Anda di halaman 1dari 6

1

PERBEDAAN MODEL KELOMPOK DAN MODEL ELIT-MASSA


Tugas Praktikum Permodelan Kebijakan

Disusun Oleh:
Miftahul Khair
32.0194
A-3

POLITIK INDONESIA TERAPAN


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2023
2

1. Model Kelompok

Dalam konteks model kebijakan publik, "model kelompok" merujuk pada


pendekatan yang memperhitungkan peran dan pengaruh kelompok-kelompok
kepentingan (stakeholders) dalam proses pembuatan kebijakan. Model ini
mengakui bahwa kebijakan publik seringkali hasil dari interaksi kompleks
antara berbagai kelompok yang memiliki kepentingan, nilai, dan pandangan
yang berbeda. Beberapa aspek penting dari model kelompok dalam konteks
kebijakan publik meliputi:

1. Kelompok Kepentingan (Interest Groups): Model kelompok


mengidentifikasi berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam
proses kebijakan. Ini bisa termasuk kelompok industri, LSM, serikat
pekerja, asosiasi profesional, dan lainnya. Setiap kelompok memiliki
tujuan dan kepentingan yang berbeda dalam memengaruhi kebijakan.
2. Kompetisi Kepentingan (Interest Competition): Model ini
menganggap bahwa pembuat kebijakan harus mempertimbangkan
berbagai kepentingan yang berkompetisi satu sama lain dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka harus memutuskan bagaimana
mengakomodasi atau menyeimbangkan berbagai kepentingan ini
dalam kebijakan yang dihasilkan.
3. Lobi (Lobbying): Kelompok kepentingan seringkali terlibat dalam
kegiatan lobi, yang melibatkan upaya untuk memengaruhi pembuat
kebijakan melalui pertemuan, kampanye, atau tekanan politik. Lobi ini
dapat memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan.
4. Partisipasi Publik (Public Participation): Model kelompok juga
menekankan pentingnya partisipasi publik dalam proses pembuatan
kebijakan. Ini bisa melibatkan pengumpulan masukan publik,
kontribusi warga dalam perdebatan kebijakan, dan pemilihan umum.
5. Konflik dan Konsensus: Model ini mengakui bahwa terjadi konflik
antara berbagai kelompok kepentingan, dan kadang-kadang konsensus
3

sulit dicapai. Pemecahan konflik dan mencapai konsensus bisa menjadi


tantangan penting dalam pembuatan kebijakan.
6. Pengaruh dan Akses: Model ini juga mempertimbangkan tingkat
pengaruh dan akses yang dimiliki oleh berbagai kelompok
kepentingan. Beberapa kelompok mungkin memiliki lebih banyak
akses ke pembuat kebijakan atau sumber daya yang memungkinkan
mereka memengaruhi kebijakan lebih kuat daripada yang lain.

Dalam praktiknya, model kelompok dalam konteks kebijakan publik


menggambarkan kompleksitas dinamika politik yang terlibat dalam
pembuatan kebijakan dan mengakui peran penting yang dimainkan oleh
berbagai kelompok kepentingan dalam membentuk kebijakan publik. Dalam
sistem politik demokratis, peran kelompok kepentingan dan partisipasi publik
sangat penting untuk menjaga akuntabilitas dan mewujudkan kebijakan yang
mewakili beragam kepentingan masyarakat.

2. Model Elit-Massa
Model elit-massa adalah teori yang menjelaskan dinamika kebijakan
publik dan interaksi antara kelompok elit dan massa dalam proses pembuatan
kebijakan. Teori ini sering digunakan untuk menganalisis sistem politik dan
pengambilan keputusan dalam masyarakat demokratis. Dalam model ini,
terdapat dua kelompok utama:

1. Elit: Ini adalah kelompok individu yang memiliki akses dan pengaruh
yang lebih besar dalam proses pembuatan kebijakan. Mereka seringkali
memiliki sumber daya, pengetahuan, dan akses ke lembaga-lembaga
kebijakan yang memungkinkan mereka untuk memengaruhi kebijakan.
Elit ini bisa termasuk pejabat pemerintah, pemimpin politik, pemilik
modal, dan kelompok-kelompok khusus yang memiliki kepentingan dalam
isu-isu tertentu.
2. Massa: Ini adalah kelompok yang lebih besar dan terdiri dari warga biasa
dalam masyarakat. Massa ini mungkin memiliki akses yang lebih terbatas
4

ke lembaga-lembaga kebijakan dan sumber daya yang lebih rendah


dibandingkan dengan elit. Mereka umumnya memiliki kepentingan dalam
kebijakan tertentu dan mungkin akan memengaruhi pembuat kebijakan
melalui pemilihan umum, tekanan kelompok, atau tindakan lainnya.

Dalam model elit-massa, dinyatakan bahwa elit memiliki pengaruh yang


lebih besar dalam pembuatan kebijakan daripada massa. Hal ini bisa terjadi
karena:

 Akses: Elit memiliki akses yang lebih besar ke lembaga-lembaga


pemerintah, media, dan sumber daya lain yang diperlukan untuk
memengaruhi kebijakan.
 Pengetahuan: Elit seringkali memiliki pengetahuan yang lebih mendalam
tentang isu-isu kebijakan daripada massa, yang membuat mereka lebih
berpengaruh dalam merumuskan argumen dan memengaruhi pemikiran
publik.
 Sumber Daya Finansial: Elit seringkali memiliki sumber daya finansial
yang cukup untuk mendukung kampanye politik, iklan, dan upaya lainnya
untuk memengaruhi kebijakan.

Namun, peran massa dalam sistem demokratis juga penting. Massa dapat
memilih pemimpin politik, mengorganisasi protes, dan memengaruhi opini
publik. Keseimbangan antara elit dan massa dalam sistem politik berbeda-
beda di setiap negara dan dapat berubah seiring waktu.

Model elit-massa membantu kita memahami bagaimana kebijakan dibuat


dan diimplementasikan dalam masyarakat demokratis, tetapi juga menyoroti
isu-isu seputar pengaruh dan representasi dalam politik.
5

3. Perbedaan Model Kelompok dengan Model Elit-Massa

Model Kelompok:

1. Fokus pada Kelompok: Model kelompok menekankan peran dan


pengaruh kelompok-kelompok kepentingan dalam proses kebijakan
publik. Ini mengakui beragam kelompok yang berpartisipasi dalam proses
kebijakan.
2. Interaksi Horizontal: Dalam model kelompok, ada interaksi horizontal
antara berbagai kelompok kepentingan yang berkompetisi satu sama lain
untuk memengaruhi kebijakan. Kepentingan mereka bisa berbeda atau
bahkan bertentangan.
3. Partisipasi Publik: Model ini mendorong partisipasi publik yang luas
dalam proses kebijakan, termasuk melalui pemilihan umum, pemungutan
suara, dan berbagai bentuk partisipasi aktif.
4. Konsensus atau Konflik: Proses kebijakan dalam model kelompok dapat
melibatkan konflik antara berbagai kelompok kepentingan, dan konsensus
tidak selalu mudah dicapai.
5. Demokratisasi: Model kelompok seringkali berusaha mencapai
demokratisasi dalam proses pembuatan kebijakan dengan mewakili
beragam suara dan kepentingan dalam masyarakat.

Model Elit-Massa:

1. Fokus pada Elit dan Massa: Model elit-massa lebih berfokus pada
perbedaan peran dan pengaruh antara kelompok elit yang memiliki akses
dan sumber daya lebih besar dan massa yang mungkin memiliki akses
terbatas.
2. Interaksi Vertikal: Dalam model ini, interaksi cenderung bersifat
vertikal, dengan kelompok elit memengaruhi atau mengarahkan massa.
Perbedaan pengaruh antara elit dan massa lebih mencolok.
6

3. Partisipasi Publik Terbatas: Model ini mungkin kurang menekankan


partisipasi publik yang luas, terutama jika massa memiliki akses dan
sumber daya yang terbatas untuk memengaruhi kebijakan.
4. Pemimpin Sentral: Elit seringkali memiliki peran penting sebagai
pemimpin atau pengambil keputusan utama dalam proses kebijakan.
Massa seringkali berperan sebagai pemilih atau penonton.
5. Pengaruh Elit Dominan: Dalam model elit-massa, kelompok elit
cenderung memiliki pengaruh yang lebih dominan dalam pengambilan
kebijakan. Massa dapat memengaruhi kebijakan melalui pemilihan umum,
tetapi pengaruh mereka mungkin lebih terbatas.
6. Tantangan Terhadap Demokrasi: Model ini dapat menimbulkan
pertanyaan tentang sejauh mana proses kebijakan mencerminkan prinsip-
prinsip demokrasi, terutama jika pengaruh elit sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai