Anda di halaman 1dari 4

SEKOLAH TINGGI ILMU NAMA :

SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(STISOSPOL) NIM :
“WASKITA DHARMA” Tanggal : 23/11/2023
MALANG
PROGRAM STUDI
MAGISTER ADMINISTRASI
PUBLIK
LEMBAR UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH : Analisis Kebijakan Publik
DOSEN : Dr. H. Mardiyono, MPA

1. a. Hubungan antara Keputusan Kebijakan dan Legitimasi:

Keputusan Kebijakan dan Legitimasi:

 Definisi: Keputusan kebijakan mencakup serangkaian tindakan yang diambil oleh


pemerintah untuk merumuskan, mengadopsi, dan mengimplementasikan kebijakan
publik. Legitimasi mengacu pada penerimaan dan pengakuan oleh masyarakat bahwa
keputusan dan tindakan pemerintah adalah sah, adil, dan layak.
 Hubungan: Keputusan kebijakan yang dianggap sah dan adil oleh masyarakat akan
lebih mudah diterima, dan pemerintah yang dianggap memiliki legitimasi yang kuat
cenderung lebih mampu menjalankan kebijakan publiknya. Sebaliknya, kebijakan
yang dianggap tidak sah atau tidak adil dapat merongrong legitimasi pemerintah.

Contoh Hubungan:

 Saat pemerintah membuat kebijakan yang melibatkan partisipasi publik atau


mengakomodasi kepentingan berbagai kelompok, kebijakan tersebut lebih mungkin
diterima sebagai legitim karena melibatkan berbagai perspektif dan memberikan hak
suara pada warga negara.

b. Proses Keputusan Kebijakan dalam Negara Kapitalis Modern (Menurut


Teori Elite dan Asumsi-asumsi Dasar Teori Elite):

Teori Elite:

 Dasar Teori Elite: Teori Elite mengasumsikan bahwa kebijakan publik cenderung
dipengaruhi dan dirumuskan oleh kelompok-kelompok elit atau minoritas yang
memiliki kekayaan, kekuasaan, atau akses ke sumber daya politik.
 Proses Keputusan Kebijakan: Proses pembuatan kebijakan dalam negara kapitalis
modern cenderung mencerminkan kepentingan dan preferensi kelompok elite.
Keputusan kebijakan diambil oleh orang-orang yang memiliki pengaruh dan akses ke
kekuasaan politik dan ekonomi.

Asumsi-asumsi Dasar Teori Elite:


1. Kekuasaan Terkonsentrasi: Asumsi bahwa kekuasaan terkonsentrasi di tangan
kelompok minoritas yang memiliki kendali atas sumber daya ekonomi dan politik.
2. Partisipasi Terbatas: Asumsi bahwa partisipasi politik oleh masyarakat umum
terbatas, dan sebagian besar keputusan diambil oleh elite politik dan ekonomi.
3. Reproduksi Kepemimpinan: Asumsi bahwa elit politik dan ekonomi cenderung
mempertahankan dan mereproduksi kekayaan dan kekuasaan mereka.

2. a. Pendekatan Kegagalan Kebijakan Publik:

Definisi: Pendekatan kegagalan kebijakan publik mencerminkan pemahaman bahwa


implementasi kebijakan seringkali dihadapkan pada berbagai hambatan dan masalah yang
dapat menyebabkan kegagalan mencapai tujuan yang diinginkan.

Contoh: Misalnya, sebuah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan tingkat pendidikan di


suatu daerah mungkin menghadapi kegagalan jika pelaksanaannya tidak memperhitungkan
kurangnya sumber daya, infrastruktur yang tidak memadai, atau resistensi dari pihak-pihak
yang terlibat.

b. Faktor Kunci Keberhasilan Implementasi Kebijakan menurut George


Edward III:

George Edward III mengidentifikasi beberapa faktor kunci keberhasilan dalam implementasi
kebijakan. Berikut adalah empat faktor tersebut:

1. Komunikasi:
o Deskripsi: Komunikasi yang efektif antara semua pihak terlibat dalam
implementasi kebijakan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Kapabilitas dan Keterampilan:

 Deskripsi: Kesiapan dan kapabilitas dari pihak yang terlibat dalam melaksanakan
kebijakan.

