Anda di halaman 1dari 8

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
PEMBENTUKAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Oleh :
Dalinama Telaumbanua, S.H.,M.H.
Dosen STIH Nias Selatan

Abstrak
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota ini dibuat atau dibentuk berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
12 tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014. Pembentukan Peraturan Daerah
adalah pembuatan Peraturan Daerah yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, penetapan, dan pengundangan Peraturan Daerah. Jadi yang dibahas dalam penulisan
ini, yaitu menyangkut perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan, dan pengundangan
Peraturan Daerah. Tahapan ini merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Pembentukan
Peraturan Daerah. Tahapan ini wajib diikuti dalam dalam rangka penyusunan Program Legislasi Daerah
Kabupaten/Kota; Penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
yang berasal dari Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota; Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota; serta Pengundangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Ketentuan tentang pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ini hampir sama dengan pembentukan Peraturan Daerah
Provinsi. Ketentuan tentang pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota merupakan upaya
dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum. Oleh karena itu, wajib dilakukan
pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan
dalam sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat
Indonesia. Penulisan ini dapat digunakan sebagai pedoman kepada beberapa Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota dalam pembentukan Peraturan Daerah. Oleh sebab
itu, diharapkan bahwa Pembentukan Peraturan Daerah kedepan lebih baik lagi dengan cara
mengikuti materi muatan baru yakni pembuatan Naskah Akademik sebagai suatu persyaratan
dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; mengikutsertakan perancang
Peraturan Daerah, Akademisi (Dosen), peneliti, dan tenaga ahli dalam tahapan pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

1. PENDAHULUAN Raperda Provinsi dan Raperda Kab/Kota;


A. Latar Belakang Pengaturan mengenai keikutsertaan
Negara Indonesia adalah negara Perancang peraturan perundang-undangan,
hukum. Dalam rangka mewujudkan peneliti, dan tenaga ahli dalam tahapan
Indonesia sebagai negara hukum, maka pembentukan peraturan perundang-
wajib dilakukan pembangunan hukum undangan.
nasional yang dilakukan secara terencana, Berdasarkan Pasal 64 ayat (3) UU
terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem Nomor 12 tahun 2011 yang menentukan
hukum nasional yang menjamin bahwa ketentuan mengenai perubahan
perlindungan hak dan kewajiban segenap terhadap teknik penyusunan peraturan
rakyat Indonesia. Untuk memenuhi perundang-undangan diatur dengan
kebutuhan masyarakat atas peraturan Peraturan Presiden. Oleh karena itu, pada
perundang-undangan yang baik, perlu dibuat tahun 2014 dikeluarkan Peraturan Presiden
peraturan mengenai pembentukan peraturan Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
perundang-undangan yang dilaksanakan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
dengan cara dan metode yang pasti, baku, Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
dan standar yang mengikat semua lembaga Perundang-undangan. Pada hakikatnya
yang berwenang membentuk peraturan Peraturan Presiden ini mestinya menjadi
perundang-undangan. dasar dalam teknik penyusunan peraturan
Pembentukan peraturan perundang- perundang-undangan. Akan tetapi, pada
undangan ini diatur dalam UU Nomor 12 kenyataannya masih banyak Kab/Kota yang
tahun 2011 tentang Pembentukan peraturan membuat atau membentuk peraturan
perundang-undangan. UU ini memiliki perundang-undangan tidak berdasarkan
materi muatan baru, yaitu antara lain: peraturan perundang-undangan terbaru.
Pengaturan Naskah Akademik sebagai suatu Kalau pembentukan peraturan perundang-
persyaratan dalam penyusunan RUU atau undangan ini tidak berdasarkan ketentuan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 96


