAMA AKUN Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Debit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 149.000.000


Membeli peralatan dan mesin
04/04/2014 110.000.000 0 259.000.000
secara LS

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 1.3.3.01.01
NAMA AKUN Bangunan Gedung Kantor
Debit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 240.000.000

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 1.3.7.01.04
NAMA AKUN Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 0

31/12/2014 Jurnal penyesuaian 0 33.070.000 33.070.000

97
SKPD Dinas Kesehatan
KODE AKUN 1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat
NAMA AKUN
Kerja
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/201
Saldo Awal 0
4
31/12/201
Jurnal penyesuaian 0 4.800.000 4.800.000
4

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 2.1.1.03.01
NAMA AKUN Utang PPh 21
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 1.350.000


Penyetoran Potongan PPh dan
01/01/2014 1.350.000 0 0
PPN ke kas negara
12/12/2014 Menerima potongan PPh/PPN 0 5.235.000 5.235.000
12/12/2014 Menyetor potongan PPh/PPN 5.235.000 0 0

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 2.1.1.04.01
NAMA AKUN Utang PPN Pusat
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 150.000


Penyetoran Potongan PPh dan
01/01/2014 150.000 0 0
PPN ke kas negara
12/12/2014 Menerima potongan PPh/PPN 0 8.100.000 8.100.000
12/12/2014 Menyetor potongan PPh/PPN 8.100.000 0 0

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 2.1.5.02.01

98
NAMA AKUN Utang Belanja Jasa
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 0


31/12/2014 Jurnal penyesuaian 0 15.325.000 15.325.000

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 3.1.1.01.01
NAMA AKUN Ekuitas
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 639.500.000

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 3.1.2.05.01
NAMA AKUN Estimasi Perubahan SAL
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 0


Membayar Gaji dan Tunjangan
03/03/2014 0 1.487.500.000 1.487.500.000
Pegawai
Membeli peralatan dan mesin
04/04/2014 0 110.000.000 1.597.500.000
secara LS
Membeli barang dan jasa
05/05/2014 0 55.000.000 1.652.500.000
secara LS
Menyetor pendapatan
07/07/2014 25.500.000 0 1.627.000.000
retribusi
08/08/2014 Pengesahan SPJ Belanja UP 0 116.250.000 1.743.250.000
10/10/2014 Mencatat SPJ penggunaan UP 0 38.500.000 1.781.750.000

SKPD Dinas Kesehatan


KODE AKUN 3.1.3.01.01
NAMA AKUN RK PPKD
Kredit

Tanggal Transaksi Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal 0


02/02/2014 Menerima UP 0 50.000.000 50.000.000

99
JUMLAH SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON Rp
50
OPERASIONAL (44-49) -
Rp
51 SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA (38+50)
(1.736.945.000)
8.5.0 52 PENDAPATAN LUAR BIASA - LO
Rp
8.5.1 53 Pendapatan Luar Biasa - LO
-
Rp
54 Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53)
-
9.4.0 55 BEBAN LUAR BIASA
Rp
9.4.1 56 Beban Luar Biasa
-
Rp
57 Jumlah Beban Luar Biasa (56)
-
Rp
58 POS LUAR BIASA (54-57)
-
Rp
59 SURPLUS (DEFISIT) - LO (51+58)
(1.736.945.000)

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Kesehatan
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2014

Nomor
Uraian 2014
Urut

1 2 3
3.1.1 1 Ekuitas Awal Rp 639.500.000
2 Surplus/Defisit – LO Rp (1.736.945.000)
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
0 4 Koreksi Nilai Persediaan Rp -
0 5 Selisih Revaluasi Aset Tetap Rp -
0 6 Lain-lain Rp -

7 Ekuitas Akhir (1 s.d. 6) Rp (1.097.445.000)

111
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR

DINAS KESEHATAN

NERACA
PER 31 Desember 2014

Jumlah
No Uraian
Tahun 2014 Tahun 2013

1 2 3 4
1.0.0 1 ASET
1.1.0 2 ASET LANCAR
Rp Rp
1.1.1 3 Kas dan Setara Kas
- 1.500.000
Rp Rp
1.1.2 4 Investasi Jangka Pendek
- -
Rp Rp
1.1.3 5 Piutang Pendapatan
- -
Rp Rp
1.1.4 6 Piutang Lainnya
- -
Rp Rp
1.1.5 7 Penyisihan Piutang
- -
Rp Rp
1.1.6 8 Beban Dibayar Dimuka
- -
Rp Rp
1.1.7 9 Persediaan
1.000.000,00 500.000,00
Rp Rp
1.1.8 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan
- -
Rp Rp
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
1.000.000,00 2.000.000,00
1.2.0 12 INVESTASI JANGKA PANJANG
Rp Rp
1.2.1 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
- -
Rp Rp
1.2.2 14 Investasi Jangka Panjang Permanen
- -
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. Rp Rp
15
14) - -
1.3.0 16 ASET TETAP
Rp Rp
1.3.1 17 Tanah
250.000.000,00 250.000.000,00
Rp Rp
1.3.2 18 Peralatan dan Mesin
259.000.000,00 149.000.000,00
Rp Rp
1.3.3 19 Gedung dan Bangunan
240.000.000,00 240.000.000,00
Rp Rp
1.3.4 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- -
Rp Rp
1.3.5 21 Aset Tetap Lainnya
- -

112
Rp Rp
1.3.6 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan
- -
Rp Rp
1.3.7 23 Akumulasi Penyusutan
(37.870.000,00) -
Rp Rp
24 Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
711.130.000,00 639.000.000,00
1.4.0 25 DANA CADANGAN
Rp Rp
1.4.1 26 Dana Cadangan
- -
Rp Rp
27 Jumlah Dana Cadangan (26)
- -
1.5.0 28 ASET LAINNYA
Rp Rp
1.5.1 29 Tagihan Jangka Panjang
- -
Rp Rp
1.5.2 30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
- -
Rp Rp
1.5.3 31 Aset Tidak Berwujud
- -
Rp Rp
1.5.4 32 Aset Lain-lain
- -
Rp Rp
33 Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
- -
Rp Rp
34 JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
712.130.000,00 641.000.000,00

2.0.0 35 KEWAJIBAN
2.1.0 36 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Rp Rp
2.1.1 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
- 1.500.000,00
Rp Rp
2.1.2 38 Utang Bunga
- -
Rp Rp
2.1.3 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
- -
Rp Rp
2.1.4 40 Pendapatan Diterima Dimuka
- -
Rp Rp
2.1.5 41 Utang Belanja
15.325.000,00 -
Rp Rp
2.1.6 42 Utang Jangka Pendek Lainnya
- -
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. Rp Rp
43
42) 15.325.000,00 1.500.000,00
2.2.0 44 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Rp Rp
2.2.1 45 Utang Dalam Negeri
- -
Rp Rp
2.2.2 46 Utang Jangka Panjang Lainnya
- -
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. Rp Rp
47
46) - -
Rp Rp
48 JUMLAH KEWAJIBAN (43+47)
15.325.000,00 1.500.000,00
3.0.0 49 EKUITAS
3.1.0 50 EKUITAS
Rp Rp
3.1.1 51 Ekuitas
(1.097.445.000,00) 639.500.000,00

113
Rp Rp
3.1.3 52 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
1.794.250.000,00 -
Rp Rp
53 Jumlah Ekuitas (51 s.d. 52)
698.805.000,00 639.500.000,00
Rp Rp
54 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (48+53)
712.130.000,00 641.000.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013

Anggaran Setelah
No Uraian Realisasi 2014 %
Perubahan 2014

1 2 3 4 5
4.0.0 1 PENDAPATAN - LRA
4.1.0 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
Rp Rp
4.1.1 3 Pendapatan Pajak Daerah - LRA
- -
Rp Rp
4.1.2 4 Pendapatan Retribusi Daerah - LRA 106%
24.000.000 25.500.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan D Rp Rp
4.1.3 5
aerah yang Dipisahkan - LRA - -
Rp Rp
4.1.4 6 Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
- -
Rp Rp
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
24.000.000 25.500.000
4.2.0 8 PENDAPATAN TRANSFER - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat- Rp Rp
4.2.1 9
Dana Perimbangan - LRA - -
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Rp Rp
4.2.2 10
L  ainnya - LRA - -
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah L Rp Rp
4.2.3 11
ainnya - LRA - -
Rp Rp
12 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)
- -
LAIN-
4.3.0 13
LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA
Rp Rp
4.3.1 14 Pendapatan Hibah - LRA
- -
Rp Rp
4.3.2 15 Dana Darurat - LRA
- -
Rp Rp
4.3.3 16 Pendapatan Lainnya - LRA
- -
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerahh Rp Rp
17
yang Sah (14 s.d. 16) - -

114
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-

31/12/2014 Penyesuaian pendapatan DAU terhutang


5.000.000.000 - 5.000.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.1.8.01.01
NAMA AKUN : RK SKPD………….
Debit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-

131
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


45.750.654.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 3.1.2.05.01
NAMA AKUN : Estimasi Perubahan SAL
Kredit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-

01/01/2014 Jurnal Anggaran


- 400.100.654.000 400.100.654.000

01/01/2014 Penerimaan Dana Perimbangan


351.350.000.000 - 48.750.654.000
Pembayaran belanja bantuan
07/07/2014
sosial dan bantuan keuangan - 5.500.000.000 54.250.654.000
Penerimaan pinjaman jangka
08/08/2014
panjang dari Bank ... 25.000.000.000 - 29.250.654.000

09/09/2014 Pembentukan Dana Cadangan


- 5.000.000.000 34.250.654.000

10/10/2014 Penyertaan Modal pada BUMD


- 2.500.000.000 36.750.654.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.02.08
NAMA AKUN : Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA
Kredit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-

01/01/2014 Penerimaan Dana Perimbangan


- 55.850.000.000 55.850.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.03.01
NAMA AKUN : Dana Alokasi Umum - LRA
Kredit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-

134
01/01/2014 Penerimaan Dana Perimbangan
- 250.000.000.000 250.000.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.04.18
NAMA AKUN : DAK Bidang Pendidikan - LRA
Kredit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-
01/01/2014 Penerimaan Dana Perimbangan
- 45.500.000.000 45.500.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 5.1.6.01.01

NAMA AKUN :
Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan ....
Debit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal -


Pembayaran
belanja bantuan
07/07/2014
sosial dan bantuan 3.500.000.000
3.500.000.000
-
keuangan

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 6.2.2.01.01
NAMA AKUN : Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........
Debit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-
Pembayaran belanja bantuan
07/07/2014
sosial dan bantuan keuangan 2.000.000.000 - 2.000.000.000

SKPD : PPKD

135
KODE AKUN : 7.1.4.01.01
NAMA AKUN : Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............
Kredit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-
Penerimaan pinjaman jangka
08/08/2014
panjang dari Bank ... - 25.000.000.000 25.000.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.2.1.01.01
NAMA AKUN : Pembentukan Dana Cadangan
Debit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-
09/09/2014 Pembentukan Dana Cadangan
5.000.000.000 - 5.000.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.2.2.02.01
NAMA AKUN : Penyertaan Modal pada BUMD
Debit

Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


-

10/10/2014 Penyertaan Modal pada BUMD


2.500.000.000 - 2.500.000.000

SKPD : PPKD
KODE AKUN : 8.2.1.02.08
NAMA AKUN : Bagi Hasil dari

136
5.1.6 Beban
5.1.7 Aset
5.1.8 Kewajiban
5.1.9 Ekuitas
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada pemda
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan pemda
Bab VII Penutup
Sumber: Permendagri 64/2013
Sistematika penulisan CALK
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan
struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.
Adapun isi dari setiap bab dalam CaLK adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Berisi maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan


Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan SKPD. Landasan hukum
yang menjadi rujukan adalah yang paling mengikat sebagai dasar hukum
penyajian laporan keuangan, antara lain tetapi tidak terbatas pada:
1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara.
3) Pasal yang menyangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang
tentang APBN dan Perda APBD.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013.

1.3. Sistematika penulisan CALK

Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan


struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.

165
Bab II. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target-Kinerja
APBD.
Bab ini memberikan penjelasan mengenai informasi tentang kebijakan
fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.

2.1 Ekonomi Makro


Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan
Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi
keuangan/fiskal suatu entitas serta bagaimana hal tersebut tercapai.Oleh
karena itu, suatu entitas harus menyajikan informasi mengenai perbedaan
yang penting posisi dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran,
dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran.
Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi
makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan
realisasinya. Untuk dapat mengungkapkan perkembangan keadaan ekonomi
makro dan keuangan SKPD/Pemerintah Daerah, diperlukan suatu kriteria.
Kriteria ini dituangkan sebagai data mengenai kebijakan ekonomi makro dan
kebijakan keuangan. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam
CaLK adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam
penyusunan APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro
tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional
Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,
tingkat suku bunga dan neraca pembayaran. Penjelasan mengenai asumsi
makro ekonomi yang mendasari laporan keuangan SKPD disesuaikan dengan
landasan penyusunan APBD, perkembangannya dalam Perubahan APBD,
hingga pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang disajikan
memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan yang
dbandingkan dengan periode sebelumnya. dan penjelasan-penjelasan atas
perubahan anggaran yang dilakukan pada SKPD. Serta dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan asumsi makro
ekonomi yang membawa dampak terhadap fluktuasi asumsi yang
ditetapkan. Misalnya, dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi penyusunan APBD seperti asumsi makro
yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah dan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang paling
memengaruhi anggaran pendapatan dan belanja secara material.

2.2 Kebijakan Keuangan


Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan yang ditetapkan pemerintah
daerah sampai dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi terhadap
perubahan Neraca daerah SKPD. Informasi didalamnya memuat posisi dan
kondisi keuangan daerah selama periode berjalan yang dibandingkan dengan

166
periode sebelumnya, membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran
SKPD. Serta dijelaskan mengenai faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan
keuangan oleh pemerintah daerah sehingga terjadi perubahan posisi keuangan.

2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD


Bagian ini berisi tentang penjelasan mengenai indikator pencapaian target
kinerja. Indikator tersebut dapat menyajikan informasi pencapaian yang
menyangkut efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan
SKPD. Dua tabel di bawah ini dapat menjadi contoh bagi pengungkapan masing-
masing indikator kinerja ekonomi makro dari sudut kebijakan moneter dan
indikator kinerja ekonomi dari sudut kebijakan fiskal.

Indikator pencapaian kinerja dapat dilihat melalui kinerja fiskal, seperti contoh
berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBD
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Tingkat Inflasi (persen)
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
Harga Minyak (US$ / barel)
Produksi Minyak (juta barel/hari)

Selanjutnya, CaLK sebisanya memuat ringkasan indikator kinerja program


hingga ke sasarannya.
Sebagai contoh, dapat ditampilkan sebagai berikut:
Instansi: Inspektorat
No Program Indikator Satuan Sasaran
- Kegiatan Hasil
- Keluaran
1 Peningkatan Pengawasan Peningkatan nilai temuan dari % 2%
Aparatur Negara tahun lalu.