Sumber Daya:

 Deskripsi: Ketersediaan sumber daya, baik finansial maupun non-finansial, yang


diperlukan untuk melaksanakan kebijakan.

Komitmen Organisasi:

 Deskripsi: Dukungan dan komitmen dari organisasi atau lembaga yang terlibat dalam
implementasi kebijakan.
Model diagram di atas mencerminkan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan
bergantung pada keseimbangan dan interaksi positif antara keempat faktor tersebut.

Penting untuk memahami bahwa faktor-faktor tersebut bersifat saling terkait dan saling
memengaruhi. Keberhasilan implementasi kebijakan tidak hanya bergantung pada satu faktor,
melainkan pada kombinasi yang seimbang dan terintegrasi dari semua faktor tersebut.

3. a. Pendekatan dan Kategori Analisis Kebijakan Publik:

Pendekatan Analisis Kebijakan Publik:

1. Pendekatan Normatif: Menganalisis kebijakan dari perspektif nilai, etika, dan tujuan
yang diinginkan oleh masyarakat. Fokus pada pertanyaan apakah kebijakan tersebut
adil, efisien, dan sesuai dengan nilai-nilai yang diakui.
2. Pendekatan Deskriptif: Menjelaskan dan menggambarkan kebijakan tanpa menilai
nilai atau memberikan rekomendasi. Fokus pada pemahaman tentang proses
pembuatan kebijakan, aktor-aktor yang terlibat, dan konteks implementasi.
3. Pendekatan Ekonomi: Menggunakan kerangka kerja ekonomi untuk menganalisis
dampak kebijakan terhadap alokasi sumber daya. Menilai efisiensi ekonomi, distribusi
hasil, dan efek ekonomi lainnya.

Kategori Analisis Kebijakan Publik:

1. Analisis Substansi Kebijakan: Menilai isi dan substansi kebijakan untuk memahami
tujuan, dampak, dan implikasi kebijakan tersebut.
2. Analisis Proses Kebijakan: Mempelajari tahapan-tahapan pembuatan kebijakan,
termasuk identifikasi masalah, perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
3. Analisis Konteks: Memahami faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi
pembuatan kebijakan, seperti politik, budaya, ekonomi, dan sosial.
4. Analisis Akibat (Impact Analysis): Mengukur dampak kebijakan pada berbagai
aspek, termasuk sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik.

b. Penyebab Dampak Kebijakan yang Tidak Diinginkan (Unintended Policy


Impact):

1. Interdependensi Komponen Sistem: Sistem kebijakan publik seringkali kompleks


dan terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait. Tindakan atau keputusan di
satu area dapat memiliki efek domino atau menyebabkan dampak tak terduga di area
lain.
2. Ketidakpastian dan Kompleksitas: Ketidakpastian dalam perkembangan
masyarakat, ekonomi, dan lingkungan seringkali sulit diprediksi. Kebijakan yang
dibuat di bawah ketidakpastian dapat menghasilkan dampak yang tidak diinginkan
karena variabel-variabel yang sulit diprediksi.
3. Reaksi Masyarakat dan Pihak Terlibat: Respon yang tidak terduga dari masyarakat
atau pihak terlibat dapat menciptakan dampak yang tidak diinginkan. Misalnya,
resistensi masyarakat atau perlawanan dari kelompok tertentu terhadap kebijakan.
4. Ketidakseimbangan Informasi: Ketidakseimbangan informasi antara pembuat
kebijakan, implementor, dan masyarakat dapat menyebabkan pemahaman yang
kurang akurat tentang dampak kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai