MODUL
AKUNTANSI KEUANGAN
Rahmawati Universitas
Univers itas HasanuDdin
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Pencipta atas perkenanNya, Modul
Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik
oleh tim penyusun.
Modul ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian paket materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam Kursus Keuangan Daerah (KKD) Khusus
Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah tahun 2014 bagi pejabat/staf di lingkungan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), yang penyelenggaraannya merupakan hasil kerjasama antara 7 Center dan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Modul dalam paket tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar; bagian pertama
berisi materi-materi tinjauan pengelolaan keuangan daerah untuk menjelaskan
lingkungan akuntansi pemerintah daerah, bagian kedua berisi materi-materi sistem dan
prosedur penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah, dan bagian ketiga berisi
materi akuntansi keuangan pemerintah daerah.
Akhirnya, kepada para penulis dan editor Modul ini, kami ucapkan terima kasih
tak terhingga dan semoga karya ini akan menjadi bagian amal saudara sekalian. Tak ada
gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang Maha
Berkarya. Kritik dan saran yang membangun dari peserta kursus, sesama pengajar dan
seluruh pembaca Modul sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas Modul. Setiap
karya haruslah dipandang sebagai produk dinamis yang selalu punya peluang untuk
ditingkatkan mutunya. Wallahu’alam bissawab.
Direktur PKD,
Adriansyah
NIP 195606071984031001
Istilah
Penjelasa
Penjelasan
n
(Singkat
(Singkatan)
an)
LO Laporan Operasional
Operasional
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
v
Daftar Lampiran
vi
PENDAHULUAN
a. Abstraksi:
Modul Akuntansi Keuangan Pemda dan SKPD ini dapat dikatakan memiliki
empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial, artinya topik-topik yang
disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh
peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah.
Empat bagian besar dari isi Modul ini meliputi pengantar akuntansi
pemerintahan, siklus akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi
keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan keuangan daerah. Dalam materi
konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman persamaan
dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi
dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan
pemahaman untuk dapat memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi,
materi berikutnya adalah peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan
akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item pos laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan,
penyajian dan pengungkapan.
Setelah pemahaman atas pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus
akuntansi dan prinsip/kebijakan akuntansi pemerintah daerah, kemudian
dilanjutkan dengan proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan
Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan
penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah
penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu
diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat
transaksi menggunakan teknik double entry sesuai Permendagri 64 tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.
Selain berisi materi, Modul ini juga dilengkapi dengan lembar kerja peserta
(LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus
mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah
diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut
diharapkan peserta dapat mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan
laporan keuangan pemerintah daerah.
vii
b. Tujuan pelatihan
Setelah mempelajari Modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun
laporan keuangan pemerintah daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan
keuangan PPKD dan laporan keuangan konsolidasian (laporan keuangan
pemerintah daerah).
c. Peserta pelatihan
Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan Modul akuntansi keuangan daerah
ini:
1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi
keuangan daerah atau akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan
daerah.
2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan
d. Materi Pelatihan
Topik-topik yang disajikan dalam Modul ini yaitu:
Topik I : Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik II : Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Topik III : Akuntansi Keuangan Daerah
Topik IV : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Topik V : Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Topik VI : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian)
Topik VII : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Topik VIII : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
e. Metode Pelatihan
Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai
kompetensi dasar materi ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan
pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dimana pola penyampaian
materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar
pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori
dan praktek). Dalam proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses
penyusunan laporan keuangan dengan mempraktekkannya/mengerjakannya dalam
lembar kerja peserta di bagian akhir Modul ini bersama pengajar. Prinsip yang
harus dipegang adalah bahwa semua mengerjakan sama-sama baik tiap-tiap
peserta maupun pengajar, dan dicocokkan dan ketemu hasil yang sama. Sehingga
dengan demikian setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti
pemahaman setiap topik materi yang sudah dipelajari.
viii
f. Perlengkapan dan Fasilitas Pelatihan
Perlengkapan/Media Pembelajaran yang harus disiapkan untuk menyukseskan
proses pembelajaran materi ini yaitu:
1. LCD Proyektor
2. Kabel Roll (dengan jumlah colokan sebanyak jumlah peserta)
3. Laptop setiap Peserta
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penghapus
7. Lakban Kertas (untuk Pengenal Peserta)
8. Kalkulator untuk setiap peserta
g. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu:
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..……………………………..…………. ii
x
5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam akun Pendapatan (yang menunjukkan
hak pemda), tetapi masuk dalam akun Penerimaan (yang belum tentu menjadi
hak pemda)
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain pemda yang
terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja pemda mencakup;
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasi;
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi;
c. Target dan persentase fisik;
d. Standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang
bentuknya adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan
mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah apabila 2(dua)
kali mengalami penolakan dari DPRD.
9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut sebelumnya, peraturan yang
mengakibatkan adanya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Perubahan mendasar tersebut adalah tuntutan
akan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran. Salah
satu pergeseran pengelolaan APBD berdasarkan PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, serta aturan-aturan penerusnya (pengganti) adalah
timbulnya perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintah.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang
Keuangan Negara, yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka sebagai
konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen atas peraturan perundangan
sebelumnya. Dalam kaitan dengan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah, maka diterbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22
Tahun 1999,dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 Tahun
1999. Selain itu muncul peraturan perundangan yang diamanatkan oleh UU terdahulu,
seperti PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen tentu harus
menyesuaikan dan atau mengalami perubahan atau revisi. PP Nomor 105 Tahun 2000,
misalnya, diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Begitu juga dengan peraturan yang lebih teknis, seperti Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemudian dikeluarkan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai perubahan pertama.
Selanjutnya dikeluarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang
mengatur penggunaan basis akrual dalam sistem akuntansi keuangan pemerintah, maka
16
saat ini dikeluarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) sebagai penganti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menggunakan basis kas menuju basis akrual(cash toward accrual).
Pada PP Nomor 71 Tahun 2010 diamanatkan bahwa penggunaan basis akrual dalam
sisten akuntansi keuangan pemerintah, dilaksanakan paling lambat tahun 2015. Untuk
mendukung pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintah (PUSAP).
17
pemerintah Daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang
mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah tersebut.
18
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas seluruh aset dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
Pemerintah Daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
19
5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi
Terdapat kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b. Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman;
d. Pemerintah.
20
Format neraca sebagai berikut:
31
Sumber:PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
32
b. Aktivitas Investasi
c. Aktivitas Pendanaan
d. Aktivitas Transitoris
33
Format LAK sebagai berikut:
34
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
ransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
36
Gambar 1 Keterkaitan antar Laporan Keuangan
37
Perkembangan Opini LKPD Tahun 2007-2012
OPINI JUMLA
LKPD WTP % WDP % TW % TMP % H
2006 3 1 327 28 28 6 105 23 463
2007 4 1 283 59 59 13 123 26 469
2008 12 3 323 31 31 6 118 24 485
2009 15 3 330 65 48 10 111 22 504
2010 34 7 341 66 26 5 115 22 516
2011 67 13 349 67 8 2 96 18 520
2012 113 27 267 64 4 1 31 8 415
Sumber: BPKRI
38
Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit. Bentuk akun
yang lainnya yang lebih informatif dan lengkap adalah bentuk empat kolom yang
digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom ini merupakan pengembangan
dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan diperlukan untuk menunjukkan saldo
jumlah debit dan saldo jumlah kredit dari setiap akun. Contoh dari akun bentuk
empat kolom dapat dilihat pada Tabel 2.
Akun Kas pada Tabel 2 mempunyai saldo debit sebesar Rp8.000.000 setelah transaksi
pertama diposting dari jurnal ke buku besar (akun) kas di kasda, dan mempunyai saldo
debit sebesar Rp8.500.000 setelah posting transaksi keempat.
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah pada Lampiran II mendesain bentuk akun 4
kolom sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ……
BUKU BESAR
SKPD : ………………………………
KODE REKENING : ………………………………
NAMA REKENING : ………………………………
PAGU APBD : ………………………………
PAGU PERUBAHAN APBD : ………………………………
43
Bagan Akun
Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu organisasi yang saling
berhubungan, berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, akun dikelompok
kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Akun Neraca : Aset, Kewajiban, dan ekuitas
b. Akun Realisasi Anggaran : Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan
c. Akun Laporan Operasional : Pendapatan LO dan beban
Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oleh pemerintahan daerah dengan
mencantumkan seluruh nama akun dan nomor kodenya disebut dengan bagan akun
(chart of account).
Kodefikasi Akun sebagai berikut:
Kode Uraian
Neraca
1 ... Aset
2 ... Kewajiban
3 ... Ekuitas
Laporan Realisasi Anggaran
4 ... Pendapatan LRA
5 ... Belanja
6 ... Transfer
7 ... Pembiayaan
Laporan Operasional
8 ... Pendapatan LO
9 ... Beban
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah sesuai Lampiran III
Pemendagri 64 tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, hingga rincian obyeknya.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam
Pemendagri 64/2013 sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Akun Neraca
Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:
44
Kodefikasi Aset
Kode Akun Nama Akun
1.0.0.00.00 Aset
1.1.0.00.00 Aset Lancar
1.1.1.00.00 Kas
1.1.2.00.00 Investasi Jangka Pendek
1.1.3.00.00 Piutang Pendapatan
1.1.4.00.00 Piutang Lainnya
1.1.5.00.00 Penyisihan Piutang
1.1.6.00.00 Beban Dibayar Dimuka
1.1.7.00.00 Persediaan
1.1.8.00.00 Aset Untuk Dikonsolidasikan
1.2.0.00.00 Investasi Jangka Panjang
1.2.1.00.00 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
1.2.2.00.00 Investasi Jangka Panjang Permanen
1.3.0.00.00 Aset Tetap
1.3.1.00.00 Tanah
1.3.2.00.00 Peralatan dan Mesin
1.3.3.00.00 Gedung dan Bangunan
1.3.4.00.00 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1.3.5.00.00 Aset Tetap Lainya
1.3.6.00.00 Konstruksi Dalam Pengerjaan
1.3.7.00.00 Akumulasi Penyusutan
1.4.0.00.00 Dana Cadangan
1.4.1.00.00 Dana Cadangan
1.5.0.00.00 Aset Lainnya
1.5.1.00.00 Tagihan Jangka Panjang
1.5.2.00.00 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
1.5.3.00.00 Aset Tidak Berwujud.
1.5.4.00.00 Aset Lain-lain
Kewajiban
Kewajiban adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Kewajiban
Kode Akun Nama Akun
2.0.0.00.00 Kewajiban
2.1.0.00.00 Kewajiban Jangka Pendek.
2.1.1.00.00 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
2.1.2.00.00 Utang Bunga
2.1.3.00.00 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
2.1.4.00.00 Pendapatan Diterima Dimuka.
45
2.1.5.00.00 Utang Beban
2.1.6.00.00 Utang Jangka Pendek Lainnya
46
BELANJA MODAL
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 120.000.000
Total Belanja Modal Peralatan dan Mesin 120.000.000
TOTAL BELANJA 1.835.000.000
1.835.000.000
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sebagai berikut :
88
Tanggal No Bukti Transaksi
89
Diminta:
1. Buatlah jurnal anggaran dan jurnal untuk mencatat saldo awal!
2. Lakukan analisis transaksi dan buatlah jurnal transaksi meliputi jurnal finansial
/dan jurnal anggaran!
anggaran!