Jumlah Instansi yang Laporan Instansi 10


Keuangannya sesuai SAP
-
- aporan Hasil Audit Laporan
udit Operasional - Laporan
- aporan Hasil Audit Kejadian
udit Kinerja -
- umlah Asistensi

167
sistensi SAP

Bab III. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan.


Menyajikan ikhtisar keuangan selama setahun dimana informasi tersebut
terdiri atas ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan dan
hambatan serta kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan. Bagian ini juga harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang
penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama
kali disahkan oleh DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh
manajemen entitas untuk diketahui pembaca laporan keuangan.
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter
Pada bagian ini perlu menjelaskan kinerja keuangan entitas dan mengikhtisarkan
indikator dan pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi
keuangan dalam suatu periode pelaporan. Hal ini karena kebutuhan pengguna
laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas dari sisi perubahan
aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan keuangan pemerintah
sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila dibandingkan dengan target yang
telah ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan
keluaran (output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan
membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan. Pembahasan
mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari
rencana strategis pemerintah dan indikator sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja
keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen
untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja
keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal;
Keterkaitan pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun harus tegas terlihat yang
menyatakan bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan harus
dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan
indikator.
3.2 Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang
telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar.
Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya
ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

168
Hambatan dan kendala yang dimaksud merupakan hambatan yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak. Seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per
program dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung
dan penghambat. ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, CaLK dapat menguraikan faktor penghambat
yang menyebabkan pencairan anggaran lambat. Sebagai contoh, dapat diuraikan
di sini bahwa pada tahun anggaran berjalan merupakan tahun anggaran
pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified budget), di mana
belanja pemerintah kota tidak dibedakan lagi menjadi belanja rutin dan belanja
pembangunan. Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-
penyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini
mengakibatkan realisasi belanja jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBD.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut. Dari target yang
telah ditentukan, ternyata tidak dapat tercapai yang disebabkan oleh, antara
lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
pajak)
a. tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
b. musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
c. rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini

Tidak tercapainya target Pendapatan Bukan Pajak pada periode ini antara lain
disebabkan:
a. terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan
ganti rugi sebagaimana seharusnya,
b. realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada
periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.

Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat diuraikan


dengan menjelaskan dan menguraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh
dibawah anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari eksternal.
Misalnya, terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan
proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran.
Bab IV. Kebijakan Akuntansi
Pada bagian ini dijelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas
pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara material
mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus

169
Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting
yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai. Kebijakan akuntansi
terdiri dari basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan dan penerapan
kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar
akuntansi pemerintahan.
Adapun sub bab yang perlu untuk dibahas adalah sebagai berikut:
4.1 Entitas pelaporan
Berisi penjelasan mengenai organisasi sebagai entitas akuntansi dan entitas
pelaporan keuangan daerah. Hal ini karena pengungkapan entitas pelaporan yang
membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu
pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada
laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam meng
informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan
komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman pembaca dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian I, uraian ringkas mengenai entitas
pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab IV ini. Hal ini akan lebih
memperjelas domisili dan bentuk hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
4.2 Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD.
Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan
penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan
pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan
keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca
laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Mengingat pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual, maka bagian ini akan
berisi uraian mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian ini
pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis akrual penuh,
 jika memang hal itu sudah diterapkan. Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis
akuntansi ini adalah sebagai berikut:
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBD yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset,
kewajiban, dan ekuitas, yaitu basis akrual.

4.3 Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Berisi informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas penyusunan
rekening laporan keuangan (aset, kewajiban dan ekuitas). Dalam bagian ini disajikan

170
D. METODE DAN TEKNIK ANALISIS
Metode dan teknik analisis yang tepat diperlukan untuk melakukan analisis laporan
keuangan. Tujuannya agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi
dengan maksimal dan para pemakai hasil analisis tersebut dapat menafsirkannya
dengan mudah.
Adapun tahapan melakukan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut adalah:
1. Memperoleh data keuangan dan pendukung yang diperlukan untuk periode yang
akan dianalisis;
2. Mengukur atau menghitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu, sesuai
dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar tepat;
3. Melaksanakan kalkulasi dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan ke dalam formula secara cermat;
4. Menafsirkan hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis
tersebut.
Dalam praktik, secara umum terdapat tiga macam metode analisis laporan keuangan
yang biasa dipakai, yaitu analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio.
a. Analisis Horizontal
Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode
dengan periode berikutnya. Oleh karena itu analisis ini juga dikenal dengan analisis
kecenderungan (trend analysis). Analisis trend merupakan suatu teknik analisis yang
mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari trend (perubahan yang terjadi dalam
beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau
perubahan di masa datang. Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain:
Angka-angka dalam Rupiah; Angka-angka dalam persentase; Kenaikan atau penurunan
 jumlah Rupiah; Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi dari
sejumlah faktor. Apabila faktor-faktor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan
perubahan terhadap data yang kita miliki, maka dalam hal ini dapat digunakan
hubungan sebab-akibat. Penggunaan regresi linear sederhana dan regresi berganda
merupakan contoh dari analisis hubungan sebab-akibat. Sementara itu, apabila hanya
disusun satu model dengan menggunakan hubungan antara variabel tanpa
memperhatikan apakah yang satu mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita
melakukan analisis kecenderungan sederhana.
Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk mengetahui
kecenderungan suatu akun (naik atau turun) dengan membandingkan angka-angka
untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun berurutan, tanpa mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari akun tersebut. Kelemahan dari
analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah tidak dapat diketahui secara
langsung berapa rata-rata kenaikan per tahun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,

180
kita dapat menggunakan analisis kecenderungan bergerak (dari tahun-ke-tahun) untuk
mengetahui rata-rata kenaikan per tahun.
Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio komparatif
lainnya, hanya di sini melibatkan data beberapa tahun agar dapat diperoleh rata-rata
kenaikan pertahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per tahun tersebut dapat
digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun berikutnya.

Beberapa langkah yang dilakukan untuk menerapkan teknik Analisis Trend:


1. Buat sumbu vertikal Y (yang menunjukkan variabel dependen) dan sumbu horizontal
X merupakan variabel independen, misalnya periode tahun yang diamati.
2. Data yang tersedia dari contoh di atas, kemudian dibuat scatter plot, yaitu kumpulan
titik-titik koordinat (X,Y).
3. Dengan jalan observasi atau pengamatan langsung terhadap bentuk scatter plot,
dapat ditarik sebuah garis yang kira-kira mendekati pola dari titik koordinat yang ada.

Dari diagram di atas kemudian diprediksi kejadian untuk tahun-tahun yang akan
datang. Analisis ini juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau
ketidakteraturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan
sebaran titik-titik yang ‘tidak mengikuti aturan’ misalnya terlalu jauh dari garis
kecenderungan. Kemudian dapat diteliti penyebab terjadinya situasi tersebut.
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu pembuatan garis kecenderungan
bersifat subyektif. Artinya, bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis
kecenderungan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan lebih dari satu,
sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai dengan anggapannya
garis mana yang mewakili diagram pencar (scatter plot). Oleh karena itu, metode ini
tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk digunakan sebagai alat
analisis. Analisis selanjutnya akan menggunakan regresi sederhana maupun berganda
dengan memakai bantuan komputer.
Karakteristik analisis horizontal sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu akun laporan
keuangan.
2. Membutuhkan data time series selama beberapa tahun.
3. Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk akun yang
sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.
4. Analisis kecenderungan sederhana, dengan tahun dasar atau bergerak,
membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun
yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi perubahan
akun tersebut.
5. Analisis kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis
kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik dalam grafik.

b. Analisis vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode
pelaporan keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan
keuangan, adalah sebagai berikut:
1. Analisis atas akun yang ada di neraca

181
2. Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA)
3. Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK)
4. Analisis atas akun yang ada di laporan operasional (LO)
5. Analisis rasio

Hubungan antar akun-akun di dalam neraca adalah sebagai berikut:


1. Total aset harus sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas.
2. Ekuitas menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh karena itu, total
ekuitas harus sama dengan selisih antara total aset dengan kewajiban.
3. Jumlah SiLPA di dalam ekuitas adalah jumlah total kas dikurangi utang perhitungan
pihak ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn) dan pendapatan yang
ditangguhkan.

Hubungan antar akun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan APBD sebagai berikut:
1. Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto harus
positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut. (Jumlah
pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih besar dari
 jumlah pengeluaran pembiayaan).
2. Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus, dan
 jumlah surplus minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang negatif tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil
dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dari beberapa kondisi berikut:
a. Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar dari pada jumlah defisit, maka
selisihnya menjadi SiLPA.
b. Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.
c. Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.

Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus
kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di
Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan
daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja
(dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
 jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
 jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
penerimaan pembiayaan selain dari penerimaan kembali investasi dan penyertaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.

182
7. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
pengeluaran pembiayaan selain untuk investasi dan penyertaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi anggaran dan neraca, dilakukan
analisis sebagai berikut:
1. Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah aset tetap di
dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama kecuali jika terdapat
pelepasan aset tetap.
2. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca harus bertambah
dengan
Bila jumlah yang sama. Demikian adasebaliknya, -2(a)11( t)81(m)-6(a.)12.0145uml:n1.i1g(n)2(y(n)2(y)-4(
pm 5L

183
5. Laporan keuangan lebih menggambarkan
menggambarkan kinerja keuangan
Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan yang lebih
menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan
kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat
dalam laporan realisasi anggaran, melainkan dalam laporan kinerja instansi
pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan keuangan dapat dikatakan lebih
cenderung pada analisis kinerja keuangan. Namun demikian, analisis dapat
dikembangkan sampai kepada analisis kinerja program/kegiatan dengan
mengumpulkan data-data mengenai
mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut
target dan capaian kinerjanya.

187
BAB VIII
REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah mempelajari Topik ini, peserta:


1. Mampu menjelaskan dasar-dasar pemeriksaan keuangan

2. Mampu menjelaskan teknik pemeriksaan dan pengendalian intern

3. Mampu menjelaskan temuan dan hasil laporan pemeriksaan

4. Mampu menjelaskan komunikasi pemeriksaan

No. Sub Topik Kata Kunci

1 Dasar-Dasar Pemeriksaan Pengertian, Perbedaan Reviu dan


Keuangan Pemeriksaan Laporan Keuangan, Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara

2 Teknik Pemeriksaan dan Bukti, Prosedur Pemeriksaan,


Pemeriksaan,
Pengendalian Intern Pengendalian Intern

3 Temuan dan Hasil Laporan Temuan, Hasil Laporan Pemeriksaan


Pemeriksaan (LHP), Surat Representasi (Representation
Letter)

4 Komunikasi Pemeriksaan Pengertian, Komunikasi Pemeriksa


dengan Auditan, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Mempengaruh i Pemeriksaan, Kiat-Kiat

Referensi:

1. Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An Integrated Approach.


Prentice Hall International, Englewood Cliffs, 5th edition, 2010
2. PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
3. Permendagri 4/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata
Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Penyelen ggaraan Pemerintahan
Pemerint ahan Daerah jo Permendagri
Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23 Tahun 2007
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
6. BPK RI, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), 2007.
7. BPKP, Teknik Komunikasi Audit, Edisi 4, Pusat Pendidikan dan Pelatihan

188
Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan, 2007

189
A. PENDAHULUAN
Saat ini audit dalam sektor pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan,
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang baik
(good governance).
governance). Secara etimologi, istilah audit berasal dari bahasa latin ‘audire’ yang
berarti mendengar.
mendengar. Secara tradisional auditing dapat dapat dipahami
dipahami sebagai
sebagai upaya
pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk mendapat kayakinan bahwa informasi
tersebut telah disajikan secara
secara wajar (true and fair). Tujuan
Jika mengacu kepada definisi audit, akan tampak perbedaan antara definisi audit
sektor privat/swasta dengan audit sektor pemerintahan. Pada sektor swasta terdapat
perbedaan makna untuk audit dengan pemeriksaan (examination), sedangkan pada
sektor pemerintahan penggunaan kata pemeriksaan dan pengauditan hingga saat ini
masih memiliki kata yang bermakna sama. Sebagai pengantar berikut adalah definisi
audit dari sektor privat atau swasta.
1. Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
secara obyektif yang berhubungan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Arens, et.al., 2010).

Beberapa ciri-ciri atau komponen audit didasarkan pada definisinya adalah:


a. Proses sistematis:
Rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur
t erstruktur dan terorganisasi.
b. Untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif:
Dengan dasar pemeriksaan / pengujian atas asersi dan menetapkan hasilnya tanpa
bias atau berprasangka (baik buruk maupun baik) terhadap pembuat asersi.
c. Pernyataan-pernyataan (asersi) tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi:
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara
keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas penyataan tersebut untuk
digunakan oleh pihak lain. Perbedaan mendasar asersi dengan pernyataan biasa
adalah pada asersi adanya pertanggung jawaban atas pernyataan tersebut ketika
digunakan oleh pihak lain. Contoh asersi: laporan keuangan, SPT, dan lain-lain.
d. Tingkat kesesuaian:
Seberapa sesuai asersi-asersi tersebut dapat dicocokkan dengan kriteria yang telah
ditentukan.

190
e. Kriteria yang telah ditetapkan:
standar penilaian untuk asersi-asersi atau pernyataan-pernyataan. Kriteria dapat
berupa Standar Akuntansi Pemerintahan, atau peraturan khusus yang ditetapkan
oleh dewan legislatif, anggaran atau pengukur performa lain yang ditetapkan
management.
f. Menyampaikan hasil:
hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian
antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Tujuan pengauditan (pemeriksaan)
adalah untuk menambah kredibilitas pernyataan managemen sehingga pihak yang
berkepentingan dapat memakai informasi dengan penjaminan yang memadai
bahwa informasi tersebut bebas dari salah saji material.
g. Pihak yang berkepentingan:
pihak yang menggunakan laporan audit atau laporan
l aporan hasil pemeriksaan.

2. Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas):


Berdasarkan pemberi kerja atau tempat auditor bekerja, auditor dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Akuntan Publik (External Auditor/Independent Auditor)
b. Pemeriksa Internal (Internal Auditor)
Auditor)
c. Auditor Pemerintah (Goverment Auditor): BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atau Inspektorat di
Departemen Pemerintah.

B. DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN

1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan


Berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan (keuangan negara)
didefinisikan sebagai proses identifikasi masalah, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut ayat 1 pasal 4 Undang-Undang
tersebut, jenis-jenis pemeriksaan adalah Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja,
dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu. Ayat 2 pasal 4 UU yang sama menyatakan
bahwa pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Selanjutnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa
pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan
keuangan. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,

191
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) di Indonesia atau basis komprehensif selain prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia. Selain untuk memberikan opini, pemeriksaan keuangan juga ditujukan
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam sistem pengendalian
intern (SPI) serta mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse).
Dasar hukum pemeriksaan keuangan meliputi:
a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
e. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan


Dalam praktik, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali dianggap memiliki persamaan
dengan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu
diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan reviu dengan kegiatan
pemeriksaan.
Perbedaan paling utama adalah tujuan pemeriksaan dengan reviu. Tujuan
pemeriksaan (laporan) keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, PABU atau
basis akuntansi komprehensif selain PABU di Indonesia. Sedangkan tujuan reviu laporan
keuangan adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan telah
disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Oleh karena itu, reviu tidak mencakup suatu pengujian atas validitas
substansi bukti/dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa,
bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan
prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI,
catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui
perolehan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu
pemeriksaan. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya
material, proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam
Aset Tetap, sedang dalam pemeriksaan, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur
pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal lain yang membedakan reviu dengan pemeriksaan adalah pelaksanaan aktivitas.
Reviu dilakukan secara internal, dalam hal ini oleh auditor pada Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP), sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh auditor eksternal
yaitu pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI).
Berdasarkan ayat 1 pasal 49 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008, APIP

192
terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, yang melaksanakan reviu atas laporan keuangan
pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota.

3. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan


Ruang lingkup pemeriksaan meliputi hal-hal berikut ini:
 Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan
 Posisi aset, kewajiban dan ekuitas
 Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA)
dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dalam neraca; dan
 Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP.
 Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan
dalam Laporan Keuangan.

C. STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN


Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
sesuai Peraturan BPK RI nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Tujuan Standar
Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
SPKN ini berlaku bagi:
a. Badan Pemeriksa Keuangan.
b. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa
Keuangan.
c. Aparat Pengawas Internal Pemerintah, satuan pengawasan intern maupun pihak
lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar
pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

D. METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

193
keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung
pada relevansi data pembanding
3. Bukti Fisik (Physical Evidence): bukti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi, misalnya: cash-
opname, stock-opname sediaan, dan lainnya.Bukti fisik
banyak dipakai dalam verifikasi saldo aset berwujud
terutama kas dan sediaan. Bukti fisik merupakan jenis
bukti yang paling bisa dipercaya.
4. Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence); meliputi
berbagai macam dokumen sumber dan dokumen seperti
notulen rapat, rekening koran bank, kontrak-kontrak
perjanjian, maupun surat representasi. Reliabilitas bukti
dokumenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat
dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya
kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan
dokumen.
5. Konfirmasi  (Confirmation): merupakan bukti dokumen
yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain
adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga
yang dipandang mengetahui atas permintaan tertentu
untuk memberikan informasi yang sesungguhnya. Ada tiga t iga
 jenis konfirmasi yaitu:
yaitu:
1.Konfirmasi
1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang
respondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi
yang ditanyakan.
2.Konfirmasi
2. Konfirmasi kosong (Blank confirmation), merupakan
konfirmasi yang respondennya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai
 jawaban atas
atas suatu hal yang
yang ditanyakan.
ditanyakan.
3.Konfirmasi
3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang
respondenya diminta untuk memberikan jawaban
hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap informasi yang ditanyakan.
6. Pernyataan/Representasi Tertulis (Written Representation):
merupakan pernyataan yang ditandatangani individu yang
bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai
rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti suatu
pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau
organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti
dari seorang ahli. Representasi tertulis yang dibuat oleh
Auditi merupakan bukti yang berasal dari internal auditan.

198
Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang
berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi
klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
7. Bukti Matematis (Mathematical Evidence); perhitungan ulang
secara matematis yang dilakukan auditor, misal
perhitungan kembali depresiasi, perhitungan kembali
taksiran kerugian piutang, dan sebagainya.
8. Bukti Lisan (Oral Evidence); Jawaban secara lisan diterima
oleh auditor pada saat pekerjaan lapangan audit yaitu
dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada auditee.
Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi
kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang
yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan
yang dinyatakan merupakan bukti lisan.
9. Bukti Analitis (Analytical Evidence)   (Analytical Evidence):
pembandingan antara data tahun ini dengan tahun
sebelumnya, misal menghitung kerugian piutang tahun ini
dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu.
10.Bukti
10.Bukti elektronik (Electronic Evidence): menyangkut semua
informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan
elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan
suatu pendapat mengenai suatu asersi.

Untuk mendapatkan bukti-bukti pemeriksaan tersebut diperlukan


prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan
adalah langkah dan teknik yang diambil pemeriksa selama
pelaksanaanpemeriksaan. Teknik pengujian adalah teknik yang
digunakan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti audit yang kompeten dan cukup. Terdapat beberapa
prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam
memperoleh bukti audit antara lain:
1. Prosedur analitis (analitical procedures): mempelajari dan
membandingkan hubungan antar data dengan
menggunakan rasio atau membandingkan data aktual
dengan tahun lalu (anggaran).
(anggaran).
2. Inspeksi (inspecting): mengamati atau memeriksa secara
detil dokumen dan aset berwujud. Biasanya digunakan
dalam mengumoulkan dan mengevaluasi bukti bottom-
up maupun top-down. Inspeksi dokumen termasuk
menentukan ketelitian faktur atau dokumen kontrak
leasing.
3. Observasi (observing):  mengamati suatu pelaksanaan
aktivitas atau proses,
proses, untuk
untuk melihat
melihat bahwa
bahwa pegawai
pegawai
telah melakukan tugas kewajibanya sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
4. Konfirmasi (confirming): kegiatan mengajukan pertanyaaan
untuk mendapat informasi kepada pihak ketiga terkait dengan

199
suatu akun  dan permintaan jawaban dikirim langsung ke
auditor.
5. Penelusuran (tracing) yaitu penelusuran secara
mendalam dari dokumen dasar ke catatan akuntansi
(jurnal, buku besar) untuk menentukan bahwa dokumen
dari setiap transaksi telah dicatat.
6.  Vouching yaitu penelusuran secara mendalam dari
catatan ke dokumen dasar untuk menentukan validitas
dan akurasi pencatatan transaksi. Prosedur vouching
berlawanan dengan tracing.
7. Wawancara (inquiring): mengajukan pertanyaan baik secara
lisan maupun tertulis kepada auditi atau pihak luar
8. Perhitungan (counting) dilakukan dengan tujuan
mengecek ketelitian penghitungan auditee, misalnya
membuat kembali rekonsiliasi.
9. Pemindaian (scanning) melakukan penelaahan terhadap
dokumen, catatan dan daftar pendukung untuk
mendeteksi adanya elemen-elemen yang memerlukan
penyelidikan.
10. Pelaksanaan ulang (reperforming): melakukan kembali beberapa
aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan
kesesuaian dengan prosedur dan SPI yang telah ditetapkan
11. Computer-assisted audit techniques: teknik-teknik yang dapat
dikembangkan dengan bantuan komputer baik perangkat keras
maupun piranti lunak (hardware/software)

2. Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan


Pengendalian merupakan proses yang dilakukan oleh manajemen pemerintahan yang
memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat tercapai.
Pengendalian intern dalam kenyataannya terdiri dari prosedur standar, kebijaksanaan,
struktur organisasi, sistem informasi dan monitoring yang menjamin secara memadai
bahwa tujuan pemerintahan dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis,
peraturan perundangan dipatuhi dan pelaporan disajikan secara handal.
Dalam pemeriksaan keuangan, agar suatu pemeriksaan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, maka langkah pertama yang harus dilakukan pemeriksa dalam
pekerjaan pemeriksaannya adalah memahami dan menguji berjalannya SPI pada entitas
yang diperiksa. Pemerintah (auditan) harus menjamin SPI yang dibuat sudah efektif agar
opini yang diberikan baik. Pada konteks inilah terdapat hubungan antara pengendalian
intern dengan pemeriksaan. Jika pengendalian intern dianggap efektif oleh pemeriksa,
maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas pelaksanaan pengujian yang ekstensif.
Sebaliknya jika pengendalian intern dianggap lemah, maka pemeriksa harus melakukan
pengujian substantif dengan ekstensif. Dalam kondisi SPI sangat lemah, pemeriksa
dapat memberikan opini tidak memberikan pendapat (disclaimer).

200
Unsur-unsur SPI Pemerintah dijelaskan dalam pasal 3 PP 60 tahun 2008:
a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern.”
Walaupun dalam mengevaluasi SPIP, auditor harusnya mengevaluasi keseluruhan
unsur tersebut, namun dalam pelaksanaan pemeriksaannya, pemeriksa lebih banyak
mengevaluasi
mengevaluasi unsur kegiatan pengendalian, informasi
informasi dan komunikasi, dan
dan penilaian
risiko.

F. TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


Pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan, pemeriksa menyusun
konsep temuan pemeriksaan yang kemudian akan disampaikan kepada pejabat yang
bertanggungjawab untuk mendapatkan tanggapan. Temuan pemeriksaan ini kemudian
akan dimasukkan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Temuan Pemeriksaan (TP) atas laporan keuangan yang diperiksa merupakan
permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada
pihak yang terperiksa. Permasalahan
Permasalahan tersebut meliputi:
a. Ikhtisar Koreksi
Ikhtisar Koreksi merupakan rekapitulasi koreksi atau penyesuaian
(adjustments) yang diusulkan tim pemeriksa kepada pemerintah
daerah. Koreksi pemeriksaan yang dimasukkan tersebut merupakan
koreksi terhadap LKPD yang di atas nilai TE dan secara keseluruhan di
atas nilai materialitas. Koreksi pemeriksaan tersebut menggambarkan
penyajian LKPD yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan kecukupan pengungkapan. Jurnal koreksi hanya pada
akun utama pada LKPD. Penyesuaian pada buku dan sistem akuntansi
dilakukan kemudian. Selain itu, koreksi terhadap kecukupan
pengungkapan merupakan koreksi pada catatan atas laporan keuangan
LKPD.
b. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
Kelompok temuan kelemahan SPI dibagi dalam subkelompok temuan
berikut ini:
1. Temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan
yang mengungkap kelemahan sistem pengendalian terkait kegiatan
pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan
atas aset.

201
2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja mengungkap kelemahan pengendalian terkait dengan
pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah serta
pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa dan
dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
serta membuka peluang terjadinya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan
perundang-undangan
3. Kelemahan struktur pengendalian intern mengungkap kelemahan
yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern
atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas
yang diperiksa dan berpengaruh terhadap efektivitas sistem
pengendalian intern secara keseluruhan.
c. Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundangan-
undangan
Kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan
perundang-undangan dibagi dalam subkelompok berikut ini:
1. Temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang
terjadi pada perusahaan milik negara/daerah yaitu mengungkap
permasalahan berkurangnya kekayaan negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai
2. Temuan potensi kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
yaitu mengungkap adanya suatu perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya
kerugian di masa datang berupa berkurangnya kas, surat berharga,
dan aset nyata dan pasti jumlahnya
3. Temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah yang mengungkap adanya penerimaan yang
sudah menjadi hak negara/daerah atau perusahaan milik
negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah
atau perusahaan milik negara/daerah karena adanya unsur
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
4. Temuan administrasi
administr asi yang mengungkap adanya penyimpangan
penyimp angan
terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran
atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi
penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi
kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah,
negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.
5. Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan yang
diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam

202
peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi pidana
dalam peraturan perundang-undangan.
G. TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN
Setelah draft Temuan Pemeriksaan disusun oleh pemeriksa, maka langkah-
langkah berikutnya atas Temuan Pemeriksaan meliputi:
1. Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksa dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
pemerintah daerah, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat
pemerintah daerah yang berwenang antara lain kepala daerah/sekretaris daerah
atau PPKD.
2. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep Temuan
Pemeriksaan dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang dalam hal ini kepala
daerah/sekretaris daerah atas nama kepala daerah. Tanggapan tersebut akan
diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LKPD.
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD
Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan atas LKPD
kepada kepala daerah dan/atau sekretaris daerah. Penyampaian Temuan
Pemeriksaan atas LKPD tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan
pemeriksaan LKPD. Hal ini merupakan batas tanggung jawab pemeriksa terhadap
kondisi laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah
tanggal pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian temuan
pemeriksaan tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan atau tanggal surat
representasi pemerintah daerah.

H. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK


Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan
secara tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). LHP merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi pemeriksa yang
dibuat dan disampaikan kepada Pemberi Tugas, yakni BPK-RI.
Laporan tertulis berfungsi untuk: (1) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan
kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; (2) Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (3)
Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait dan (4) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

203
1. Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan
Dalam pemeriksaan tahunan atas laporan keuangan pemerintah daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan akan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan (LHP), yang terdiri
dari:
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
LHP menyatakan opini BPK-RI atas kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD). Opini pemeriksaan BPK terhadap LKPD menggunakan opini standar
sesuai Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara, yaitu:
1) Wajar tanpa pengecualian (unq ualified opin ion). Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa,
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan
(SAK) di Indonesia.
2) Wajar dengan pengecualian (q ualified opinion ). Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa
laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, realisasi anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.
4) Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa pemeriksa tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan, jika bukti pemeriksaan tidak cukup untuk membuat
kesimpulan.

204
Sumber: http://inspektorat.purworejokab.go.id/wtp-bukan-berarti-bebas-korupsi/,
2012

Perkembangan opini pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah


dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4 Perkembangan Pemberian Opini BPK 2006-2012

OPINI
LKPD JUMLAH
WTP % WDP % TW % TMP %

2006 3 1 327 28 28 6 105 23 463

2007 4 1 283 59 59 13 123 26 469

2008 12 3 323 31 31 6 118 24 485

2009 15 3 330 65 48 10 111 22 504

2010 34 7 341 66 26 5 115 22 516

2011 67 13 349 67 8 2 96 18 520

2012 113 27 267 64 4 1 31 8 415

Sumber:

205
Sesuai dengan hal di atas, maka selain kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan dan kecukupan pengungkapan, opini didasarkan pula kepada kepatuhan
perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern yang berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Laporan yang memuat kepatuhan dan sistem pengendalian
intern dapat dilaporkan terpisah.
b. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern
Pemeriksa harus melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan
keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”. Beberapa contoh
“kondisi yang dapat dilaporkan” seperti yang dirumuskan dalam SPAP adalah sebagai
berikut:
1) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang
layak.
2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem.
3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan Aset.
4) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan Aset.
5) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat
sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa,
karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian.
6) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang-orang yang
mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh
sistem tersebut.
7) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian
intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat
waktu.
8) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran
yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.
9) Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan pengendalian intern
yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berdampak langsung dan material atas laporan keuangan.
10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi
pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah
diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan,
pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat dilaporkan” yang secara sendiri-
sendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus
menempatkan temuan tersebut dalam perspektif yang wajar.

