Anda di halaman 1dari 13

KLIPING

HUKUM DAN PERATURAN PROVINSI

NAMA: Amira Davina Putri


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna Berkat Rahmat
dan KaruniaNya tugas ekonomi tentang bank dan lembaga keuangan negara ini dapat di
selesaikan tepat waktu.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan tugas Makalah tentang Hukum dan Peraturan Daerah Provinsi ini jauh dari kata
sempurana.

Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata saya mengharapkan tugas ekonomi tentang bank dan lembaga keuangan negara ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca

14 Desember 2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………...................................………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………................................…………. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………..........................................…….. 1

 1.1 . Latar Belakang …………………………….................................…………….. 2


 1.2 . Rumusan Masalah …………………………..................................…………… 2
 1.3 . Tujuan Penulisan ………………………….................................………….….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………….............................................…………. 4

 2.1 Definisi Perundang-undang Daerah Provinsi…...........................................


……………… 4
 2.2. Proses pembentukan Produk Hukum .................................................................. 6

 2.3. Peran Serta Masyarakat dalam Penyusunan PERPROV .........................................


12

BAB III PENUTUP …………………......................................…………………………… 26

 3.1. Kesimpulan …………………........................………………………………… 30

DAFTAR PUSTAKA ………………………….....................................…………………. 32


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Hubungan Pusat dan Daerah Provinsi menjadi sangat longgar sejak


bergulirnya kebijakan otonomi Daerah Provinsi 1999, seolah Pusat mengalami
“kerepotan” menghadapi berbagai tuntutan Daerah Provinsi, meskipun Indonesia
masih meneguhkan bentuk negara kesatuan. Otonomi Daerah Provinsi sering
diterjemahkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi identik dengan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Provinsi (PAD) sebanyak-banyaknya. Peraturan Daerah
Provinsi (PERPROV) merupakan instrument yang dipandang “legal” untuk
memungut dana dari masyarakat.
Tahun 2000 ditandai sebagai “booming” PERPROV di seluruh Indonesia,
artinya Daerah Provinsi beramai-ramai memproduk PERPROV yang dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Provinsi (PAD) melalui PERPROV Pajak
Daerah Provinsi dan Retribusi Daerah Provinsi, yang meliputi sektor-sektor
pertambangan dan energi, pertanian dan peternakan, PERPROVgangan dan industri,
kehutanan dan perkebunan, kesehatan, pariwisata, ketegakerjaan, perhubungan dan
pertanahan. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat sekitar 1.006 PERPROV di
seluruh Indonesia pada tahun 2000, merupakan PERPROV “bermasalah”, yakni
memberatkan dunia usaha. Sedang versi Depdagri mencatat hanya ada 105
PERPROV mengenai retribusi Daerah Provinsi dan pajak Daerah Provinsi yang
bermasalah (Ni’matul Huda, 2010: 9).
Upaya pengawasan terhadap PERPROV bermasalah, Indonesia menganut
model pengujian “executive review” dan “judicial review”. Hal ini dapat dilihat dari
ketentuan Perubahan UUD 1945 Pasal 24 A ayat (1), yang menetapkan Mahkamah
Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang, dan Pasal 11 ayat (2) huruf
b UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal 31 UU No. 5 tahun
2004 tentang Mahkamah Agung, dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Provinsi. Implementasi ketentuan di atas, dapat dilihat dari 554 produk hukum
Daerah Provinsi antara tahun 2002-2006 telah dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri
dan pada periode yang sama juga ada permohonan uji materiil 28 PERPROV atau
Keputusan Gubernur / Bupati / Walikota di Mahkamah Agung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Proses pembentukan Produk hukum peraturan Daerah Provinsi
(PERPROV) ?
2. Bagaimanakah peran serta Masyarakat ikut terlibat dalam peraturan Daerah Provinsi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Proses pembentukan Produk hukum peraturan Daerah Provinsi
(PERPROV) .
2. peran serta Masyarakat ikut terlibat dalam peraturan Daerah Provinsi (PERPROV).

BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi Perundang-undang Daerah Provinsi
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
Produk Hukum Daerah Provinsi adalah produk hukum berbentuk Peraturan meliputi
PERPROV atau nama lainnya, Perkada, Peraturan Bersama KDH, Peraturan DPRD, dan
berbentuk Keputusan meliputi Keputusan KDH, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan
DPRD dan Keputusan Badan Kehormatan DPRD .
Keberadaan Peraturan Perundang-Undangan Tingkat Daerah Provinsi pada
hakekatnya merupakan akibat diterapkannya prinsip desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan Daerah Provinsi. Pasal 136 ayat (2) UU No. 32 Tahun
2004, dinyatakan: “Peraturan Daerah Provinsi dibentuk dalam rangka penyelenggaraan
otonomi Daerah Provinsi provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan”. Konsep
desentralisasi di sini menurutHans Kelsen, berkaitan dengan pengertian negara dalam arti
tatanan norma hukum (legal norm order). Oleh sebab itu pengertian desentralisasi
menyangkut berlakunyasistem tatanan hukum negara yang sah untuk seluruh wilayah
negara (central norm) dan ada pula kaidah hukum yang berlaku sah dalam bagian-bagian
wilayah yang berbeda yang disebut desentral atau kaidah lokal (decentral or local norm)
(B. Hestu Cipto Handoyo, 2008: 120). Namun demikian Peraturan Perundang-Undangan
Tingkat Daerah Provinsi (baca: Peraturan Daerah Provinsi atau PERPROV) pada
hakekatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesatuan sistem hukum nasional.

