Anda di halaman 1dari 31

CARA MEMAHAMI PENERAPAN

BAHASA HUKUM DALAM TATA


NASKAH DINAS, KEPUTUSAN
RISALAH DAN PERSIDANGAN

Oleh:

JANIRUDDIN, SH.MSi.
(ASDEP KOORDINASI DEMOKRASI DAN
KELEMBAGAAN , PADA DEPUTI POLDAGRI)

1
BAHASA HUKUM
Pasal 5 UU P3 :
Dlm membentuk per-UU hrs berdsrkan pd asas
pembentukan per-uu yg baik yg meliputi :
 kelembaagaan atau organ pembentk yg
tepat;
 kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
 dapat dilaksanakan;
 kedayagunaan dan kehasilgunaan;
 kejelasan rumusan; dan
 keterbukaan.
 kejelasan tujuan;

2
BAHASA HUKUM
Penjelasan Pasal 5 huruf UU P3 :
“Yang dimaksud dgn asas ‘kejelasan rumusan” adalah
bahwa setiap peraturan per-uu hrs memenuhi
persyaratan teknis penyusunan peraturan per-uu,
sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.”

selalu terdapat ruang interpretasi (room for


interpretation) dan faktor-faktor lain yang
menentukan bagaimana ruang ini diisi dgn bhs yg
mudah dimengerti
3
BAHASA HUKUM
Teks Hukum : Struktur dan Bahasa
Sifat Bahasa Hukum
1. Kalimat-kalimat yang kompleks
2. Kalimat panjang lebar dan berlebihan
3. Mengandung beberapa frasa yang dihubungakan
4. Struktur kalimat yang tidak lazim
5. Peniadaan (Negasi)
cara-cara untuk memperkenalkan bahasa hukum yang
jelas dan menciptakan komunikasi yang
ringkas/singkat (concise communication) adalah
melalui perbendaharaan kata hukum khusus
(specific legal vocabulary), yang secara
terminologis sering disebut dengan “leksikon
hukum”. 4
BAHASA HUKUM
Leksikon hukum tersebut pada umumnya memiliki
karakter :
1. Kosa kata kuno (legal archaisms);
2. Kreativitas linguistik;
3. Terminologinya formal dan ritualistis

5
Ragam Bahasa Perundang-undangan
Berdasarkan UU P3

Dalam Lampiran UU P3 – yang merupakan bagian tak


terpisahkan dari UU P3, telah dikemukakan petunjuk
teknis penyusunan peraturan perundang-undangan.
Khususnya dalam Bab III, mulai angka 205 sampai
dengan 247 diatur mengenai ragam bahasa peraturan
perundang-undangan. Pada angka 205 Lampiran
tersebut dikemukakan bahwa “...namun demikian
bahasa peraturan perundang-undangan mempunyai
corak tersendiri yang bercirikan kejernihan atau
kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan,
keserasian, dan ketaatan asas sesuai dengan
kebutuhan hukum.”
6
Ini menunjukkan bahwa pembentuk UU P3 itu sendiri
berpendirian bahwa bahasa peraturan perundang-
undangan adalah “different from ordinary speech”

207. Hindarkan penggunaan kata atau frase yang


artinya kurang menentu atau konteksnya dalam
kalimat kurang jelas.
208. Dalam merumuskan ketentuan peraturan
perundang-undangan, gunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baku.

7
PERAN SEKRETARIAT DPRD DALAM
PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

1. Pembuatan Risalah Produk Hukum.

2. Dukungan Legal Drafting.

3. Dukungan Koordinasi dengan KDH.

8
I. PENGERTIAN RISALAH PRODUK HUKUM

1. Risalah Produk Hukum merupakah dokumen


penyusunan produk hukum yang merupakan
satu kesatuan dengan produk hukum itu
sendiri, yang menguraikan pembentukan dari
suatu produk hukum, mulai dari pemrakarsa
pembentukan produk hukum, pembahasan
dan pengambilan pendapat akhir pada suatu
produk hukum.
2. Sebagai dokumen penyusunan Produk
Hukum, maka Risalah Produk Hukum
mengurai rentetan penyusunan dari suatu
produk hukum. Khusus untuk produk hukum
daerah yang berbentuk Peraturan Daerah,
sesuai dengan prakarsa penyusunan produk
hukum maka penyusunan produk hukum
dibagi menjadi dua kelompok
9
1. Prakarsa/Inisiatif Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD);
2. Prakarsa/inisiatif dari Pem. Daerah.

Karena sifat inisiatifnya yang berbeda,


maka laporan risalah produk hukum
menguraikan rentetan proses
penyusunan awal produk hukum
tersebut berbeda satu sama lain sesuai
dengan ketentuan proses pembentukan
produk hukum itu sendiri. 10
1. Rancangan Peraturan Daerah yang bersal
dari inisiatif Pemerintah Daerah diatur
dengan Peraturan Presiden tentang Tata
Cara Mempersiapkan Rancangan
Peraturan Daerah, sebagai amanat dari
Pasal 140 Ayat (3) Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Pasal 59 dan
Pasal 63 Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011
11
2. Rancangan Peraturan Daerah yang
berasal dari prakarsa/inisiatif DPRD
diatur dalam Keputusan DPRD tentang
Peraturan Tata Tertib DPRD yang
berpedoman kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Keputusan DPRD
Tentang Peraturan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

12
FUNGSI RISALAH PRODUK HUKUM

1. Risalah Produk hukum berfungsi sebagai bahan atau


dokumen yang mengurai pembahasan permasalahan yang
diatur dalam suatu produk hukum maupun hal yang
berkaitan dengan suatu permasalahan baik secara
langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan
produk hukum yang dibentuk, atau suatu permasalahan
yang berkembang dalam pembahasan tetapi tidak masuk
dalam materi yang diatur dalam produk hukum itu sendiri.

2. Risalah Produk Hukum merupakan sejarah pembentukan


produkum hukum itu sendiri serta pembahasan hal-hal
yang berkembang dalam penyusunan produk hukum
13
PERBEDAAN PADA PEMBAHASAN AWAL

Risalah Penyusunan Peraturan Daerah pada


prinsifnya adalah sama baik
prakarsa/Inisiatif Rancangan Perda berasal
dari pemerintah daerah maupun
prakarsa/inisiatif berasal dari DPRD,
perbedaan hanya terletak pada pembahasan
awal pembentukan peraturan Daerah sesuai
dengan sumber hukum dari pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah itu sendiri

14
Perda Prakarsa DPRD
1. Risalah Penyusunan Peraturan Daerah
Prakarsa/Inisiatif DPRD.
Tata cara Penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah yang bersal dari DPRD disesuaikan
dengan Peraturan Tata Tertib DPRD masing-
masing Daerah yang pada prinsifnya untuk
semua DPRD adalah sama, karena Pedoman
Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah adalah sama yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010.
15
Perda Prakarsa DPRD
Risalah tersebut akan menguraikan sbb :
a.Penyampaian Usul Inisiatif Oleh Anggota
DPRD
b.Laporan Rapat Panitia Musyawarah
c.Undangan Rapat Paripurna Penyampaian
Inisiatif
d.Pembentukan Pansus
e.Laporan Rpt Panitia Musyawarh Undangan Rpt
Paripurna Pembicaraan Tingkat II
f.Penandatangan Persetujuan Bersama
Pimpinan DPRD dan Kepala Daerah.: 16
Pelaksanaan Prolegda

Penyampaian Usul Inisiatif Oleh Anggota DPRD


Laporan Rapat Panitia Musyawarah
Undangan Rapat Paripurna Penyampaian Inisiatif
Jawaban Kepala Daerah Atas Inisiatif DPRD
Jawaban Pengusul atas Pendapat Kepala Daerah
Pembentukan Pansus
Laporan Rapat Panitia Musyawarah
Undangan Rapat Paripurna Pembicaraan Tingkat II
Penandatangan Persetujuan Bersama Pimpinan DPRD dan
Kepala Daerah.Penyusunan Prolegda Provinsi /Kab/Kota
dilaksanakan oleh DPRD Provinsi/Kab/Kota dan Pemda.

17
Pelaksanaan Prolegda
Dlm peny. Prolegda didsrkan atas:

a. perintah Peraturan Per-uu lebih tinggi;

b. rencana pembangunan daerah;

c. penyelenggaraan otonomi daerah &


tugas pembantuan; dan

d. aspirasi masyarakat daerah.

18
PELAKSANAAN PEMBHAASAN RAPERDA

Penyampaian Usul Inisiatif Oleh Anggota


DPRD berupa Srt yg ditujukan kpd Pimpin
DPRD hal Pengajuan Hak Inisiatif DPRD yg
ditandatangani olh pengusul.
Berdasarkan Usul tsb Panitia Musyawarah
mengadakan rpt utk menjadwalkan waktu
Rpt Paripurna DPRD dlm rangka Penyam
paian Usul Inisiatif DPRD dan Jadwal Rpt
Paripurna DPRD penyampaian Pendapat
Kepala Daerah Atas Inisiatif DPRD. 19
PELAKSANAAN PEMBHASAN RAPERDA

Laporan Rpt Panitia Musyawarah kpd


Pimpinan DPRD yg menyampaikan Jadwal
Rpt Paripurna, sbg dsr kpd Pimpinan DPRD
menyiapkan Undangan Rpt Paripurna.

Undangan Rpt Paripurna Penyampaian


Inisiatif, pada Rapat Paripurna ini khusus
mendengarkan Pokok Pokok Pikiran Dasar
Pengajuan Inisiatif DPRD terhadap
Rancangan Peraturan Daerah. 20
PELAKSANAAN PEMBHASAN RAPERDA

Berdasarkan jawaban yang telah


disampaikan oleh pengusul/inisiator
Rancangan Peraturan Daerah, maka
sidang paripurna berikutnya menetapkan
pembantukan Panitia Khusus (Pansus)
yang akan menyiapkan lebih lanjut
Rancangan Perda Inisiatif tersebut,
setelah diambil keputusan dalam Sidang
Paripurna maka ditetapkan keanggotaan
Pansus dalam suatu Keputusan DPRD. 21
PELAKSANAAN PEMBHASAN RAPERDA

Sementara Pansus bekerja untuk


mematangkan Ranperda, Panitia
musyawarah melakukan sidang untuk
menetapkan masa sidang untuk
pembahasan ranperda pembicaraan
Tingkat II, berdsrkan hsl rpt Panmus
menyampaikan laporan kpd Pimpinan
DPRD yg sekaligus menjadwalkan waktu
Rapat Pembicaraan Tingkat II, sebagai
dasar kepada Pimpinan DPRD untuk 22
PELAKSANAAN PEMBHASAN RAPERDA

Rapat Paripurna ini didahului dgn Laporan


Pansus atau Komisi atau Gabungan
Komisi atau Baleg pada Tingkat I, berikut
pandangan umum Fraksi-Fraksi DPRD.
dilanjutkan dengan pembicaraan akhir,
apabila tidak dapat diambil kesepakatan
maka dilakukan dengan voting.
Kesepakatan tersebut kemudian
ditetapkan dalam Keputusan DPRD dan
Sekwan dipersilakan untuk membacakan 23
RISALAH RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHROVINSI/KABUPATEN/KOTA...........

I. Hari
Tanggal
Pukul
Tempat
Acara
Sifat Rapat
Jenis Rapat

II. Pimpinan Rapat


Nama
Jabatan
Sekretaris Rapat
Nama
Jabatan 24
PRISALAH RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHROVINSI/KABUPATEN/KOTA...........

III. Jumlah Anggota


1. Fraksi........
2. Fraksi..........
3. .............................
Jumlah.....................................................
___________________
IV. Anggota yang hadir
1. Fraksi........
2. Fraksi..........
3. ............................
Jumlah.....................................................
___________________
Yaitu :
a. Fraksi A
1. Hj. Yuspiah
2. H. Alam Terkembang
b. Fraksi B
1. Drs. Sangkot 25
2. Lokot, SH.MHum
RISALAH RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHROVINSI/KABUPATEN/KOTA...........

V. Anggota yang tidak Hadir


1. Fraksi A.......................................: 2 Orang
2. Fraksi B...................................... : 3 Orang
3. Fraksi C.......................................: 5 Orang
______________
Jumlah.......................................: 10 Orang
Yaitu :
a. Fraksi A
1. Hj. Lina
2. H. Marzuki
b. Fraksi B
1. Sidabutar
2. Sihombing
3. Sembiring
c. Fraksi C....... selanjutnya
26
RISALAH RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHROVINSI/KABUPATEN/KOTA...........

VI.Jalannya Rapat

PENGANTAR PIMPINAN RAPAT


Assalamualaikum Wr. Wbrkth
Salam sejahtera untuk kita semua
Rapat Paripurna Dewan yang kami hormati
berdasarkan laporan dari Sdr. Sekwan jumlah
Anggota Dewan Yth, yang hadir pada Rapat
Paripurna hari ini berjumlah 37 orang.
Dengan hadirnya 37 orang Anggota Dewan Yth, maka
korum Rapat Paripurna hari ini terpenuhi.

27
RISALAH RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHROVINSI/KABUPATEN/KOTA...........

Dengan mengucap "Bismillahirohmanirrohim"


Rapat Paripurna DPRD Provinsi ...... dalam rangka
membahas Usul Inisiatif 32 Orang Anggota Dewan
terhadap Raperda Upah Pungut, dengan ini kami
buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kctukan Palu 3 Kali - - - - -
Yth Sdr. Gubernur yang dalam hal ini diwakilkan
oleh Sdr. Sekretaris Daerah Provinsi
Yth. Sdr. Anggota Muspida Provinsi
Yth. Pimpinan dan Anggota Dewan
Yth. Sdr. Para Staf Ahli Gubernur Provinsi
Yth. Sdr. Assisten Sekretaris Daerah Provinsi
Yth. Sdr. Kepala BPK - RI Perwakilan
28
RISALAH RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHROVINSI/KABUPATEN/KOTA...........

Yth. Sdr. Kepala Badan, Dinas, Lembaga Lain dan


Pimpinan Unit Kerja dilingkungan Pemerintahan
Provinsi
Yth. Sdr. Pimpinan BUMN, BUMD
Yth. Sdr. Pimpinan Parpol, Organisasi Profesi dan
Ormas Wanita
Yth. Sdr. Para Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh
Agama, Tokoh Pemuda, Organisasi Sosial Politik,
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pimpinan
Mass Media serta Para Wartawan.
Yth Bapak - bapak dan Ibu-ibu serta Hadirin dan
Hadirat yang berbahagia.
Marilah kita persembahkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas 29
CARA MEMAHAMI DAN
PENERAPANNYA

a. Memahami Ragam Bahasa Hukum;

b. Memahami Penjelasan Pasal atau Ayat yg belum final;

c. Memahami risalah Pembentukan Produk Hukum;

d. Memahami Faktor Sosiologis, Yuridis dan Politis


ditetapkanya produk hukum.

30
31

Anda mungkin juga menyukai