3. Susunlah Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Adil Makmur Tahun
2014 meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
4. Buatlah jurnal penutup dan susunlah Neraca Saldo setelah penutupan
90
5. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 8 langkah sebagai berikut:
91
LANGKAH 1:
Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Jurnal Anggaran
1.1.1.03.01
01/01/2014 F 1.500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor F 500.000
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan
F 250.000.000
Tempat Kerja/Jasa
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas
F 149.000.000
Bermotor Perorangan
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor F 240.000.000
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 F 1.350.000
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat F 150.000
3.1.1.01.01 Ekuitas F 639.500.000
LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
92
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
1.3.2.04.01
04/04/2014 F 110.000.000
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
04/04/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 110.000.000
93
01/01/2014 Saldo Awal 500.000
31/12/2014 Jurnal penyesuaian 500.000 0 1.000.000
SKPD Dinas Kesehatan
KODE AKUN 1.3.1.11.04
NAMA AKUN Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Debit
Kredit
97
SKPD Dinas Kesehatan
KODE AKUN 1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat
NAMA AKUN
Kerja
Kredit
01/01/201
Saldo Awal 0
4
31/12/201
Jurnal penyesuaian 0 4.800.000 4.800.000
4
98
NAMA AKUN Utang Belanja Jasa
Kredit
99
JUMLAH SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON Rp
50
OPERASIONAL (44-49) -
Rp
51 SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA (38+50)
(1.736.945.000)
8.5.0 52 PENDAPATAN LUAR BIASA - LO
Rp
8.5.1 53 Pendapatan Luar Biasa - LO
-
Rp
54 Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53)
-
9.4.0 55 BEBAN LUAR BIASA
Rp
9.4.1 56 Beban Luar Biasa
-
Rp
57 Jumlah Beban Luar Biasa (56)
-
Rp
58 POS LUAR BIASA (54-57)
-
Rp
59 SURPLUS (DEFISIT) - LO (51+58)
(1.736.945.000)
Nomor
Uraian 2014
Urut
1 2 3
3.1.1 1 Ekuitas Awal Rp 639.500.000
2 Surplus/Defisit – LO Rp (1.736.945.000)
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
0 4 Koreksi Nilai Persediaan Rp -
0 5 Selisih Revaluasi Aset Tetap Rp -
0 6 Lain-lain Rp -
111
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
NERACA
PER 31 Desember 2014
Jumlah
No Uraian
Tahun 2014 Tahun 2013
1 2 3 4
1.0.0 1 ASET
1.1.0 2 ASET LANCAR
Rp Rp
1.1.1 3 Kas dan Setara Kas
- 1.500.000
Rp Rp
1.1.2 4 Investasi Jangka Pendek
- -
Rp Rp
1.1.3 5 Piutang Pendapatan
- -
Rp Rp
1.1.4 6 Piutang Lainnya
- -
Rp Rp
1.1.5 7 Penyisihan Piutang
- -
Rp Rp
1.1.6 8 Beban Dibayar Dimuka
- -
Rp Rp
1.1.7 9 Persediaan
1.000.000,00 500.000,00
Rp Rp
1.1.8 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan
- -
Rp Rp
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
1.000.000,00 2.000.000,00
1.2.0 12 INVESTASI JANGKA PANJANG
Rp Rp
1.2.1 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
- -
Rp Rp
1.2.2 14 Investasi Jangka Panjang Permanen
- -
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. Rp Rp
15
14) - -
1.3.0 16 ASET TETAP
Rp Rp
1.3.1 17 Tanah
250.000.000,00 250.000.000,00
Rp Rp
1.3.2 18 Peralatan dan Mesin
259.000.000,00 149.000.000,00
Rp Rp
1.3.3 19 Gedung dan Bangunan
240.000.000,00 240.000.000,00
Rp Rp
1.3.4 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- -
Rp Rp
1.3.5 21 Aset Tetap Lainnya
- -
112
Rp Rp
1.3.6 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan
- -
Rp Rp
1.3.7 23 Akumulasi Penyusutan
(37.870.000,00) -
Rp Rp
24 Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
711.130.000,00 639.000.000,00
1.4.0 25 DANA CADANGAN
Rp Rp
1.4.1 26 Dana Cadangan
- -
Rp Rp
27 Jumlah Dana Cadangan (26)
- -
1.5.0 28 ASET LAINNYA
Rp Rp
1.5.1 29 Tagihan Jangka Panjang
- -
Rp Rp
1.5.2 30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
- -
Rp Rp
1.5.3 31 Aset Tidak Berwujud
- -
Rp Rp
1.5.4 32 Aset Lain-lain
- -
Rp Rp
33 Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
- -
Rp Rp
34 JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
712.130.000,00 641.000.000,00
2.0.0 35 KEWAJIBAN
2.1.0 36 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Rp Rp
2.1.1 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
- 1.500.000,00
Rp Rp
2.1.2 38 Utang Bunga
- -
Rp Rp
2.1.3 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
- -
Rp Rp
2.1.4 40 Pendapatan Diterima Dimuka
- -
Rp Rp
2.1.5 41 Utang Belanja
15.325.000,00 -
Rp Rp
2.1.6 42 Utang Jangka Pendek Lainnya
- -
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. Rp Rp
43
42) 15.325.000,00 1.500.000,00
2.2.0 44 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Rp Rp
2.2.1 45 Utang Dalam Negeri
- -
Rp Rp
2.2.2 46 Utang Jangka Panjang Lainnya
- -
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. Rp Rp
47
46) - -
Rp Rp
48 JUMLAH KEWAJIBAN (43+47)
15.325.000,00 1.500.000,00
3.0.0 49 EKUITAS
3.1.0 50 EKUITAS
Rp Rp
3.1.1 51 Ekuitas
(1.097.445.000,00) 639.500.000,00
113
Rp Rp
3.1.3 52 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
1.794.250.000,00 -
Rp Rp
53 Jumlah Ekuitas (51 s.d. 52)
698.805.000,00 639.500.000,00
Rp Rp
54 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (48+53)
712.130.000,00 641.000.000,00
Anggaran Setelah
No Uraian Realisasi 2014 %
Perubahan 2014
1 2 3 4 5
4.0.0 1 PENDAPATAN - LRA
4.1.0 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
Rp Rp
4.1.1 3 Pendapatan Pajak Daerah - LRA
- -
Rp Rp
4.1.2 4 Pendapatan Retribusi Daerah - LRA 106%
24.000.000 25.500.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan D Rp Rp
4.1.3 5
aerah yang Dipisahkan - LRA - -
Rp Rp
4.1.4 6 Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
- -
Rp Rp
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
24.000.000 25.500.000
4.2.0 8 PENDAPATAN TRANSFER - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat- Rp Rp
4.2.1 9
Dana Perimbangan - LRA - -
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Rp Rp
4.2.2 10
L ainnya - LRA - -
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah L Rp Rp
4.2.3 11
ainnya - LRA - -
Rp Rp
12 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)
- -
LAIN-
4.3.0 13
LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA
Rp Rp
4.3.1 14 Pendapatan Hibah - LRA
- -
Rp Rp
4.3.2 15 Dana Darurat - LRA
- -
Rp Rp
4.3.3 16 Pendapatan Lainnya - LRA
- -
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerahh Rp Rp
17
yang Sah (14 s.d. 16) - -
114
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.1.8.01.01
NAMA AKUN : RK SKPD………….
Debit
131
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 3.1.2.05.01
NAMA AKUN : Estimasi Perubahan SAL
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.02.08
NAMA AKUN : Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.03.01
NAMA AKUN : Dana Alokasi Umum - LRA
Kredit
134
01/01/2014 Penerimaan Dana Perimbangan
- 250.000.000.000 250.000.000.000
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.04.18
NAMA AKUN : DAK Bidang Pendidikan - LRA
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 5.1.6.01.01
NAMA AKUN :
Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan ....
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 6.2.2.01.01
NAMA AKUN : Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........
Debit
SKPD : PPKD
135
KODE AKUN : 7.1.4.01.01
NAMA AKUN : Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.2.1.01.01
NAMA AKUN : Pembentukan Dana Cadangan
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.2.2.02.01
NAMA AKUN : Penyertaan Modal pada BUMD
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 8.2.1.02.08
NAMA AKUN : Bagi Hasil dari
136
5.1.6 Beban
5.1.7 Aset
5.1.8 Kewajiban
5.1.9 Ekuitas
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada pemda
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan pemda
Bab VII Penutup
Sumber: Permendagri 64/2013
Sistematika penulisan CALK
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan
struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.
Adapun isi dari setiap bab dalam CaLK adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Berisi maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.
165
Bab II. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target-Kinerja
APBD.
Bab ini memberikan penjelasan mengenai informasi tentang kebijakan
fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
166
periode sebelumnya, membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran
SKPD. Serta dijelaskan mengenai faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan
keuangan oleh pemerintah daerah sehingga terjadi perubahan posisi keuangan.
Indikator pencapaian kinerja dapat dilihat melalui kinerja fiskal, seperti contoh
berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBD
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Tingkat Inflasi (persen)
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
Harga Minyak (US$ / barel)
Produksi Minyak (juta barel/hari)
167
sistensi SAP
168
Hambatan dan kendala yang dimaksud merupakan hambatan yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak. Seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per
program dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung
dan penghambat. ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, CaLK dapat menguraikan faktor penghambat
yang menyebabkan pencairan anggaran lambat. Sebagai contoh, dapat diuraikan
di sini bahwa pada tahun anggaran berjalan merupakan tahun anggaran
pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified budget), di mana
belanja pemerintah kota tidak dibedakan lagi menjadi belanja rutin dan belanja
pembangunan. Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-
penyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini
mengakibatkan realisasi belanja jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBD.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut. Dari target yang
telah ditentukan, ternyata tidak dapat tercapai yang disebabkan oleh, antara
lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
pajak)
a. tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
b. musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
c. rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya target Pendapatan Bukan Pajak pada periode ini antara lain
disebabkan:
a. terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan
ganti rugi sebagaimana seharusnya,
b. realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada
periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.
169
Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting
yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai. Kebijakan akuntansi
terdiri dari basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan dan penerapan
kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar
akuntansi pemerintahan.
Adapun sub bab yang perlu untuk dibahas adalah sebagai berikut:
4.1 Entitas pelaporan
Berisi penjelasan mengenai organisasi sebagai entitas akuntansi dan entitas
pelaporan keuangan daerah. Hal ini karena pengungkapan entitas pelaporan yang
membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu
pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada
laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam meng
informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan
komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman pembaca dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian I, uraian ringkas mengenai entitas
pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab IV ini. Hal ini akan lebih
memperjelas domisili dan bentuk hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
4.2 Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD.
Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan
penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan
pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan
keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca
laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Mengingat pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual, maka bagian ini akan
berisi uraian mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian ini
pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis akrual penuh,
jika memang hal itu sudah diterapkan. Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis
akuntansi ini adalah sebagai berikut:
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBD yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset,
kewajiban, dan ekuitas, yaitu basis akrual.
