Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN KEPALA DAERAH

Dosen: Dr. W. M. Herry Susilowati, S.H., M.Hum.


Kelas: Hukum Pemerintahan Daerah - B

Anggota ​Kelompok 4 (Topik 4) :


Yooka Young Hardianto 6052001010
Annastacia 6052001032
Fayola 6052001071
Ignatius Vito 6052001091
Andrea Anjani 6052001151
Michael Benjamin Pasaribu 6052001168
Ignatius Kevin 6052001176
Andika Tristantio 6052001179
Rizki Dilly 6052001353
Steven Hadylaya 6052001357

Universitas Katolik Parahyangan


Bandung
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kiranya perlu diketahui pengertian dari Perkada dan Perda, Perkada adalah suatu peraturan
tertulis yang dikeluarkan oleh kepala daerah melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. sedangkan perda adalah suatu peraturan daerah tertulis yang mana
peraturan tersebut dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang melalui
prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana yang kita ketahui juga apabila merujuk pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 bahwa hierarki dari peraturan perundang-undangan adalah sebagai
berikut:1
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU);
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi;
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Merujuk pada peraturan perundang-undangan dapat kita lihat bahwa Perda Provinsi letaknya di
atas Perda Kabupaten/Kota sedangkan Perda Kabupaten/Kota di bagian paling bawah sehingga
yang harus kita tekankan kembali adalah dikeluarkannya Perda tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Perkada itu sendiri sudah barang tentu dibuat atau dibentuk oleh Kepala Daerah itu sendiri
yang mengatur terkait mekanisme dari penegakan Perda itu sendiri, sedangkan perda itu sendiri
dibuat atau dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
Perda ini sendiri dibentuk tergantung dengan wilayahnya sebagaimana disampaikan di bawah ini:
1. Peraturan Daerah Provinsi, dibuat oleh DPRD Provinsi bersama dengan Gubernur;
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama
Bupati/Wali Kota dan
3. Peraturan Desa/Peraturan Setingkat, dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama
dengan Kepala Desa.

Merujuk pada pernyataan yang sudah disampaikan di atas maka timbullah suatu rumusan
1
Andi Pangerang Meonta, dan Syafa’at Anugrah Pradana, Pokok - Pokok Hukum Pemerintahan Daerah (Depok :
PT Rajagrafindo Persada, 2018) Halaman 123.
masalah yang sebagaimana disampaikan di bawah ini lengkap dengan tujuan dari dipecahkannya
rumusan masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan coba kami jelaskan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Apa dasar hukum dari Perkada dan Perda?


2. Bagaimana prosedur pembentukan Perda dan Perkada?
3. Apa materi muatan dari Perda dan Perkada?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagaimana berikut :

1. Mengetahui dasar hukum dari terapkannya Perkada dan Perda.


2. Mengetahui prosedur pembentukan dari Perkada dan Perda.
3. Mengetahui muatan-muatan isi dari Perkada dan Perda
BAB II
ISI

2.1 Dasar Hukum


Dalam adanya suatu peraturan diperlukan sebuah dasar yang menjadi landasan, yang
mengatur mengapa peraturan itu ada. Adapun dasar hukum dari Perda dan Perkada sendiri
sebenarnya sangatlah luas dan terdapat pada berbagai produk hukum yang ada. Namun, lebih
rinci dasar hukum yang mengatur Perda dan Perkada terdapat pada Pasal 18 Ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dikatakan bahwa, “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi dibagi
atas Kabupaten dan Kota yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota itu mempunyai
Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang.”2 selanjutnya dari ketentuan Pasal
tersebut menyambung pada ayat berikutnya, dimana pada Ayat (6) dan (7) menjadi dasar dari
adanya Perda dan Perkada.
Lebih rinci mengenai dasar dari adanya Perda dan Perkada dapat kita lihat dalam
ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Dalam rangkaian pasal-pasal yang ada di dalamnya mengatur hal-hal rinci sebagai dasar
dari Perda dan Perkada.3

2.2 Tata Cara dan Prosedur Pembentukan Perda


Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (“UU 12/2011”), Peraturan Daerah (“Perda”) terdiri dari Perda Provinsi
dan Perda Kabupaten/Kota. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU 12/2011, dalam pembentukan
peraturan Perundang-undangan terdapat berbagai tahapan yakni, perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Mengenai penjelasannya adalah
sebagai berikut;
I. Perencanaan
Perencanaan penyusunan Perda dilakukan melalui Prolegda (Program Legislasi Daerah).
Prolegnas merupakan skala prioritas program pembentukan Undang-Undang dalam
rangka mewujudkan sistem hukum nasional. Prolegnas memuat program pembentukan
Undang-Undang dengan judul Rancangan Undang-Undang, materi yang diatur, dan
keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Materi yang diatur
merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan Undang-Undang yang meliputi
latar belakang dan tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, dan jangkauan
dan arah pengaturan. Materi tersebut, telah melalui pengkajian dan penyelarasan
dituangkan dalam Naskah Akademik.

2
UUD 1945, Pasal 18 Ayat (1)
3
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam Prolegnas dimuat daftar kumulatif terbuka, terdiri atas pengesahan perjanjian
internasional tertentu, akibat putusan Mahkamah Konstitusi, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota, dan penetapan/pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang.

Dalam penyusunan Prolegda Provinsi, penyusunan daftar rancangan peraturan daerah


provinsi didasarkan atas perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi, rencana
pembangunan daerah, penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
aspirasi masyarakat daerah. Hasil penyusunan Prolegda Provinsi antara DPRD Provinsi
dan Pemerintah Daerah Provinsi disepakati menjadi Prolegda Provinsi dan ditetapkan
dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi. Prolegda Provinsi ditetapkan dengan Keputusan
DPRD Provinsi.

Dalam Prolegda Provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas akibat
putusan Mahkamah Agung, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.
Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau Gubernur dapat mengajukan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda Provinsi untuk mengatasi keadaan luar biasa,
keadaan konflik, atau bencana alam, akibat kerja sama dengan pihak lain, dan keadaan
tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi yang dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus
menangani bidang legislasi dan biro hukum.

II. Penyusunan
Rancangan Undang-Undang dapat berasal dari DPR, DPD, atau Presiden dan harus
disertai dengan Naskah Akademik. Rancangan Undang-Undang, baik yang berasal dari
DPR maupun Presiden serta Rancangan Undang-Undang yang diajukan DPD kepada
DPR disusun berdasarkan Prolegnas. RUU yang diajukan oleh DPD mengenai otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR,
komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang
legislasi atau DPD.

III. Pembahasan
Dalam tahap pembahasan, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh DPRD
Provinsi bersama Gubernur. Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-tingkat
pembicaraan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan yang terdapat pada
DPRD Provinsi yang khusus dalam menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.
Kemudian ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan DPRD Provinsi.4

IV. Pengesahan atau Penetapan


Setelah melalui tahap pembahasan oleh DPRD Provinsi bersama dengan Gubernur,
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama oleh DPRD Provinsi
dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi kepada Gubernur untuk
ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi. Penyampaian Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lama tujuh hari yang
dihitung sejak tanggal persetujuan bersama.5
Rancangan peraturan Daerah Provinsi ditetapkan oleh Gubernur dengan adanya
tanda tangan Gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.
Apabila Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam
jangka waktu paling lama 30 hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut
disetujui bersama, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut tetap sah menjadi
Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan. Kalimat pengesahannya berbunyi
“Pengaturan Daerah ini dinyatakan Sah”, yang harus terdapat pada halaman terakhir
Peraturan Daerah Provinsi sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi
dalam Lembaran Daerah.6

V. Pengundangan
Dalam tahapan terakhir, Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota diundangkan dalam Lembaran Daerah. Pengundangan tersebut
dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.7 Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan
mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di
dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.8

2.3 Tata Cara dan Prosedur Pembentukan Perkada


Lalu, selain kita membahas tentang tata cara dan prosedur pembentukan Peraturan
Daerah, sekarang kita akan membahas tentang tata cara dan prosedur pembentukan Peraturan
Kepala Daerah. Peraturan Bupati/Walikota ini tergolong sebagai peraturan kepala daerah Perkada
oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah dan Perkada ini biasanya dibuat oleh seorang Bupati/Walikota setempat. Kedudukan

4
UU Nomor 12 Tahun 2001, Pasal 75.
5
Ibid, Pasal 78.
6
Ibid, Pasal 79 ayat 1 dan 2.
7
Ibid, Pasal 86.
8
Ibid, Pasal 87.
Peraturan Kepala Daerah (Perkada) ini dimuat dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Proses pembuatan Perkada
terdapat pada Pasal 42 Permendagri No. 120 Tahun 2018 yang berisi:
1. Kepala daerah menetapkan perkada berdasarkan atas perintah peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
2. Pimpinan perangkat daerah pemrakarsa menyusun rancangan perkada.
3. Rancangan perkada, setelah disusun, disampaikan kepada biro hukum provinsi atau nama
lainnya dan bagian hukum kabupaten/kota atau nama lainnya untuk dilakukan pembahasan.
Lalu, dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 110 Permendagri No. 120 Tahun 2018 yang
berisi:
1. Rancangan Perkada yang telah dilakukan pembahasan disampaikan kepada kepala daerah
untuk dilakukan penetapan dan Pengundangan.
2. Penandatanganan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh kepala
daerah.
3. Dalam hal kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berhalangan sementara
atau berhalangan tetap, penandatanganan rancangan Perkada dilakukan oleh Pelaksana
Tugas, Pelaksana Harian, Penjabat Sementara atau Penjabat kepala daerah.
4. Pelaksana Tugas, Pelaksana Harian, Penjabat Sementara atau Penjabat Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam melakukan penandatanganan rancangan
Perkada, harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri.
Lalu, terkait dengan penandatanganan Perkada ini dibuat dalam tiga rangkap. Setelah itu,
pemberian nomor pada perkada diberikan oleh kepala bagian hukum Kabupaten/Kota dan
menggunakan nomor bulat. Perkada yang telah ditetapkan sebelumnya, kemudian diundangkan
dalam berita daerah setempat. Setelah itu, Perkada tersebut disampaikan kepada gubernur.
Kemudian, Perkada mulai berlaku dan memiliki kekuatan yang mengikat pada tanggal
diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
dan Perkada kemudian dimuat dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum. Lalu, Perkada
yang telah ditandatangani dan diberi penomoran selanjutnya dilakukan autentifikasi oleh kepala
bagian hukum Kabupaten/Kota. Autentifikasi ini ialah salinan produk hukum daerah yang sesuai
dengan aslinya dan kemudian Bupati/Walikota menyampaikan peraturan Bupati/Walikota kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat paling lama tujuh hari setelah ditetapkan.9

2.4 Materi Muatan Perda


Peraturan daerah adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh organ-organ desentralisasi
teritorial. Daerah provinsi, kabupaten dan kota memiliki wewenang otonom untuk membentuk
aturan demi kepentingan rumah tangga provinsi, kabupaten, dan kota10.
9
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 120 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Mentri Dalam Negeri
Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
10
Febrian, 2004. Hirarki Aturan Hukum di Indonesia. Disertasi, Universitas Airlangga, Surabaya. Halaman 284.
Peraturan daerah atau disingkat dengan Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan. Perda dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama
kepala daerah11. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan pada pasal yang ke 14, materi muatan Peraturan Daerah
Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang Undangan yang lebih tinggi.
Materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
mengandung makna bahwa pembentukan peraturan daerah harus didasarkan pada pembagian
urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan Perundang-Undangan lain yang mengatur mengenai pembagian urusan di bidang
tertentu seperti peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan, kehutanan, dan
sebagainya.
Materi muatan untuk menampung kondisi khusus daerah memiliki makna bahwa
peraturan daerah sebagai peraturan yang mengagregasi nilai-nilai masyarakat di daerah yang
berisi materi muatan nilai-nilai yang diidentifikasi sebagai kondisi khusus daerah. Penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi bermakna bahwa secara yuridis
pembentukan perda bersumber kepada Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan
kata lain pembentukan Peraturan Daerah harus berdasarkan pendelegasian dari Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi12.
Selanjutnya tercantum pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 236 yang berbunyi
“(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk
Perda.
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama
kepala Daerah.
(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan: a. penyelenggaraan
Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda dapat memuat materi
muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan mengatur mengenai pidana yang berbunyi
“(1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam:
a. Undang-Undang;

11
Op.Cit, Andi Pangerang Meonta, dan Syafa’at Anugrah Pradana, Halaman 125.
12
Sihombing, Eka (2014) Asas Materi Muatan dalam Pembentukan Peraturan Daerah
https://sumut.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/asas-materi-muatan-dalam-pembentukan-peraturan-d
aerah (27 November 2021)
b. Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c berupa ancaman
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
(3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman
pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan
yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya”.
Mengenai materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota, diperjelas pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah pasal 4 ayat 5 dan 6 yang berbunyi
sebagai berikut
“(5) Perda provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memuat materi muatan untuk
mengatur:
a. kewenangan provinsi;
b. kewenangan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;
c. kewenangan yang penggunanya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;
d. kewenangan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu
provinsi; dan/atau
e. kewenangan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah
provinsi.
(6) Perda kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat materi muatan
untuk mengatur:
a. kewenangan kabupaten/kota;
b. kewenangan yang lokasinya dalam daerah kabupaten/kota;
c. kewenangan yang penggunanya dalam daerah kabupaten/kota;
d. kewenangan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam daerah kabupaten/kota;
dan/atau
e. kewenangan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah
kabupaten/kota”.

2.5 Materi Muatan Perkada


Menurut PERMENDAGRI No.11 Tahun 2017 Peraturan Kepala Daerah atau Perkada
adalah “peraturan gubernur dan peraturan bupati/ wali kota tentang Penjabaran
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.” Sehingga pada
dasarnya Perkada adalah produk hukum yang berbentuk pengaturan anggaran belanja daerah
yang dirancang dan dikeluarkan oleh kepala daerah dan untuk melaksanakan Perda.
Dasar pembentukan dan mekanisme Perkada ditetapkan pada Permendagri No. 120
Tahun 2018 Pasal 42 yang menyatakan:
​(1) Kepala Daerah menetapkan Perkada berdasarkan atas perintah peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
(2) Pimpinan Perangkat Daerah pemrakarsa menyusun rancangan Perkada.
(3) Rancangan Perkada sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setelah disusun disampaikan
kepada biro hukum provinsi atau nama lainnya dan bagian hukum kabupaten/kota atau nama
lainnya untuk dilakukan pembahasan.
Pada dasarnya sebab perkada adalah peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur,
bupati,dan walikota. Maka, peraturan yang berhak untuk mengatur mekanisme dasar
pembentukan perkada adalah produk hukum yang lebih tinggi yaitu Peraturan Menteri. Dalam
kasus kepala daerah, kementerian yang membawahi langsung urusan daerah adalah kementerian
dalam negeri sehingga mekanisme lengkapnya diatur di dalam Permendagri No. 53 Tahun 2011
Pasal (42)-(45):
Pasal 42
(1) Pimpinan SKPD menyusun rancangan produk hukum daerah berbentuk Perkada dan PB
KDH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dan huruf c.
(2) Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pembahasan oleh biro hukum
provinsi atau bagian hukum kabupaten/kota untuk harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD
terkait.
Pasal 43
(1) Kepala daerah membentuk Tim Penyusunan Perkada dan PB KDH.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a Ketua : Pimpinan SKPD pemrakarsa
atau pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah b Sekretaris : - Di Provinsi: Kepala Biro Hukum;
atau - Di Kabupaten/Kota: Kepala Bagian Hukum
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
(4) Ketua Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan perkembangan Rancangan
Perkada dan Rancangan PB KDH kepada sekretaris daerah.
Pasal 44
(1) Rancangan Perkada dan Rancangan PB KDH yang telah dibahas harus mendapatkan paraf
koordinasi kepala biro hukum provinsi atau kepala bagian hukum kabupaten/kota dan pimpinan
SKPD terkait.
2) Pimpinan SKPD atau pejabat yang ditunjuk mengajukan Rancangan Perkada dan Rancangan
PB KDH yang telah mendapat paraf koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
kepala daerah melalui sekretaris daerah.
Pasal 45
(1) Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan
Perkada dan Rancangan PB KDH yang telah diparaf koordinasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (2).
(2) Perubahan dan/atau penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembalikan kepada pimpinan SKPD pemrakarsa.
(3) Hasil penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada
sekretaris daerah setelah dilakukan paraf koordinasi kepala biro hukum provinsi atau kepala
bagian hukum kabupaten/kota dan pimpinan SKPD terkait.
(4) Sekretaris daerah menyampaikan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
kepala daerah untuk ditandatangani.
Pada dasarnya, materi muatan merupakan tujuan atau isi dari sebuah suatu peraturan.
Materi muatan yang terkandung di dalam perkada adalah sebagai bentuk pelaksanaan dari suatu
pemda yang telah ada dan dibentuk oleh DPRD dan Kepala Daerah. Namun, Pemda hanya masih
berbentuk sebagai peraturan atau tata cara. Sebagai bentuk pelaksanaan nyata untuk menjalankan
fungsi pemerintah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dikeluarkanlah Perkada untuk
melaksanakan Pemda yang ada.
BAB III
PENUTUP

Perda merupakan suatu peraturan daerah yang berbentuk tertulis dan dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang melalui prosedur yang sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku dan Perkada adalah peraturan tertulis yang dikeluarkan oleh kepala daerah melalui
prosedur yang sesuai dengan undang-undang. Untuk tata cara membentuk Peraturan Daerah
diatur oleh pasal 1 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011. Tata cara pembuatannya sendiri melewati 5
langkah yaitu : Perencanaan yang dilaksanakan oleh Prolegda (Program Legislasi Daerah),
Penyusunan, Pembahasan dimana rancangan dari DPRD dan kepala daerah dibahas melalui rapat
komisi,setelah itu ada tahap Pengesahan atau penetapan dimana rancangan perda ditetapkan oleh
gubernur melalui tanda tangan Gubernur dengan jarak waktu 30 hari sejak rancangan disetujui
dan yang terakhir adalah tahap Pengundangan dimana Perda diundangkan di dalam lembaran
daerah oleh Sekretaris Daerah, dan setelah itu peraturan perUndang-Undangan tersebut sudah
berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat sejak tanggal diundangkan. Untuk tata cara
pembentukan Perkada sendiri dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri No. 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 120
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri dan dibentuk oleh seorang
Bupati/ Walikota.
Untuk Perda, Perda sendiri materi muatannya diatur di dalam UU No.23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 15, dan diperjelas kembali
materi muatannya oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah pasal 4 ayat 5 dan 6 mengenai kewenangan
perda dalam mengatur daerahnya. Sedangkan untuk Perkada sendiri mekanismenya diatur di
dalam Permendagri No. 53 Tahun 2011 Pasal 42-Pasal 45.
DAFTAR PUSTAKA

Febrian, 2004. Hirarki Aturan Hukum di Indonesia. Disertasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Halaman 284.

Prof. Dr. H. Andi Pangerang Meonta, S.H., M.H., DFM. dan H. Syafa’at Anugrah Pradana, S.H.,
M.H, Pokok - Pokok Hukum Pemerintahan Daerah (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2018)
Halaman 125.

Sihombing, Eka (19 November 2014) Asas Materi Muatan dalam Pembentukan Peraturan
Daerah
https://sumut.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/asas-materi-muatan-dalam-pembe
ntukan-peraturan-daerah (Diakses pada 27 November 2021).

UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 120 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Mentri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Anda mungkin juga menyukai