Salah satu kewenangan yang sangat penting dari suatu daerah yang
mengatur dan mengurus rumah tangganya ialah kewenangan untuk menetapkan peraturan daerah
(Perda).
Peraturan daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan
DPRD dan harus memenuhi syarat-syarat formil tertentu yang mempunyai kekuatan hukum serta
mengikat.
Peraturan daerah adalah kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapatkan
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), artinya tiap-tiap daerah
mempunyai kewenangan untuk membentuk Perda.
1. M. Solly Lubis
Solly Lubis memberikan pengertian perundang-undangan, ialah proses pembuatan peraturan
Negara. Dengan kata lain tata cara mulai perencanaan (rancangan), pembahasan. Pengesahan
atau penetapan.
2. K. Wantjik
Menurut K. Wantjik, Peraturan Daerah yaitu segala peraturan yang tertulis yang dibuat oleh
penguasa (baik pusat maupun daerah) yang mengikat dan berlaku umum, termasuk dalamnya
undang-undang darurat, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah,
penetapan presiden, peraturan provinsi, peraturan kotamadya dan lain-lain.
1. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan
persetujuan bersama.
2. Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah tentang APBD bersama dengan
kepala daerah.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan Kepala
Daerah, APBD, kebijaksanaan pemerintah daerah dalam melaksanakan program
pembangunan daerah dan kerja sama internasional di daerah.
4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/ wakil kepala daerah kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi, dan kepada Menteri Dalam
Negeri melalui gubernur bagi DPR daerah kabupaten/ kota.
5. Memilih wakil Kepala Daerah dalam hal terjadinya kekosongan jabatan wakil kepala
daerah.
6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah.
7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Asas-Asas Pembentukan Peraturan Daerah
Ada beberapa asas-asas pembentukan perda dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 12 tahun
2011 diatur dalam membentuk peraturan perundang-undangan yang baik harus meliputi asas
berikut :
1. Kejelasan Tujuan
Kejelasan tujuan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
4. Dapat Dilaksanakan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektivitas peraturan
perundang-undangan tersebut dalam masyarakat baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
6. Kejelasan Rumusan
Setiap perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan
pilihan kata atau terminology, serta jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan
berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
7. Keterbukaan
Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan,
penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Asas-Asas yang Harus Ada Dalam Peraturan Daerah
Kemudian, pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 diatur mengenai asas yang harus
dimuat dalam peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut :
1. Asas Pengayoman
Bahwa setiap materi muatan Perda harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
2. Asas Kemanusiaan
Bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-
hak asasi.
3. Asas Kebangsaan
Bahwa setiap muatan Perda harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang
pluralistic (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Asas Kekeluargaan
Bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
5. Asas Kenusantaraan
Bahwa setiap materi muatan Perda senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan Perda merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila.
7. Asas Keadilan
Bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah suatu rumusan peraturan perundang-undangan harus mendapatkan
pembenaran yang dapat diterima jika dikaji secara filosofis. Pembenaran ini harus sesuai dengan
cita-cita kebenaran, cita-cita keadilan dan cita-cita kesusilaan.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah suatu peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan keyakinan
umum atau kesadaran hukum masyarakat. Oleh sebab itu, hukum yang dibentuk harus sesuai
dengan “hukum yang hidup di masyarakat”.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis adalah suatu peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan hukum
atas dasar hukum legalitas yang terdapat dalam ketentuan lain yang lebih tinggi.
1. Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
2. Merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam fungsi ini, peraturan daerah tunduk kepada peraturan perundang-undangan. Dengan
demikian peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.
3. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat
di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
4. Sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah. Jadi, dengan adanya
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan daerah dan akan membantu masyarakat
yang harmonis.
a. Penamaan
Penamaan merupakan penguraian secara singkat dan tegas mengenai isi dari suatu peraturan
daerah, sehingga dapat diketahui secara langsung masalah apa yang diatur di dalam peraturan
daerah tersebut.
Selain itu, dalam memberikan penamaan suatu peraturan daerah harus jelas, singkat dan tidak
terlalu panjang. Sebab apabila terlalu panjang dan kurang jelas akan mengaburkan isi dari pada
peraturan daerah tersebut.
b. Pembukaan
Pembukaan terdiri atas :
1. Kalimat “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”.
2. Pejabat yang berwenang menetapkan peraturan daerah adalah Gubernur/ Bupati/
Walikotamadya Kepala Daerah.
3. Konsideran, yang dicantumkan dengan kata “Menimbang”.
c. Batang Tubuh
Batang tubuh peraturan daerah merupakan bagian dari pada peraturan daerah yang memuat
rumus-rumusan dari peraturan daerah yang bersangkutan. Jadi, penamaan, pembukaan dan
penandatanganan itu berada di luar batang tubuh peraturan daerah tersebut.
d. Penandatanganan
Menurut pasal 44 ayat (2) Undang-Undang No 5 tahun 1974 dinyatakan bahwa Peraturan Daerah
ditandatangani oleh Kepala Daerah dan di tandatangani serta oleh Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Di atas bagian tanda tangan tersebut akan dicantumkan tempat dan tanggal
ditetapkannya peraturan daerah.
1. Perda disampaikan kepada pemerintah paling lama tujuh hari setelah ditetapkan;
2. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/ atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh
pemerintah;
3. Keputusan Pembatalan Perda sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya Perda sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1);
4. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD
bersama kepala daerah mencabut Perda dimaksud;
5. Apabila provinsi/ kabupaten/ kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan Perda
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan
daerah perundang-undangan, kepala daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah
Agung;
6. Apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikabulkan sebagian atau
sepenuhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan Peraturan Presiden menjadi
batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum;
7. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan Perda
sebagaimana dimaksud ayat (3), Perda dinyatakan berlaku.
Menurut ketentuan pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan daerah itu jelas sebagai salah satu jenis
peraturan perundang-undangan yang kedudukannya berada di bawah Undang-Undang. Jenis
hierarki peraturan perundang-undangan ini ditentukan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19945;
2. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah.
Bahkan, di dalam Pasal 7 ayat (2) ditentukan juga bahwa Peraturan Daerah sebagaimana
meliputi:
1. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi bersama
gubernur;
2. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota bersama bupati/wali kota;
3. Peraturan Desa/ peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama
lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pembuatan.
4. Peraturan Desa/ peraturan yang setingkat diatur dengan peraturan Daerah Kabupaten/ Kota
yang bersangkutan.