170
D. METODE DAN TEKNIK ANALISIS
Metode dan teknik analisis yang tepat diperlukan untuk melakukan analisis laporan
keuangan. Tujuannya agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi
dengan maksimal dan para pemakai hasil analisis tersebut dapat menafsirkannya
dengan mudah.
Adapun tahapan melakukan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut adalah:
1. Memperoleh data keuangan dan pendukung yang diperlukan untuk periode yang
akan dianalisis;
2. Mengukur atau menghitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu, sesuai
dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar tepat;
3. Melaksanakan kalkulasi dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan ke dalam formula secara cermat;
4. Menafsirkan hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis
tersebut.
Dalam praktik, secara umum terdapat tiga macam metode analisis laporan keuangan
yang biasa dipakai, yaitu analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio.
a. Analisis Horizontal
Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode
dengan periode berikutnya. Oleh karena itu analisis ini juga dikenal dengan analisis
kecenderungan (trend analysis). Analisis trend merupakan suatu teknik analisis yang
mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari trend (perubahan yang terjadi dalam
beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau
perubahan di masa datang. Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain:
Angka-angka dalam Rupiah; Angka-angka dalam persentase; Kenaikan atau penurunan
jumlah Rupiah; Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi dari
sejumlah faktor. Apabila faktor-faktor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan
perubahan terhadap data yang kita miliki, maka dalam hal ini dapat digunakan
hubungan sebab-akibat. Penggunaan regresi linear sederhana dan regresi berganda
merupakan contoh dari analisis hubungan sebab-akibat. Sementara itu, apabila hanya
disusun satu model dengan menggunakan hubungan antara variabel tanpa
memperhatikan apakah yang satu mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita
melakukan analisis kecenderungan sederhana.
Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk mengetahui
kecenderungan suatu akun (naik atau turun) dengan membandingkan angka-angka
untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun berurutan, tanpa mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari akun tersebut. Kelemahan dari
analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah tidak dapat diketahui secara
langsung berapa rata-rata kenaikan per tahun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
180
kita dapat menggunakan analisis kecenderungan bergerak (dari tahun-ke-tahun) untuk
mengetahui rata-rata kenaikan per tahun.
Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio komparatif
lainnya, hanya di sini melibatkan data beberapa tahun agar dapat diperoleh rata-rata
kenaikan pertahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per tahun tersebut dapat
digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun berikutnya.
Dari diagram di atas kemudian diprediksi kejadian untuk tahun-tahun yang akan
datang. Analisis ini juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau
ketidakteraturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan
sebaran titik-titik yang ‘tidak mengikuti aturan’ misalnya terlalu jauh dari garis
kecenderungan. Kemudian dapat diteliti penyebab terjadinya situasi tersebut.
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu pembuatan garis kecenderungan
bersifat subyektif. Artinya, bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis
kecenderungan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan lebih dari satu,
sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai dengan anggapannya
garis mana yang mewakili diagram pencar (scatter plot). Oleh karena itu, metode ini
tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk digunakan sebagai alat
analisis. Analisis selanjutnya akan menggunakan regresi sederhana maupun berganda
dengan memakai bantuan komputer.
Karakteristik analisis horizontal sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu akun laporan
keuangan.
2. Membutuhkan data time series selama beberapa tahun.
3. Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk akun yang
sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.
4. Analisis kecenderungan sederhana, dengan tahun dasar atau bergerak,
membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun
yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi perubahan
akun tersebut.
5. Analisis kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis
kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik dalam grafik.
b. Analisis vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode
pelaporan keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan
keuangan, adalah sebagai berikut:
1. Analisis atas akun yang ada di neraca
181
2. Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA)
3. Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK)
4. Analisis atas akun yang ada di laporan operasional (LO)
5. Analisis rasio
Hubungan antar akun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan APBD sebagai berikut:
1. Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto harus
positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut. (Jumlah
pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih besar dari
jumlah pengeluaran pembiayaan).
2. Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus, dan
jumlah surplus minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang negatif tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil
dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dari beberapa kondisi berikut:
a. Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar dari pada jumlah defisit, maka
selisihnya menjadi SiLPA.
b. Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.
c. Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.
Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus
kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di
Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan
daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja
(dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
penerimaan pembiayaan selain dari penerimaan kembali investasi dan penyertaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.
182
7. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
pengeluaran pembiayaan selain untuk investasi dan penyertaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi anggaran dan neraca, dilakukan
analisis sebagai berikut:
1. Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah aset tetap di
dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama kecuali jika terdapat
pelepasan aset tetap.
2. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca harus bertambah
dengan
Bila jumlah yang sama. Demikian adasebaliknya, -2(a)11( t)81(m)-6(a.)12.0145uml:n1.i1g(n)2(y(n)2(y)-4(
pm 5L
183
5. Laporan keuangan lebih menggambarkan
menggambarkan kinerja keuangan
Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan yang lebih
menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan
kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat
dalam laporan realisasi anggaran, melainkan dalam laporan kinerja instansi
pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan keuangan dapat dikatakan lebih
cenderung pada analisis kinerja keuangan. Namun demikian, analisis dapat
dikembangkan sampai kepada analisis kinerja program/kegiatan dengan
mengumpulkan data-data mengenai
mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut
target dan capaian kinerjanya.
187
BAB VIII
REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Referensi:
188
Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan, 2007
189
A. PENDAHULUAN
Saat ini audit dalam sektor pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan,
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang baik
(good governance).
governance). Secara etimologi, istilah audit berasal dari bahasa latin ‘audire’ yang
berarti mendengar.
mendengar. Secara tradisional auditing dapat dapat dipahami
dipahami sebagai
sebagai upaya
pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk mendapat kayakinan bahwa informasi
tersebut telah disajikan secara
secara wajar (true and fair). Tujuan
Jika mengacu kepada definisi audit, akan tampak perbedaan antara definisi audit
sektor privat/swasta dengan audit sektor pemerintahan. Pada sektor swasta terdapat
perbedaan makna untuk audit dengan pemeriksaan (examination), sedangkan pada
sektor pemerintahan penggunaan kata pemeriksaan dan pengauditan hingga saat ini
masih memiliki kata yang bermakna sama. Sebagai pengantar berikut adalah definisi
audit dari sektor privat atau swasta.
1. Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
secara obyektif yang berhubungan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Arens, et.al., 2010).
190
e. Kriteria yang telah ditetapkan:
standar penilaian untuk asersi-asersi atau pernyataan-pernyataan. Kriteria dapat
berupa Standar Akuntansi Pemerintahan, atau peraturan khusus yang ditetapkan
oleh dewan legislatif, anggaran atau pengukur performa lain yang ditetapkan
management.
f. Menyampaikan hasil:
hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian
antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Tujuan pengauditan (pemeriksaan)
adalah untuk menambah kredibilitas pernyataan managemen sehingga pihak yang
berkepentingan dapat memakai informasi dengan penjaminan yang memadai
bahwa informasi tersebut bebas dari salah saji material.
g. Pihak yang berkepentingan:
pihak yang menggunakan laporan audit atau laporan
l aporan hasil pemeriksaan.
191
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) di Indonesia atau basis komprehensif selain prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia. Selain untuk memberikan opini, pemeriksaan keuangan juga ditujukan
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam sistem pengendalian
intern (SPI) serta mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse).
Dasar hukum pemeriksaan keuangan meliputi:
a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
e. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
192
terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, yang melaksanakan reviu atas laporan keuangan
pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
193
keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung
pada relevansi data pembanding
3. Bukti Fisik (Physical Evidence): bukti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi, misalnya: cash-
opname, stock-opname sediaan, dan lainnya.Bukti fisik
banyak dipakai dalam verifikasi saldo aset berwujud
terutama kas dan sediaan. Bukti fisik merupakan jenis
bukti yang paling bisa dipercaya.
4. Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence); meliputi
berbagai macam dokumen sumber dan dokumen seperti
notulen rapat, rekening koran bank, kontrak-kontrak
perjanjian, maupun surat representasi. Reliabilitas bukti
dokumenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat
dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya
kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan
dokumen.
5. Konfirmasi (Confirmation): merupakan bukti dokumen
yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain
adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga
yang dipandang mengetahui atas permintaan tertentu
untuk memberikan informasi yang sesungguhnya. Ada tiga t iga
jenis konfirmasi yaitu:
yaitu:
1.Konfirmasi
1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang
respondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi
yang ditanyakan.
2.Konfirmasi
2. Konfirmasi kosong (Blank confirmation), merupakan
konfirmasi yang respondennya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai
jawaban atas
atas suatu hal yang
yang ditanyakan.
ditanyakan.
3.Konfirmasi
3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang
respondenya diminta untuk memberikan jawaban
hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap informasi yang ditanyakan.
6. Pernyataan/Representasi Tertulis (Written Representation):
merupakan pernyataan yang ditandatangani individu yang
bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai
rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti suatu
pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau
organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti
dari seorang ahli. Representasi tertulis yang dibuat oleh
Auditi merupakan bukti yang berasal dari internal auditan.
198
Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang
berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi
klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
7. Bukti Matematis (Mathematical Evidence); perhitungan ulang
secara matematis yang dilakukan auditor, misal
perhitungan kembali depresiasi, perhitungan kembali
taksiran kerugian piutang, dan sebagainya.
8. Bukti Lisan (Oral Evidence); Jawaban secara lisan diterima
oleh auditor pada saat pekerjaan lapangan audit yaitu
dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada auditee.
Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi
kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang
yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan
yang dinyatakan merupakan bukti lisan.
9. Bukti Analitis (Analytical Evidence) (Analytical Evidence):
pembandingan antara data tahun ini dengan tahun
sebelumnya, misal menghitung kerugian piutang tahun ini
dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu.
10.Bukti
10.Bukti elektronik (Electronic Evidence): menyangkut semua
informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan
elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan
suatu pendapat mengenai suatu asersi.
199
suatu akun dan permintaan jawaban dikirim langsung ke
auditor.
5. Penelusuran (tracing) yaitu penelusuran secara
mendalam dari dokumen dasar ke catatan akuntansi
(jurnal, buku besar) untuk menentukan bahwa dokumen
dari setiap transaksi telah dicatat.
6. Vouching yaitu penelusuran secara mendalam dari
catatan ke dokumen dasar untuk menentukan validitas
dan akurasi pencatatan transaksi. Prosedur vouching
berlawanan dengan tracing.
7. Wawancara (inquiring): mengajukan pertanyaan baik secara
lisan maupun tertulis kepada auditi atau pihak luar
8. Perhitungan (counting) dilakukan dengan tujuan
mengecek ketelitian penghitungan auditee, misalnya
membuat kembali rekonsiliasi.
9. Pemindaian (scanning) melakukan penelaahan terhadap
dokumen, catatan dan daftar pendukung untuk
mendeteksi adanya elemen-elemen yang memerlukan
penyelidikan.