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
yang sah, maka dianggap batal demi hukum. (Prolegda) Provinsi berlaku secara
Pembentukan peraturan perundang- mutatis mutandis terhadap
undangan adalah pembuatan peraturan penyusunan Prolegda Kab/Kota.
perundang-undangan yang mencakup Perencanaan Raperda meliputi kegiatan:
tahapan perencanaan, penyusunan, a. Penyusunan Prolegda;
pembahasan, pengesahan atau penetapan, b. Perencanaan penyusunan Raperda
dan pengundangan. Sedangkan kumulatif terbuka; dan
pembentukan Perda adalah pembuatan Perda c. Perencanaan penyusunan Raperda di
yang mencakup tahapan perencanaan, luar Prolegda.
penyusunan, pembahasan, penetapan, dan Adapun tata cara penyusunan
pengundangan Perda. Jadi yang dibahas Prolegda di Lingkungan Pemda dan DPRD
dalam penulisan ini, yaitu menyangkut Kab/Kota, yaitu
perencanaan, penyusunan, pembahasan, 1) Tata Cara Penyusunan Prolegda di
penetapan, dan pengundangan Perda. Lingkungan Pemda Provinsi
Tahapan perencanaan, penyusunan, Prolegda adalah instrumen
pembahasan, penetapan, dan pengundangan perencanaan program pembentukan
Perda merupakan langkah-langkah yang Perda Kab/Kota atau Perda Kab/Kota
pada dasarnya harus ditempuh dalam yang disusun secara terencana, terpadu,
Pembentukan Perda. Tahapan ini harus dan sistematis. Bupati/Walikota
melalui teknik penyusunan Perda. Teknik menugaskan pimpinan SKPD dalam
adalah 1) pengetahuan dan kepandaian penyusunan Prolegda di lingkungan
membuat sesuatu yang berkenaan dengan Pemda Kab/Kota.
hasil industri (bangunan, mesin); 2) cara Penyusunan Prolegda di lingkungan
(kepandaian) membuat atau melakukan Pemda Kab/Kota dikoordinasikan oleh
sesuatu yang berhubungan dengan seni; 3) biro hukum. Penyusunan Prolegda di
metode atau sistem mengerjakan sesuatu. lingkungan Pemda Kab/Kota dapat
Teknik Perda artinya cara atau metode mengikutsertakan instansi vertikal
merencanakan, menyusun atau membuat, terkait. Instansi vertikal terkait terdiri
membahas, menetapkan dan atas:
mengundangkan peraturan tertulis yang a. Instansi vertikal dari kementerian
memuat norma hukum yang mengikat yang menyelenggarakan urusan
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan pemerintahan di bidang hukum;
oleh lembaga negara atau pejabat yang dan/atau
berwenang melalui prosedur yang b. instansi vertikal terkait sesuai
ditetapkan dalam Perda. dengan:
B. Perumusan Masalah 1. Kewenangan;
Adapun perumusan masalah dalam 2. Materi muatan; atau
penulisan jurnal ini, yaitu: 3. Kebutuhan.
1. Bagaimana Tata Cara Penyusunan Hasil penyusunan Prolegda di
Program Legislasi Daerah lingkungan Pemda Kab/Kota diajukan
Kabupaten/Kota? oleh biro hukum kepada Bupati/Walikota
2. Bagaimana Tata Cara Penyusunan melalui Sekda Kab/Kota. Bupati/Walikota
Peraturan Daerah Kab/Kota? menyampaikan hasil penyusunan
3. Bagaimana Pembahasan Rancangan Prolegda di lingkungan Pemda Kab/Kota
Peraturan Daerah yang berasal dari kepada Badan Legislasi Daerah (Balegda)
Bupat/Walikota dan DPRD Kab/Kota? melalui Pimpinan DPRD Kab/Kota.
4. Bagaimana Penetapan Rancangan Balegda adalah salah satu alat
Peraturan Daerah Kab/Kota? kelengkapan DPR Daerah yang khusus
5. Bagaimana Pengundangan Peraturan menangani bidang legislasi daerah.
Daerah Kab/Kota?
2) Tata Cara Penyusunan Prolegda di
2. PEMBAHASAN Lingkungan DPRD Provinsi
1. Tata Cara Penyusunan Prolegda Penyusunan Prolegda Kab/Kota di
Kab/Kota lingkungan DPRD Kab/Kota
Peraturan Daerah (Perda) dikoordinasikan oleh Balegda. Ketentuan
Kabupaten/Kota ( Kab/Kota) adalah mengenai penyusunan Prolegda di
peraturan perundang-undangan yang lingkungan DPRD Kab/Kota diatur dalam
dibentuk oleh DPRD Kab/Kota dengan Peraturan DPRD Kab/Kota.
persetujuan bersama Bupati/Walikota. a. Tata Cara Penyusunan Prolegda
Ketentuan mengenai tata cara Kab/Kota
penyusunan Program Legislasi Daerah Penyusunan Prolegda Kab/Kota