206
c. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud) dan
Ketidakpatutan (abuse)
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK. Dalam hal pemeriksa
menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus
menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasihat hukum
apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu suatu proses
penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan mengganggu
proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi laporannya, misalnya
pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).
Selain ketiga laporan tersebut di atas, BPK dapat menyampaikan laporan tambahan
sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pemeriksa dapat menyampaikan hasil transparansi
fiskal pada pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan


Pelaporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan meliputi lima langkah,
yaitu:
1. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan.Konsep laporan hasil pemeriksaan
disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis.
2. Penyampaian konsep laporan hasil pemeriksaan kepada Pejabat Entitas yang
Berwenang .Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab harus disampaikan
kepada pimpinan entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan
keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.
3. Pembahasan konsep hasil pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang .
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan
pimpinan entitas yang diperiksa.
4. Perolehan surat representasi, dan
5. Penyusunan konsep akhir dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan . Langkah ini
terdiri dari dua kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan konsep akhir LHP, dan (2)
Penyampaian LHP kepada pihak-pihak yang diwajibkan sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundangan.

3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan
Kepala Daerah kepada DPRD. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi
resmi dan tertulis dari pemerintah daerah atas berbagai keterangan, data, informasi,
dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat
tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah.

207
Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan
lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan,
ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung
 jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.

208
SOAL TOPIK III
1. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pendapatan dan piutang, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
2. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja barang dan jasa, beban, dan
persediaan, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
3. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja modal dan aset tetap, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
4. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pembiayaan, investasi dan kewajiban,
meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
5. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi dana cadangan dan transaksi non
anggaran, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
6. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi koreksi kesalahan, jurnal penyesuaian,
dan jurnal penutup, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan

241
SOAL TOPIK IV
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan soal
berikut ini !

Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2014 dengan
ringkasan anggaran sbb.:

Pendapatan Retribusi Rp 450.000.000

Rp
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan 1.020.000.000
Belanja Pegawai-Belanja Honor Rp 100.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 280.000.000
Belanja Modal Rp 200.000.000
Total Anggaran Belanja Rp 1.600.000.000

Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2014 adalah sbb:

Dinas Pariwisata - Pemkab Bahari


NERACA
Per 1 Januari 2014

Uraian Jumlah (Rp) Uraian Jumlah (Rp)


ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar Kewajiban jk Pendek -
Kas di Bendahara -
Penerimaan
Kas di Bendahara - EKUITAS
Pengeluaran
Piutang - Ekuitas 2.150.550.000
Persediaan 550.000
Total Aset Lancar 550.000

Aset Tetap
Tanah 600.000.000
Peralatan dan Mesin 750.000.000
Gedung dan 800.000.000
Bangunan
Total Aset Tetap 2.150.000.000

TOTAL ASET 2.150.550.000 TOTAL KEWAJIBAN 2.150.550.000


DAN EKUITAS DANA

242
Transaksi realisasi anggaran selama T.A. 2014 sebagai berikut:
A. Ringkasan transaksi selama Triwulan I s.d. III (Jan s.d. Sept) T.A. 2014
1) Penerimaan Uang Persediaan (UP) pada awal Januari 2014 dengan bukti SP2D-UP
sebesar Rp. 10.000.000.
2) Ringkasan data mengenai belanja yang dibayar secara langsung (LS) dengan bukti
SP2D-LS dan belanja UP yang telah disahkan pertanggungjawabannya dengan bukti
SP2D-GU selama Januari s.d September 2014 sebagai berikut:

Rp
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan 747.000.000
Belanja Pegawai-Belanja Honor Rp 13.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 243.000.000
Belanja Modal-Gedung Rp 150.000.000

Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan
UP/TU.
3) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 300.710.000

B. Transaksi selama triwulan IV (Oktober-Des) T.A. 2014 adalah sbb.:

Transaksi selama Oktober:

a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.000.000


b) Diterima SP2D-TU (Tambah Uang Persediaan) sebesar Rp 85.000.000. Dana TU
tersebut akan digunakan untuk membayar honor nara sumber kegiatan diklat
dan honor paniti.
c) Diterima SP2D-LS untuk pembelian 5 unit komputer dengan nilai total sebesar
Rp44.000.000.
d) Dibayar honor nara sumber sebesar Rp 75.000.000 dan honor panitia sebesar Rp
10.000.000. Dari pembayaran honor tersebut telah dipotong PPh sebesar
Rp11.750.000.
e) Potongan PPh sebesar Rp 11.750.000 (butir d) telah disetorkan ke rekening Kas
Negara.
f) Belanja honor di atas (butir d) telah disahkan pertanggungjawabannya dengan
menerima SP2D-TU Nihil. (Keterangan: SP2D TU Nihil bukan merupakan
pengisian kembali dana TU, tetapi hanya merupakan bukti pengesahan SPJ
pengguna dana TU).
g) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 45.500.000

Transaksi selama November:

a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000


b) Dibayar ATK dan penggandaan sebesar Rp 8.800.000 (catat ke Belanja Barang
dan Jasa). Dari pembayaran belanja tsb dipotong PPh sebesar Rp120.000 dan
PPn sebesar Rp 800.000.

243
c) Diterima SP2D-GU atas belanja barang dan jasa sebesar Rp8.800.000
d) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.560.000 dan
2.500.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
e) Disetor ke rekening Kas Negara.PPh sebesar Rp120.000 dan PPn sebesar
Rp800.000.
f) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 55.650.000

Transaksi selama Desember:


a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000
b) Dibayar biaya pemeliharaan kendaraan sebesar Rp850.000 (catat ke Belanja
Barang dan Jasa).
c) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.450.000 dan
2.635.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
d) Diterima SP2D GU-Nihil atas pertanggungawaban penggunaan UP yang terakhir.
Adapun sisa UP yang ada telah disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Daerah.
(Keterangan: SP2D GU Nihil bukan merupakan pengisian kembali UP yang
terpakai, tetapi hanya merupakan bukti pengesahaan SPJ penggunaan UP yang
terakhir di bulan Desember.)
e) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 65.850.000

C. Data untuk penyesuaian akhir Tahun Anggaran 2014:

a) Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan obat-
obatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000
b) Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2012 sebesar Rp2.500.000.
c) Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah dihitung
berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000

DIMINTA:
1. Lakukan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran
2. Lakukan Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal Finansial
3. Lakukan Posting ke buku besar
4. Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
5. Susunlah Laporan Keuangan meliputi :
a.Laporan Operasional (LO)
b.Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
c. Neraca
d.Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

244
DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)

Kode
Akun Nama Akun H/D

1 Aset H
11 Aset Lancar H
111 Kas D
112 Investasi Jangka Pendek D
113 Piutang Pendapatan D
114 Piutang Lainnya D
115 Penyisihan Piutang D
116 Beban Dibayar Dimuka D
117 Persediaan D
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD) D
12 Investasi Jangka Panjang H
121 Investasi Jangka Panjang Non Permanen D
122 Investasi Jangka Panjang Permanen D
13 Aset Tetap H
131 Tanah D
132 Peralatan dan Mesin D
133 Gedung dan Bangunan D
134 Jalan, Irigasi, dan Jaringan D
135 Aset Tetap Lainya D
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan D
137 Akumulasi Penyusutan D
14 Dana Cadangan H
141 Dana Cadangan D
15 Aset Lainnya H
151 Tagihan Jangka Panjang D
152 Kemitraan dengan Pihak Ketiga D
153 Aset Tidak Berwujud D
154 Aset Lain-lain D
2 Kewajiban H
21 Kewajiban Jangka Pendek H
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) D
212 Utang Bunga D
213 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang D
214 Pendapatan Diterima Dimuka D
215 Utang Beban D
216 Utang Jangka Pendek Lainnya D

245
Kode
Akun Nama Akun H/D

22 Kewajiban Jangka Panjang H


221 Utang Dalam Negeri D
223 Utang Luar Negeri D
224 Utang Jangka Panjang Lainnya D
3 Ekuitas H
31 Ekuitas H
311 Ekuitas D
312 Ekuitas SAL D
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD) D
4 Pendapatan-LRA H
41 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA H
411 Pendapatan Pajak Daerah-LRA D
412 Pendapatan Retribusi Daerah-LRA D
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-
413 LRA D
414 Lain-Lain PAD yang Sah-LRA D
42 Pendapatan Transfer – LRA H
421 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat D
422 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya D
423 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya D
424 Bantuan Keuangan D
43 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA H
431 Pendapatan Hibah D
432 Pendapatan Lainnya D
5 Belanja H
51 Belanja Operasi H
511 Belanja Pegawai D
512 Belanja Barang dan Jasa D
513 Belanja Bunga D
514 Belanja Subsidi D
515 Belanja Hibah D
516 Belanja Bantuan Sosial D
52 Belanja Modal H
521 Belanja Modal Tanah D
522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin D
523 Belanja Modal Gedung dan Bangunan D
524 Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan D
525 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya D
53 Belanja Tak Terduga H
6 Transfer H

246
Kode
Akun Nama Akun H/D

61 Transfer Bagi Hasil Pendapatan H


611 Transfer Bagi Hasil Pajak D
612 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya D
62 Transfer Bantuan Keuangan H
621 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya D
622 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa D
623 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya D
7 Pembiayaan H
71 Penerimaan Pembiayaan H
711 Penggunaan SILPA D
712 Pencairan Dana Cadangan D
713 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan D
714 Pinjaman Dalam Negeri D
715 Penerimaan Kembali Piutang D
716 Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir D
72 Pengeluaran Pembiayaan H
721 Pembentukan Dana Cadangan D
722 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah D
723 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D
724 Pemberian Pinjaman Daerah D
8 Pendapatan-LO H
81 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO H
811 Pendapatan Pajak Daerah-LO D
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO D
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-
813 LO D
819 Lain-Lain PAD yang Sah-LO D
82 Pendapatan Transfer – LO H
821 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat D
822 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya D
823 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya D
824 Bantuan Keuangan D
83 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO H
831 Pendapatan Hibah D
832 Pendapatan Lainnya D
84 Pendapatan Non Operasional-LO H
85 Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa H
9 Beban H
91 Beban Operasi H
911 Beban Pegawai D

247
Kode
Akun Nama Akun H/D

912 Beban Barang D


913 Beban Bunga D
914 Beban Subsidi D
915 Beban Hibah D
916 Beban Bantuan Sosial D
917 Beban Penyusutan D
918 Beban Penyisihan Piutang D
919 Beban Lain-lain D
92 Beban Transfer H
921 Bagi Hasil Pajak D
922 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya D
923 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya D
924 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa D
925 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya D
93 Beban Non Operasional H
94 Beban Luar Biasa H

248
FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

249
BUKU JURNAL

PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................


JURNAL UMUM

SKPD : ...................................

Nomor
Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit
Bukti

250
LAPORAN OPERASIONAL

PEMERINTAH KAB/KOTA ................................


SKPD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)

Kode No Uraian Jumlah

1 2 3

8 1 Pendapatan-LO
81 2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811 3 Pendapatan Pajak Daerah-LO
812 4 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
819 6 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
8
82 Pendapatan Transfer – LO
821 9 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
822 10 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – L ainnya
823 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829 12 Bantuan Keuangan
13 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83 14 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831 15 Pendapatan Hibah
16
832 Pendapatan Lainnya
17 Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84 18 Pendapatan Non Operasional-LO
85 19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9 21 Beban
91 22 Beban Operasi
911 23 Beban Pegawai
912 24 Beban Barang
913 25 Beban Bunga
914 26 Beban Subsidi
915 27 Beban Hibah
916 28 Beban Bantuan Sosial
917 29 Beban Penyusutan
918 30 Beban Penyisihan Piutang
919 31 Beban Lain-lain

255
NERACA

PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................


SKPD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
Jumlah
Kode No Uraian
Tahun 2014 Tahun 2013
1 1 Aset
11 2 Aset Lancar
111 3 Kas
112 4 Investasi Jangka Pendek
113 5 Piutang Pendapatan
114 6 Piutang Lainnya
115 7 Penyisihan Piutang
116 8 Beban Dibayar Dimuka
117 9 Persediaan
199 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
12 12 Investasi Jangka Panjang
121 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
122 14 Investasi Jangka Panjang Permanen
15 Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)
13 16 Aset Tetap
131 17 Tanah
132 18 Peralatan dan Mesin
133 19 Gedung dan Bangunan
134 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
135 21 Aset Tetap Lainya
136 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan
137 23 Akumulasi Penyusutan
24 Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
14 25 Dana Cadangan
141 26 Dana Cadangan
27 Jumlah Dana Cadangan (26)
15 28 Aset Lainnya
151 29 Tagihan Jangka Panjang
152 30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga

257
Jumlah
Kode No Uraian
Tahun 2014 Tahun 2013
153 31 Aset Tidak Berwujud
154 32 Aset Lain-lain
33 Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34 JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
2 35 Kewajiban
21 36 Kewajiban Jangka Pendek
211 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
212 38 Utang Bunga
213 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
214 40 Pendapatan Diterima Dimuka
215 41

258
Anggaran
Setelah Realisasi
Kode No Uraian %
Perubahan 2013
2014
60 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah
722 Daerah
723 61 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
724 62 Pemberian Pinjaman Daerah
63 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d.
62)
64 PEMBIAYAAN NETO (57 – 63)
65 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 +
64)

LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH

PEMERINTAH KAB/KOTA ................................


SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)

No Uraian 2014 2013

1 2 3 4
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)

261
SOAL TOPIK V

TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal
berikut ini.

A. Neraca Saldo Awal Tahun Anggaran 2014

Pemerintah Kabupaten Langit Biru


PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2014
Nama Rek Debit Kredit
(Rp) (Rp)
Kas di Kas Daerah 45.750.765.000
Piutang DAU 15.000.000.000
Penyertaan Modal pada Perusahaan 25.000.000.000
Daerah
Ekuitas 85.750.765.000
Jumlah 85.750.765.000 85.750.765.000

B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2014

Pemerintah Kabupaten Langit Biru


Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2014

Anggaran
No. Urut Uraian
stlh Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 40.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 275.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 25.000.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 340.350.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah -

262
Lampiran 6
Bagan Alir Akuntansi SKPKD (PPKD) (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

294
Lampiran 9
Bagan Alir Laporan Keuangan Pemda (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

297
Lampiran 10
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

298
Lampiran 11
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

299
Lampiran 12
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

300
Lampiran 13
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

301

Anda mungkin juga menyukai