10. Pelaksanaan ulang (reperforming): melakukan kembali beberapa
aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan
kesesuaian dengan prosedur dan SPI yang telah ditetapkan
11. Computer-assisted audit techniques: teknik-teknik yang dapat
dikembangkan dengan bantuan komputer baik perangkat keras
maupun piranti lunak (hardware/software)
200
Unsur-unsur SPI Pemerintah dijelaskan dalam pasal 3 PP 60 tahun 2008:
a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern.”
Walaupun dalam mengevaluasi SPIP, auditor harusnya mengevaluasi keseluruhan
unsur tersebut, namun dalam pelaksanaan pemeriksaannya, pemeriksa lebih banyak
mengevaluasi
mengevaluasi unsur kegiatan pengendalian, informasi
informasi dan komunikasi, dan
dan penilaian
risiko.
201
2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja mengungkap kelemahan pengendalian terkait dengan
pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah serta
pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa dan
dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
serta membuka peluang terjadinya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan
perundang-undangan
3. Kelemahan struktur pengendalian intern mengungkap kelemahan
yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern
atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas
yang diperiksa dan berpengaruh terhadap efektivitas sistem
pengendalian intern secara keseluruhan.
c. Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundangan-
undangan
Kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan
perundang-undangan dibagi dalam subkelompok berikut ini:
1. Temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang
terjadi pada perusahaan milik negara/daerah yaitu mengungkap
permasalahan berkurangnya kekayaan negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai
2. Temuan potensi kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
yaitu mengungkap adanya suatu perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya
kerugian di masa datang berupa berkurangnya kas, surat berharga,
dan aset nyata dan pasti jumlahnya
3. Temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah yang mengungkap adanya penerimaan yang
sudah menjadi hak negara/daerah atau perusahaan milik
negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah
atau perusahaan milik negara/daerah karena adanya unsur
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
4. Temuan administrasi
administr asi yang mengungkap adanya penyimpangan
penyimp angan
terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran
atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi
penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi
kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah,
negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.
5. Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan yang
diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
202
peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi pidana
dalam peraturan perundang-undangan.
G. TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN
Setelah draft Temuan Pemeriksaan disusun oleh pemeriksa, maka langkah-
langkah berikutnya atas Temuan Pemeriksaan meliputi:
1. Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksa dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
pemerintah daerah, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat
pemerintah daerah yang berwenang antara lain kepala daerah/sekretaris daerah
atau PPKD.
2. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep Temuan
Pemeriksaan dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang dalam hal ini kepala
daerah/sekretaris daerah atas nama kepala daerah. Tanggapan tersebut akan
diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LKPD.
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD
Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan atas LKPD
kepada kepala daerah dan/atau sekretaris daerah. Penyampaian Temuan
Pemeriksaan atas LKPD tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan
pemeriksaan LKPD. Hal ini merupakan batas tanggung jawab pemeriksa terhadap
kondisi laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah
tanggal pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian temuan
pemeriksaan tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan atau tanggal surat
representasi pemerintah daerah.
203
1. Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan
Dalam pemeriksaan tahunan atas laporan keuangan pemerintah daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan akan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan (LHP), yang terdiri
dari:
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
LHP menyatakan opini BPK-RI atas kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD). Opini pemeriksaan BPK terhadap LKPD menggunakan opini standar
sesuai Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara, yaitu:
1) Wajar tanpa pengecualian (unq ualified opin ion). Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa,
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan
(SAK) di Indonesia.
2) Wajar dengan pengecualian (q ualified opinion ). Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa
laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, realisasi anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.
4) Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa pemeriksa tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan, jika bukti pemeriksaan tidak cukup untuk membuat
kesimpulan.
204
Sumber: http://inspektorat.purworejokab.go.id/wtp-bukan-berarti-bebas-korupsi/,
2012
OPINI
LKPD JUMLAH
WTP % WDP % TW % TMP %
Sumber:
205
Sesuai dengan hal di atas, maka selain kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan dan kecukupan pengungkapan, opini didasarkan pula kepada kepatuhan
perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern yang berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Laporan yang memuat kepatuhan dan sistem pengendalian
intern dapat dilaporkan terpisah.
b. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern
Pemeriksa harus melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan
keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”. Beberapa contoh
“kondisi yang dapat dilaporkan” seperti yang dirumuskan dalam SPAP adalah sebagai
berikut:
1) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang
layak.
2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem.
3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan Aset.
4) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan Aset.
5) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat
sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa,
karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian.
6) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang-orang yang
mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh
sistem tersebut.
7) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian
intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat
waktu.
8) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran
yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.
9) Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan pengendalian intern
yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berdampak langsung dan material atas laporan keuangan.
10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi
pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah
diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan,
pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat dilaporkan” yang secara sendiri-
sendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus
menempatkan temuan tersebut dalam perspektif yang wajar.
206
c. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud) dan
Ketidakpatutan (abuse)
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK. Dalam hal pemeriksa
menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus
menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasihat hukum
apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu suatu proses
penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan mengganggu
proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi laporannya, misalnya
pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).
Selain ketiga laporan tersebut di atas, BPK dapat menyampaikan laporan tambahan
sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pemeriksa dapat menyampaikan hasil transparansi
fiskal pada pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan
Kepala Daerah kepada DPRD. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi
resmi dan tertulis dari pemerintah daerah atas berbagai keterangan, data, informasi,
dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat
tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah.
207
Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan
lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan,
ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung
jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
208
SOAL TOPIK III
1. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pendapatan dan piutang, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
2. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja barang dan jasa, beban, dan
persediaan, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
3. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja modal dan aset tetap, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
4. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pembiayaan, investasi dan kewajiban,
meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
5. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi dana cadangan dan transaksi non
anggaran, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
6. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi koreksi kesalahan, jurnal penyesuaian,
dan jurnal penutup, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
241
SOAL TOPIK IV
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan soal
berikut ini !
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2014 dengan
ringkasan anggaran sbb.:
Rp
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan 1.020.000.000
Belanja Pegawai-Belanja Honor Rp 100.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 280.000.000
Belanja Modal Rp 200.000.000
Total Anggaran Belanja Rp 1.600.000.000
Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2014 adalah sbb:
Aset Tetap
Tanah 600.000.000
Peralatan dan Mesin 750.000.000
Gedung dan 800.000.000
Bangunan
Total Aset Tetap 2.150.000.000
242
Transaksi realisasi anggaran selama T.A. 2014 sebagai berikut:
A. Ringkasan transaksi selama Triwulan I s.d. III (Jan s.d. Sept) T.A. 2014
1) Penerimaan Uang Persediaan (UP) pada awal Januari 2014 dengan bukti SP2D-UP
sebesar Rp. 10.000.000.
2) Ringkasan data mengenai belanja yang dibayar secara langsung (LS) dengan bukti
SP2D-LS dan belanja UP yang telah disahkan pertanggungjawabannya dengan bukti
SP2D-GU selama Januari s.d September 2014 sebagai berikut:
Rp
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan 747.000.000
Belanja Pegawai-Belanja Honor Rp 13.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 243.000.000
Belanja Modal-Gedung Rp 150.000.000
Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan
UP/TU.
3) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 300.710.000
243
c) Diterima SP2D-GU atas belanja barang dan jasa sebesar Rp8.800.000
d) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.560.000 dan
2.500.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
e) Disetor ke rekening Kas Negara.PPh sebesar Rp120.000 dan PPn sebesar
Rp800.000.
f) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 55.650.000
a) Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan obat-
obatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000
b) Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2012 sebesar Rp2.500.000.
c) Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah dihitung
berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000
DIMINTA:
1. Lakukan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran
2. Lakukan Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal Finansial
3. Lakukan Posting ke buku besar
4. Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
5. Susunlah Laporan Keuangan meliputi :
a.Laporan Operasional (LO)
b.Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
c. Neraca
d.Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
244
DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)
Kode
Akun Nama Akun H/D
1 Aset H
11 Aset Lancar H
111 Kas D
112 Investasi Jangka Pendek D
113 Piutang Pendapatan D
114 Piutang Lainnya D
115 Penyisihan Piutang D
116 Beban Dibayar Dimuka D
117 Persediaan D
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD) D
12 Investasi Jangka Panjang H
121 Investasi Jangka Panjang Non Permanen D
122 Investasi Jangka Panjang Permanen D
13 Aset Tetap H
131 Tanah D
132 Peralatan dan Mesin D
133 Gedung dan Bangunan D
134 Jalan, Irigasi, dan Jaringan D
135 Aset Tetap Lainya D
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan D
137 Akumulasi Penyusutan D
14 Dana Cadangan H
141 Dana Cadangan D
15 Aset Lainnya H
151 Tagihan Jangka Panjang D
152 Kemitraan dengan Pihak Ketiga D
153 Aset Tidak Berwujud D
154 Aset Lain-lain D
2 Kewajiban H
21 Kewajiban Jangka Pendek H
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) D
212 Utang Bunga D
213 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang D
214 Pendapatan Diterima Dimuka D
215 Utang Beban D
216 Utang Jangka Pendek Lainnya D
245
Kode
Akun Nama Akun H/D
246
Kode
Akun Nama Akun H/D
247
Kode
Akun Nama Akun H/D
248
FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
249
BUKU JURNAL
SKPD : ...................................
Nomor
Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit
Bukti
250
LAPORAN OPERASIONAL
1 2 3
8 1 Pendapatan-LO
81 2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811 3 Pendapatan Pajak Daerah-LO
812 4 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
819 6 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
8
82 Pendapatan Transfer – LO
821 9 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
822 10 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – L ainnya
823 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829 12 Bantuan Keuangan
13 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83 14 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831 15 Pendapatan Hibah
16
832 Pendapatan Lainnya
17 Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84 18 Pendapatan Non Operasional-LO
85 19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9 21 Beban
91 22 Beban Operasi
911 23 Beban Pegawai
912 24 Beban Barang
913 25 Beban Bunga
914 26 Beban Subsidi
915 27 Beban Hibah
916 28 Beban Bantuan Sosial
917 29 Beban Penyusutan
918 30 Beban Penyisihan Piutang
919 31 Beban Lain-lain
255
NERACA
257
Jumlah
Kode No Uraian
Tahun 2014 Tahun 2013
153 31 Aset Tidak Berwujud
154 32 Aset Lain-lain
33 Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34 JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
2 35 Kewajiban
21 36 Kewajiban Jangka Pendek
211 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
212 38 Utang Bunga
213 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
214 40 Pendapatan Diterima Dimuka
215 41
258
Anggaran
Setelah Realisasi
Kode No Uraian %
Perubahan 2013
2014
60 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah
722 Daerah
723 61 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
724 62 Pemberian Pinjaman Daerah
63 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d.
62)
64 PEMBIAYAAN NETO (57 – 63)
65 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 +
64)
1 2 3 4
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
261
SOAL TOPIK V
TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal
berikut ini.
Anggaran
No. Urut Uraian
stlh Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 40.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 275.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 25.000.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 340.350.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah -
262
Lampiran 6
Bagan Alir Akuntansi SKPKD (PPKD) (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
294
Lampiran 9
Bagan Alir Laporan Keuangan Pemda (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
297
Lampiran 10
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
298
Lampiran 11
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
299
Lampiran 12
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
300
Lampiran 13
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
301