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 97


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
dilaksanakan oleh DPRD Kab/Kota dan lainnya.
Pemda Kab/Kota. Penyusunan Prolegda Klarifikasi adalah pengkajian dan
Kab/Kota memuat daftar Rancangan penilaian terhadap Perda dan Peraturan
Peraturan Daerah (Raperda) Kab/Kota Gubernur atau Peraturan
yang didasarkan atas: Bupati/Walikota untuk disesuaikan
a. Perintah peraturan perundang- dengan kepentingan umum dan/atau
undangan yang lebih tinggi; peraturan perundang-undangan yang
b. Rencana pembangunan daerah; lebih tinggi.
c. Penyelenggaraan otonomi daerah dan c. Tata Cara Penyusunan Raperda
tugas pembantuan; dan Kab/Kota di luar Prolegda Kab/Kota
d. Aspirasi masyarakat daerah. Dalam keadaan tertentu,
Penyusunan Prolegda Kab/Kota Pemrakarsa dapat mengajukan Raperda
ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) Kab/Kota di luar Prolegda Kab/Kota
tahun berdasarkan skala prioritas berdasarkan izin prakarsa dari
pembentukan Raperda Kab/Kota. Bupati/Walikota. Keadaan tertentu,
Penyusunan dan penetapan Prolegda meliputi:
Kab/Kota dilakukan setiap tahun 1) Untuk mengatasi keadaan luar
sebelum penetapan Raperda tentang biasa, keadaan konflik, atau bencana
APBD Kab/Kota. Penetapan skala alam;
prioritas pembentukan Raperda 2) Akibat kerja sama dengan pihak
Kab/Kota dilakukan oleh Balegda dan biro lain; dan
hukum berdasarkan kriteria: 3) Keadaan tertentu lainnya yang
a. Perintah peraturan perundang- memastikan adanya urgensi atas
undangan yang lebih tinggi; suatu Raperda Kab/Kota yang dapat
b. Rencana pembangunan daerah; disetujui bersama oleh Balegda dan
c. Penyelenggaraan otonomi daerah dan biro hukum.
tugas pembantuan; dan 2. Tata Cara Penyusunan Perda
d. Aspirasi masyarakat daerah. Kab/Kota
Hasil penyusunan Prolegda a. Penyusunan Penjelasan atau
Kab/Kota antara DPRD Kab/Kota dan Keterangan dan/atau Naskah
Pemda disepakati menjadi Prolegda Akademik
Kab/Kota dan ditetapkan dalam Rapat Ketentuan mengenai penyusunan
Paripurna DPRD Kab/Kota. Prolegda penjelasan atau keterangan dan/atau
Kab/Kota ditetapkan dengan Keputusan Naskah Akademik serta penyelarasan
DPRD Kab/Kota. Ketentuan lebih lanjut Naskah Akademik Raperda Provinsi
mengenai tata cara Penyusunan berlaku secara mutatis mutandis
Prolegda Kab/Kota diatur dengan Perda terhadap penyusunan penjelasan atau
Kab/Kota. keterangan dan/atau Naskah Akademik
serta penyelarasan Naskah Akademik
b. Tata Cara Penyusunan Raperda Raperda Kab/Kota.
Kab/Kota yang dimuat dalam Pemrakarsa dalam mempersiapkan
Kumulatif Terbuka Raperda Kab/Kota disertai dengan
Prolegda di lingkungan Pemda penjelasan atau keterangan dan/atau
Kab/Kota dan DPRD Kab/Kota dapat Naskah Akademik. Naskah Akademik
dimuat daftar kumulatif terbuka yang adalah naskah hasil penelitian atau
terdiri atas: pengkajian hukum dan hasil penelitian
a. Akibat putusan MA; dan lainnya terhadap suatu masalah tertentu
b. APBD Kab/Kota. yang dapat dipertanggungjawabkan
Selain ketentuan, dalam daftar secara ilmiah mengenai pengaturan
kumulatif terbuka dapat memuat Perda masalah tersebut dalam suatu RUU,
Kab/Kota yang dibatalkan, Rancangan Perda Provinsi, atau Raperda
diklarifikasi, atau atas perintah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
peraturan perundang-undangan yang permasalahan dan kebutuhan hukum
lebih tinggi. Selain ketentuan, Prolegda masyarakat.
Kab/Kota dapat juga memuat daftar Penyusunan penjelasan atau
kumulatif terbuka yang terdiri atas: keterangan dan/atau Naskah Akademik
(1) Pembentukan, pemekaran, dan Raperda Kab/Kota yang berasal dari
penggabungan kecamatan atau pimpinan SKPD mengikutsertakan biro
nama lainnya; dan/atau hukum.
(2) Pembentukan, pemekaran, dan Penyusunan penjelasan atau
penggabungan desa atau nama keterangan dan/atau Naskah Akademik

