Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH DPR

Masa awal kemerdekaan (1945-1949)

Pada awal kemerdekaan, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945


belum dibentuk. Dengan demikian, Sesuai dengan pasal 4 aturan peralihan dalam UUD
1945, dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini merupakan cikal bakal
badan legislatif di Indonesia.

Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang tetapi sumber yang lain menyatakan
terdapat 103 anggota KNIP. KNIP sebagai MPR sempat bersidang sebanyak 6 kali,
dalam melakukan kerja DPR dibentuk Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, Badan
Pekerja tersebut berhasil menyetujui 133 RUU disamping pengajuan mosi, resolusi,
usul dan lain-lain.

Masa Republik Indonesia Serikat (1949-1950)

Pada masa ini tidak diketuhi secara pasti bagaimana keberadaan DPR karena sedang
terjadi kekacauan politik, dimana fokus utama berada di pemerintah federal RIS.

Masa Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (1950-1956)

Pada tanggal 14 Agustus 1945, DPR dan Senat RIS menyetujui Rancangan UUDS
NKRI (UU No. 7/1850, LN No. 56/1950). Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan
Senat RIS mengadakan rapat dimana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya
NKRI yang bertujuan: 1. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk
federasi; 2. Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS
yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.

Sesuai isi Pasal 77 UUDS, ditetapkan jumlah anggota DPRS adalah 236 orang, yaitu
148 anggota dari DPR-RIS, 29 anggota dari Senat RIS, 46 anggota dari Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat, dan 13 anggota dari DPA RI Yogyakarta.

Masa DPR hasil pemilu 20 Maret 1956 (1956-1959)

DPR ini adalah hasil pemilu 1956 yang jumlah anggota yang dipilih sebanyak 272
orang. Pemilu 1956 juga memilih 542 orang anggota konstituante.
Tugas dan wewenang DPR hasil pemilu 1955 sama dengan posisi DPRS secara
keseluruhan, karena landasan hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya jumlah
fraksi di DPR serta tidak adanya satu dua partai yang kuat, telah memberi bayangan
bahwa pemerintah merupakan hasil koalisi. Dalam masa ini terdapat 3 kabinet yaitu
kabinet Burhanuddin Harahap, kabinet Ali Sastroamidjojo, dan kabinet Djuanda.

Masa DPR Hasil Pemilu 1959 berdasarkan UUD 1945 (1959-1965)

Jumlah anggota sebanyak 262 orang kembali aktif setelah mengangkat sumpah. Dalam
DPR terdapat 19 fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.

Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, Presiden membubarkan DPR karena DPR hanya
menyetujui 36 milyar rupiah APBN dari 44 milyar yang diajukan. Sehubungan dengan
hal tersebut, presiden mengeluarkan Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur
Susunan DPR-GR.

DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh Presiden dengan
Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu kewajiban pimpinan DPR-GR adalah
memberikan laporan kepada Presiden pada waktu-waktu tertentu, yang mana
menyimpang dari pasal 5, 20, 21 UUD 1945. Selama 1960-1965, DPR-GR
menghasilkan 117 UU dan 26 usul pernyataan pendapat.

Masa DPR Gotong Royong tanpa Partai Komunis Indonesia (1965-1966)

Setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan sementara 62 orang anggota


DPR-GR eks PKI dan ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa kerjanya 1
tahun, telah mengalami 4 kali perubahan komposisi pimpinan, yaitu: a. Periode 15
November 1965-26 Februari 1966. b. Periode 26 Februari 1966-2 Mei 1966. c. Periode
2 Mei 1966-16 Mei 1966. d. Periode 17 Mei 1966-19 November 1966. Secara hukum,
kedudukan pimpinan DPR-GR masih berstatus sebagai pembantu Presiden sepanjang
Peraturan Presiden No. 32 tahun 1964 belum dicabut.

Dalam rangka menanggapi situasi masa transisi, DPR-GR memutuskan untuk


membentuk 2 buah panitia: a. Panitia politik, berfungsi mengikuti perkembangan dalam
berbagai masalah bidang politik. b. Panitia ekonomi, keuangan dan pembangunan,
bertugas memonitor situasi ekonomi dan keuangan serta membuat konsepsi tentang
pokok-pokok pemikiran ke arah pemecahannya.
Masa Orde Baru (1966-1999)

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan dalam


UU No. 10/1966, maka DPR-GR Masa Orde Baru memulai kerjanya dengan
menyesuaikan diri dari Orde Lama ke Orde Baru. Kedudukan, tugas dan wewenang
DPR-GR 1966-1971 yang bertanggung jawab dan berwewenang untuk menjalankan
tugas-tugas utama sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai dengan pasal 23 ayat


1 UUD 1945 beserta penjelasannya.
2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai dengan pasal 5 ayat 1,
pasal 20, pasal 21 ayat 1 dan pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.
3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah sesuai dengan UUD
1945 dan penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.

Selama masa orde baru DPR dianggap sebagai Tukang Stempel kebijakan pemerintah
yang berkuasa karena DPR dikuasai oleh Golkar yang merupakan pendukung
pemerintah.

Masa reformasi (1999-sekarang)

Banyaknya skandal korupsi dan kasus pelecehan seksual merupakan bentuk nyata
bahwa DPR tidak lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya. Mantan ketua
MPR-RI 1999 s.d 2004, Amien Rais, bahkan mengatakan DPR yang sekarang hanya
merupakan stempel dari pemerintah karena tidak bisa melakukan fungsi
pengawasannya demi membela kepentingan rakyat. Hal itu tercermin dari
ketidakmampuan DPR dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang terbilang tidak pro
rakyat seperti kenaikan BBM, kasus lumpur Lapindo, dan banyak kasus lagi. Selain itu,
DPR masih menyisakan pekerjaan yakni belum terselesaikannya pembahasan
beberapa undang-undang. Buruknya kinerja DPR pada era reformasi membuat rakyat
sangat tidak puas terhadap para anggota legislatif. Ketidakpuasan rakyat tersebut dapat
dilihat dari banyaknya aksi demonstrasi yang menentang kebijakan-kebijakan
pemerintah yang tidak dikritisi oleh DPR. Banyaknya judicial review yang diajukan oleh
masyarakat dalam menuntut keabsahan undang-undang yang dibuat oleh DPR saat ini
juga mencerminkan bahwa produk hukum yang dihasilkan mereka tidak memuaskan
rakyat.
Fungsi DPR
 Fungsi legislasi, yaitu membentuk undang-undang;
 Fungsi anggaran, yaitu menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanjat Negara;
 Fungsi pengawasan, yaitu mengawasi jalannya pemerintahan.

1. Fungsi legislasi

 Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)


 Menyusun dan Membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah)
 Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
 Menetapkan UU bersama dengan Presiden
 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU

2. Fungsi anggaran

 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)


 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK
 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan Negara

3. Fungsi pengawasan

 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan


pemerintah
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran
dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan dan agama)
WEWENANG DPR
 membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat
persetujuan bersama;
 membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pen.gganti
ufidang-undang,
 menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD
yang berkaitan dengan bidang tertentu dan S mengikutsertakannya dalam
pembahasan,
 memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama;
 menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD;
 melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, serta kebijakan pemerintah;
 membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD
terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembent-
ukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama;
 memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan mem-perhatikan
pertimbangan DPD;
 membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan negara .yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
 memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial; memberikan persetujuan calon hakim
ague ng yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung
oleh presiden;
 memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada
presiden untuk ditetapkan;
 memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima
penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian
amnesti dan abolisi;
 memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian
intemasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau
pembentukan undang-undang;
 menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
 melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undang-
undang.
POSISI DPR DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN

A. SEBELUM AMANDEMEN

DPR (DEWAN PERWAKILAN RAKYAT)

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga perwakilan rakyat yang tidak
dapat dibubarkan oleh Presiden. Anggota DPR adalah Anggota Partai Politik
peserta pemilu yang dipilih oleh rakyat. DPR tidak bertanggung jawab terhadap
Presiden.

WEWENANG
1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
2. Memberikan persetujuan atas PERPU.
3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.
5. Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggota-anggota BPK
dan tiga hakim pada Mahkamah Konstitusi.

B. SESUDAH AMANDEMEN

DPR (DEWAN PERWAKILAN RAKYAT)

Pasca dilakukannya perubahan terhadap UUD, DPR semakin diperkuat


keberadaannya. Kini DPR memiliki wewenang untuk membuat Undang-undang.

1. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan


bersama.
2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.
3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.
4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD
5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah.
6. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuanagan negara yang disampaikan oleh BPK.
7. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
8. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

Hubungan DPR dengan Presiden, DPD, dan MK.

Anggtota DPR terdiri dari DPR dan DPD. Perbedaan keduanya terletak pada hakikat
kepentingan yang diwakilinya, DPR untuk mewakili rakyat sedangkan DPD untuk
mewakili daerah.

Pasal 20 ayat (1) menyatakan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang. Selanjutnya untuk menguatkan posisi DPR sebagai pemegang kekuasaan
legislatif maka pada Pasal 20 ayat (5) ditegaskan bahwa dalam hal RUU yang disetujui
bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu 30 hari semenjak RUU tersebut
disetujui, sah menjadi UU dan wajib diundangkan.

Dalam hubungan dengan DPD, terdapat hubungan kerja dalam hal ikut membahas
RUU yang berkaitan dengan bidang tertentu, DPD memberikan pertimbangan atas
RUU tertentu, dan menyampaikan hasil pengawasan pelaksanaan UU tertentu pada
DPR.

Dalam hubungannya dengan Mahkamah Konstitusi, terdapat hubungan tata kerja yaitu
dalam hal permintaan DPR kepada MK untuk memeriksa pendapat DPR mengenai
dugaan bahwa Presiden bersalah. Disamping itu terdapat hubungan tata kerja lain
misalnya dalam hal apabila ada sengketa dengan lembaga negara lainnya, proses
pengajuan calon hakim konstitusi, serta proses pengajuan pendapat DPR yang
menyatakan bahwa Presiden bersalah untuk diperiksa oleh MK.
DAFTAR PUSTAKA

http://e-rechter.blogspot.co.id/2011/06/sejarah-dewan-perwakilan-
rakyat.html
http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-dpr/
https://al-badar.net/tugas-fungsi-dan-wewenang-dpr/
http://syifafiap16.blogspot.co.id/2016/04/tugas-iii-fungsi-peranan-
struktur.html
http://komunitasgurupkn.blogspot.com/2014/08/hubungan-antar-
lembaga-negara-sesuai.html
TUGAS
HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

ANDI ADITYA RAMADHANA


B12116515
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Anda mungkin juga menyukai