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 98


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
untuk Raperda Kab/Kota yang berasal d. Biro Hukum;
dari anggota DPRD, komisi, gabungan e. SKPD terkait; dan
komisi, atau Balegda, dikoordinasikan f. Perancang peraturan perundang-
oleh Balegda. undangan.
Pemrakarsa dalam melakukan Bupati/Walikota dapat
Penyusunan Naskah Akademik dapat mengikutsertakan instansi vertikal yang
mengikutsertakan instansi vertikal dari terkait dan/atau akademisi dalam
kementerian yang menyelenggarakan keanggotaan tim penyusun. Tim
urusan pemerintahan di bidang hukum penyusun dipimpin oleh seorang ketua
dan pihak ketiga yang mempunyai yang ditunjuk oleh Pemrakarsa. Dalam
keahlian sesuai materi yang akan diatur penyusunan Raperda Kab/Kota, tim
dalam Raperda Kab/Kota. penyusun dapat mengundang peneliti
Penjelasan atau keterangan paling dan/atau tenaga ahli dari lingkungan
sedikit memuat pokok pikiran dan materi perguruan tinggi atau organisasi
muatan yang akan diatur. kemasyarakatan sesuai dengan
Penyusunan Naskah Akademik kebutuhan.
Raperda Kab/Kota dilakukan sesuai Ketua tim penyusun melaporkan
dengan teknik penyusunan Naskah kepada Sekda Kab/Kota mengenai
Akademik sebagaimana tercantum dalam perkembangan dan/atau permasalahan
Lampiran I UU Nomor 12 Tahun 2011 yang dihadapi dalam penyusunan
tentang Pembentukan Peraturan Raperda Kab/Kota untuk mendapatkan
Perundang-undangan. arahan atau keputusan. Raperda
Penjelasan atau keterangan dan/atau Kab/Kota yang telah disusun diberi paraf
Naskah Akademik digunakan sebagai koordinasi oleh tim penyusun dan
pedoman dalam penyusunan Raperda Pemrakarsa.
Kab/Kota. Ketua tim penyusun menyampaikan
Biro hukum Pemda Kab/Kota hasil Raperda Kab/Kota kepada
melakukan penyelarasan Naskah Bupati/Walikota melalui Sekda Kab/Kota
Akademik Raperda Kab/Kota yang untuk dilakukan pengharmonisasian,
diterima dari SKPD Kab/Kota. pembulatan, dan pemantapan konsepsi.
Penyelarasan dilakukan terhadap Sekda Kab/Kota menugaskan kepala biro
sistematika dan materi muatan Naskah hukum untuk mengoordinasikan
Akademik Raperda Kab/Kota. pengharmonisasian, pembulatan, dan
Penyelarasan dilaksanakan dalam rapat pemantapan konsepsi Raperda Kab/Kota.
penyelarasan dengan mengikutsertakan Dalam mengoordinasikan
pemangku kepentingan. Biro hukum pengharmonisasian, pembulatan, dan
Pemda Kab/Kota melalui Sekda pemantapan konsepsi, kepala biro hukum
Kab/Kota menyampaikan kembali Naskah dapat mengikutsertakan instansi vertikal
Akademik Raperda Kab/Kota yang telah dari kementerian yang menyelenggarakan
dilakukan penyelarasan kepada SKPD urusan pemerintahan di bidang hukum.
Kab/Kota disertai dengan penjelasan Sekda Kab/Kota menyampaikan hasil
hasil penyelarasan. pengharmonisasian, pembulatan, dan
b. Penyusunan Perda di Lingkungan pemantapan konsepsi kepada Pemrakarsa
Pemda Kab/Kota dan pimpinan SKPD Kab/Kota terkait
Ketentuan mengenai penyusunan untuk mendapatkan paraf persetujuan
Perda di lingkungan Pemda Provinsi pada setiap halaman Raperda Kab/Kota.
berlaku secara mutatis mutandis Sekda Kab/Kota menyampaikan
terhadap penyusunan Perda di Raperda Kab/Kota yang telah dibubuhi
lingkungan Pemda Kab/Kota. paraf persetujuan kepada
Bupati/Walikota memerintahkan Bupati/Walikota.
Pemrakarsa untuk menyusun Raperda
Kab/Kota berdasarkan Prolegda c. Penyusunan Perda di Lingkungan
Kab/Kota. Dalam menyusun Raperda DPRD Kab/Kota
Kab/Kota, Bupati/Walikota membentuk Ketentuan mengenai penyusunan
tim penyusun Raperda Kab/Kota yang Perda Provinsi di lingkungan DPRD
ditetapkan dengan Keputusan Provinsi berlaku secara mutatis
Bupati/Walikota. Keanggotaan tim mutandis terhadap Penyusunan Perda
penyusun terdiri atas: Kab/Kota di lingkungan DPRD Kab/Kota.
a. Bupati/Walikota; Raperda Kab/Kota yang berasal dari
b. Sekda; DPRD Kab/Kota dapat diajukan oleh
c. Pemrakarsa; anggota DPRD Kab/Kota, komisi,

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 99


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
gabungan komisi, atau Balegda Rapat paripurna DPRD Kab/Kota
berdasarkan Prolegda Provinsi. memutuskan usul Raperda Kab/Kota,
Raperda Kab/Kota yang telah berupa:
diajukan oleh anggota DPRD Kab/Kota, a. Persetujuan;
komisi, gabungan komisi, atau Balegda b. Persetujuan dengan pengubahan;
disampaikan secara tertulis kepada atau
pimpinan DPRD Kab/Kota disertai c. Penolakan.
penjelasan atau keterangan dan/atau Dalam hal persetujuan dengan
Naskah Akademik. Penjelasan atau pengubahan, Pimpinan DPRD Kab/Kota
keterangan memuat: menugaskan komisi, gabungan komisi,
a. Pokok pikiran dan materi muatan Balegda, atau panitia khusus untuk
yang diatur; menyempurnakan Raperda Kab/Kota
b. Daftar nama; dan tersebut. Penyempurnaan Raperda
c. Tanda tangan pengusul. Kab/Kota disampaikan kembali kepada
Naskah Akademik yang telah Pimpinan DPRD Kab/Kota.
melalui pengkajian dan penyelarasan, Raperda Kab/Kota yang telah
memuat: disiapkan oleh DPRD Kab/Kota
a. Latar belakang dan tujuan disampaikan oleh pimpinan DPRD
penyusunan; Kab/Kota kepada Bupati/Walikota untuk
b. Sasaran yang ingin diwujudkan; dilakukan pembahasan. Apabila dalam satu
c. Pokok pikiran, ruang lingkup, atau masa sidang, DPRD Kab/Kota dan
objek yang akan diatur; dan Bupati/Walikota menyampaikan
d. Jangkauan dan arah pengaturan. Raperda Kab/Kota mengenai materi
Penyampaian Raperda Kab/Kota yang sama, yang dibahas adalah
diberikan nomor pokok oleh sekretariat Raperda Kab/Kota yang disampaikan
DPRD Provinsi. Dalam hal Raperda oleh DPRD Kab/Kota dan Raperda
Kab/Kota mengatur mengenai: Kab/Kota yang disampaikan oleh
a. APBD Kab/Kota; Bupati/Walikota digunakan sebagai
b. Pencabutan Perda Kab/Kota; atau bahan untuk dipersandingkan.
c. Perubahan Perda Kab/Kota yang 3. Pembahasan Raperda yang
hanya terbatas mengubah beberapa berasal dari Bupati/Walikota dan
materi, penyampaian Raperda DPRD Kab/Kota
Kab/Kota tersebut disertai dengan a. Raperda yang berasal dari
penjelasan atau keterangan yang Bupati/Walikota
memuat pokok pikiran dan materi Ketentuan mengenai persiapan
muatan yang diatur. pembahasan Raperda Provinsi yang
Pimpinan DPRD Kab/Kota berasal dari Gubernur berlaku
menyampaikan Raperda Kab/Kota kepada secara mutatis mutandis terhadap
Balegda untuk dilakukan pengkajian. persiapan pembahasan Raperda
Pengkajian dilakukan dalam rangka Kabupaten/Kota yang berasal dari
pengharmonisasian, pembulatan, dan Bupati/Walikota. Raperda yang
pemantapan konsepsi Raperda Provinsi. berasal dari Bupati/Walikota
Balegda menyampaikan hasil pengkajian disampaikan dengan surat
Raperda Kab/Kota kepada Pimpinan pengantar Bupati/Walikota kepada
DPRD Kab/Kota. pimpinan DPRD Kab/Kota untuk
Pimpinan DPRD Kab/Kota dilakukan pembahasan. Surat
menyampaikan hasil pengkajian Balegda pengantar Bupati/Walikota, paling
dalam rapat paripurna DPRD Kab/Kota. sedikit memuat:
Pimpinan DPRD Kab/Kota a. Latar belakang dan tujuan
menyampaikan Raperda Provinsi kepada penyusunan;
semua anggota DPRD Kab/Kota dalam b. Sasaran yang ingin diwujudkan; dan
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari c. Materi pokok yang diatur, yang
sebelum rapat paripurna DPRD menggambarkan keseluruhan
Kab/Kota. Dalam rapat paripurna DPRD substansi Raperda Kab/Kota.
Kab/Kota: Dalam hal Raperda yang
a. Pengusul memberikan penjelasan; berasal dari Bupati/Walikota
b. Fraksi dan anggota DPRD Kab/Kota disusun berdasarkan Naskah
lainnya memberikan pandangan; dan Akademik, Naskah Akademik
c. Pengusul memberikan jawaban atas disertakan dalam penyampaian
pandangan fraksi dan anggota DPRD Raperda Kab/Kota. Dalam rangka
Kab/Kota lainnya. pembahasan Raperda di DPRD

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 100
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
Kab/Kota, Pemrakarsa Pembahasan, dilakukan melalui 2
memperbanyak Raperda Kab/Kota (dua) tingkat pembicaraan, yaitu
sesuai jumlah yang diperlukan. pembicaraan tingkat I dan
Bupati/Walikota membentuk pembicaraan tingkat II.
tim dalam pembahasan Raperda Pembicaraan Tingkat I meliputi:
Kab/Kota di DPRD Kab/Kota. Tim 1) Dalam hal Raperda Kab/Kota
yang dibentuk Bupati/Walikota berasal dari Bupati/Walikota
tersebut diketuai oleh Sekda dilakukan dengan:
Kab/Kota atau pejabat yang a) Penjelasan Bupati/Walikota dalam
ditunjuk oleh Bupati/Walikota. rapat paripurna mengenai Raperda;
Ketua tim (Sekda Kab/Kota) b) Pemandangan umum fraksi terhadap
melaporkan perkembangan dan/atau Raperda; dan
permasalahan dalam pembahasan c) Tanggapan dan/atau jawaban
Raperda Kab/Kota di DPRD Bupati/Walikota terhadap
Kab/Kota kepada Bupati/Walikota pemandangan umum fraksi.
untuk mendapatkan arahan dan 2) Dalam hal Raperda Kab/Kota
keputusan. berasal dari DPRD dilakukan
b. Raperda yang berasal dari DPRD dengan:
Kab/Kota a) Penjelasan pimpinan komisi,
Ketentuan mengenai persiapan pimpinan gabungan komisi,
pembahasan Raperda Provinsi yang pimpinan Balegda, atau pimpinan
berasal dari DPRD Provinsi berlaku panitia khusus dalam rapat
secara mutatis mutandis terhadap paripurna mengenai Raperda
persiapan pembahasan Raperda Kab/Kota;
Kab/Kota yang berasal dari DPRD b) Pendapat Bupati/Walikota terhadap
Kab/Kota. Raperda yang berasal dari Raperda Kab/Kota; dan
DPRD Kab/Kota disampaikan c) Tanggapan dan/atau jawaban fraksi
dengan surat pengantar pimpinan terhadap pendapat Bupati/Walikota.
DPRD Kab/Kota kepada Pembahasan dalam rapat komisi,
Bupati/Walikota untuk dilakukan gabungan komisi, atau panitia
pembahasan. Surat pengantar khusus yang dilakukan bersama
pimpinan DPRD Kab/Kota paling dengan Bupati/Walikota atau pejabat
sedikit memuat: yang ditunjuk untuk mewakilinya.
a. Latar belakang dan tujuan Pembicaraan Tingkat II meliputi:
penyusunan; 1) Pengambilan keputusan dalam rapat
b. Sasaran yang ingin diwujudkan; dan paripurna yang didahului dengan:
c. Materi pokok yang diatur, yang a) Penyampaian laporan pimpinan
menggambarkan keseluruhan komisi/pimpinan gabungan
substansi Raperda Kab/Kota. komisi/pimpinan panitia khusus
Dalam hal Raperda Kab/Kota yang berisi pendapat fraksi dan hasil
yang berasal dari DPRD Kab/Kota pembahasan; dan
disusun berdasarkan Naskah b) Permintaan persetujuan dari anggota
A k a d e m i k , Naskah Akademik secara lisan oleh pimpinan rapat
disertakan dalam penyampaian paripurna.
Raperda Kab/Kota. Dalam rangka Dalam hal persetujuan tidak dapat
pembahasan Raperda di DPRD dicapai secara musyawarah untuk
Kab/Kota, Sekretariat DPRD mufakat, keputusan diambil
Kab/Kota memperbanyak Raperda berdasarkan suara terbanyak.
Kab/Kota sesuai jumlah yang 2) Pendapat akhir Bupati/Walikota.
diperlukan. Dalam hal Raperda Kab/Kota tidak
c. Pembahasan Raperda Kab/Kota mendapat persetujuan bersama
Ketentuan mengenai antara DPRD Kab/Kota dan
pembahasan Raperda Provinsi Bupati/Walikota, Raperda Kab/Kota
berlaku secara mutatis mutandis tersebut tidak boleh diajukan lagi
terhadap pembahasan Raperda dalam persidangan DPRD Kab/Kota
Kab/Kota. Raperda yang berasal dari masa sidang itu.
DPRD Kab/Kota atau Raperda Provinsi dapat ditarik
Bupati/W a l i k o t a dibahas oleh kembali sebelum dibahas bersama
DPRD Kab/Kota dan oleh DPRD Kab/Kota dan
Bupati/Walikota untuk Bupati/Walikota. Penarikan kembali
mendapatkan persetujuan bersama. Raperda Kab/Kota oleh

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 101
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
Bupati/Walikota, disampaikan Perda Kab/Kota ke dalam Lembaran
dengan surat Bupati/Walikota Daerah Kab/Kota. Sekda Kab/Kota
disertai alasan penarikan. membubuhkan kalimat pengesahan.
Penarikan kembali Raperda Naskah Perda Kab/Kota yang telah
Kab/Kota oleh DPRD Kab/Kota, dibubuhi kalimat pengesahan dibubuhi
dilakukan dengan keputusan nomor dan tahun serta diundangkan oleh
pimpinan DPRD Kab/Kota dengan Sekda Kab/Kota. Bupati/Walikota
disertai alasan penarikan. Raperda menyampaikan Raperda Kab/Kota yang
Provinsi yang sedang dibahas hanya telah disetujui dan yang telah
dapat ditarik kembali berdasarkan disampaikan oleh pimpinan DPRD
persetujuan bersama DPRD Kab/Kota kepada Bupati/Walikota
Kab/Kota dan Bupati/Walikota. kepada menteri yang menyelenggarakan
Penarikan kembali Raperda urusan pemerintahan di bidang dalam
Kab/Kota hanya dapat dilakukan negeri untuk mendapatkan nomor
dalam rapat paripurna DPRD register Perda Kab/Kota sebelum
Kab/Kota yang dihadiri oleh diundangkan oleh Sekda Kab/Kota.
Bupati/Walikota. Raperda Kab/Kota 5. Pengundangan Perda Kab/Kota
yang ditarik kembali tidak dapat Ketentuan mengenai
diajukan lagi pada masa sidang yang pengundangan Perda Provinsi berlaku
sama. secara mutatis mutandis terhadap
4. Penetapan Raperda Kab/Kota pengundangan Perda Kab/Kota. Sekda
Ketentuan mengenai penetapan Kab/Kota mengundangkan Perda
Raperda Provinsi berlaku secara mutatis Kab/Kota dengan menempatkannya
mutandis terhadap penetapan Raperda dalam Lembaran Daerah. Sekda
Kab/Kota. Raperda Kab/Kota yang telah Kab/Kota menandatangani
disetujui bersama oleh DPRD Kab/Kota pengundangan Perda Kab/Kota dengan
dan Bupati/Walikota disampaikan oleh membubuhkan tanda tangan pada
pimpinan DPRD Kab/Kota kepada naskah Perda Kab/Kota tersebut.
Bupati/Walikota untuk ditetapkan Penandatanganan Perda Kab/Kota
menjadi Perda Kab/Kota. Penyampaian atau nama lainnya dibuat dalam rangkap
Raperda Kab/Kota dilakukan dalam 4 (empat). Pendokumentasian naskah asli
jangka waktu paling lama 7 hari Perda Kab/Kota disimpan oleh:
terhitung sejak tanggal persetujuan a. DPRD;
bersama. b. Sekda;
Terhadap Raperda Kab/Kota yang c. Biro hukum Kab/Kota berupa
disampaikan Pimpinan DPRD Kab/Kota, minute; dan
Sekda Kab/Kota menyiapkan naskah d. Pemrakarsa.
Perda Kab/Kota dengan menggunakan Penjelasan Perda ditempatkan
lambang negara pada halaman pertama. dalam Tambahan Lembaran Daerah.
Raperda Kab/Kota ditetapkan oleh Tambahan Lembaran Daerah memuat
Bupati/Walikota dengan membubuhkan atau mencantumkan nomor Tambahan
tanda tangan. Penandatanganan Raperda Lembaran Daerah.
Kab/Kota oleh Bupati/Walikota dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 30 hari 3. PENUTUP
terhitung sejak tanggal Raperda Kab/Kota A. Kesimpulan
tersebut disetujui bersama oleh DPRD 1. Ketentuan tentang pembentukan
Kab/Kota dan Gubernur. Peraturan Daerah Provinsi hampir sama
Naskah Perda Kab/Kota yang telah dengan pembentukan Peraturan Daerah
ditandatangani oleh Bupati/Walikota Kabupaten/Kota.
dibubuhi nomor dan tahun oleh Sekda 2. Ketentuan tentang pembentukan
Kab/Kota. Penomoran Perda Kab/Kota Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
menggunakan nomor bulat. Dalam hal merupakan upaya dalam rangka
Raperda Kab/Kota tidak ditandatangani mewujudkan Indonesia sebagai negara
oleh Bupati/Walikota dalam jangka waktu hukum. Oleh karena itu, wajib
30 hari, Raperda Kab/Kota tersebut sah dilakukan pembangunan hukum
menjadi Perda dan wajib diundangkan. nasional yang dilakukan secara
Kalimat pengesahan bagi Perda terencana, terpadu, dan berkelanjutan
Kab/Kota berbunyi: “Perda ini dinyatakan dalam sistem hukum nasional yang
sah”. Kalimat pengesahan tersebut harus menjamin perlindungan hak dan
dibubuhkan pada halaman terakhir naskah kewajiban segenap rakyat Indonesia.
Perda Kab/Kota sebelum pengundangan 3. Tahapan perencanaan, penyusunan,

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 102
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.4 No.1 Edisi April 2018
pembahasan, penetapan, dan
pengundangan Peraturan Daerah
merupakan langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam Pembentukan
Peraturan Daerah. Tahapan ini wajib
diikuti dalam dalam rangka penyusunan
Program Legislasi Daerah
Kabupaten/Kota; Penyusunan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota; Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah yang
berasal dari Bupati/Walikota dan
DPRD Kabupaten/Kota; Penetapan
Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota; serta Pengundangan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
B. Saran
1. Hendaknya dalam pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dan DPRD Kabupaten/Kota
mempedomani ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, yang salah satunya
mengatur tentang pembentukan
Peraturan Daerah.
2. Hendaknya dalam pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dan DPRD Kabupaten/Kota dibuat
dengan cara mengikuti materi muatan
baru dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yaitu pembuatan
Naskah Akademik sebagai suatu
persyaratan dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
Kabupaten/Kota; mengikutsertakan
perancang Peraturan Daerah,
Akademisi (Dosen), peneliti, dan
tenaga ahli dalam tahapan pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

4. DAFTAR PUSTAKA
ILCP. 2008. Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Jakarta:
CV Karya Gemilang.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 80
Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum
Daerah.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 103

Anda mungkin juga menyukai