Adapun jenis Peraturan Perundang-Undangan Pasal 7 UU 12 Tahun 2011


1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Perppu;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
2.2. Proses pembentukan Produk Hukum
2.2.1 Dasar Hukum

 Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan
 Undang- Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Provinsi
 Peraturan Presiden No. 87 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

2.2.2 Mekanisme Pelaksanaan

Menurut Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan, Peraturan Daerah Provinsi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Peraturan
Daerah Provinsi Provinsi dan Peraturan Daerah Provinsi Kota/ Kabupaten. PERPROV sendiri
termasuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan dalam Undang-Undang No. 12 tahun
2011, berada di Pasal 7 butir f, dan PERPROV Kota/ Kabupaten di Pasal 7 butir g. Materi
muatan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi dan Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten/Kota
berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi Daerah Provinsi dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus Daerah Provinsi dan/atau penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Mekanisme penyusunan PERPROV terbagi menjadi 4 bagian, yaitu perencanaan,


penyusunan, pembahasan, pengesahan, penetapan dan pengundangan.

1. Tahap perencanaan

a. Perencanaan penyusunan Prolegda;

Penyusunan perencanaan Program Legislatif Daerah Provinsi atau Prolegda. Baik PERPROV
provinsi maupun PERPROV kota/ kabupaten, memuat program pembentukan Peraturan
Daerah Provinsi Provinsi dengan judul Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi,
materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Khusus materi yang diatur, merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Provinsi yang meliputi:
 Latar belakang dan tujuan penyusunan
 Sasaran yang ingin diwujudkan
 Pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur
 Jangkauan dan arah pengaturan.

Materi yang telah melalui pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik.
Naskah Akademik sendiri adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.Proglegda disusun bersama-bersama antara kepala Daerah Provinsi ( Gubernur
atau Bupati/ Walikota) masing-masing Daerah Provinsi dan DPRD ( Provinsi atau Kota/
Kabupaten).

b. Perencanaan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi kumulatif terbuka

 Akibat putusan Mahkamah Agung dan


 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Provinsi atau Kotamadya/
Kabupaten

c. Perencanaan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda.

Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau Gubernur dapat mengajukan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Provinsi di luar Prolegda Provinsi:

 Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;
 Akibat kerja sama dengan pihak lain; dan
 keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Provinsi yang dapat disetujui bersama oleh alat
kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan biro
hukum.

2. Tahap penyusunan PERPROV

a. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi


Dimulai dengan penyusunan rancangan PERPROV itu sendiri. Rancangang bisa diajukan
oleh kepala Daerah Provinsi misal di tingkat I oleh Gubernur, sedang tingkat II oleh Bupati
atau Walikota, selain itu, bisa diajukan oleh DPRD baik di tingkat I maupun II. Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud disertai dengan penjelasan atau keterangan
dan/atau Naskah Akademik.
Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi


 Pencabutan Peraturan Daerah Provinsi
 Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Pyang hanya terbatas mengubah beberapa
materi,

Harus disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

b. Pembahasan Peraturan Daerah Provinsi

Setelah tahap rancangan, selanjutnya masuk dalam tahapan pembahasan. Isinya adalah

 Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi dilakukan oleh DPRD


Provinsi bersama Gubernur.
 Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan.
 Tingkat-tingkat pembicaraan dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat
kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat
paripurna.
 Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi dapat ditarik kembali sebelum dibahas
bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.
 Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi yang sedang dibahas hanya dapat
ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD Provinsi dan Gubernur.
 Karena sifat mutatis mutandis, maka tahapan pembahasan diatas, diterapkan juga
dalam pembahasan di tingkat kotamadya/ kabupaten.

3. Penetapan dan Pengundangan PERPROV

Tata cara penetapan PERPROV diantaranya adalah :


 Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi yang telah disetujui bersama oleh
DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi kepada
Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi Provinsi.
 Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
 Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi ditetapkan oleh Gubernur dengan
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi tersebut disetujui bersama oleh
DPRD Provinsi dan Gubernur.
 Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi sebagaimana tidak
ditandatangani oleh Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi
Provinsi dan wajib diundangkan.
 Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah Provinsi
ini dinyatakan sah.
 Kalimat pengesahan harus dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah
Provinsi Provinsi sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi Provinsi
dalam LembaranDaerah Provinsi.
 Untuk PERPROV Kotamadya ataupun Kabupaten juga sama prosesnya.
Sedang untuk pengundangan, PERPROV diundangkan dalam bentuk Lembaran
Daerah Provinsi, dan itu dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah Provinsi.

2.3. Peran Serta Masyarakat dalam Penyusunan PERPROV

Peran serta masyarakat dalam pembentuk-an peraturan perundang-undangan


dapat diarti-kan sebagai partisipasi politik , oleh Huntington dan Nelson partisipasi
politik diartikan sebagai kegiatan warga negara sipil (pivate citizen) yang bertujuan
untuk mempengaruhi pengam-bilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi dan pelibatan
masyarakat dalam proses renca-na pembuatan kebijakan publik, program kebi-jakan
publik, proses pengambilan keputusan publik dan alasan dari pengambilan keputusan
publik merupakan salah satu ciri dari penye-lenggaraan negara demokratis.
Keterlibatan public dalam PERPROV, diantaranya adalah :

 Publik berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan khususnya Peraturan Daerah
Provinsi, mulai dari Proglegda sampai penetapan PERPROV.
 Masukan secara lisan dan/atau tertulis dapat dilakukan melalui:
• rapat dengar pendapat umum;
• kunjungan kerja;
• sosialisasi; dan/atau
• seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
 Untuk memudahkan publik dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis , setiap Rancangan Peraturan Peraturan Daerah Provinsi harus dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.

BAB III

Kesimpulan
Keberadaan Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Kepala Daerah Provinsi,
dan Keputusan Kepala Daerah Provinsi, pada hakekatnya merupakan akibat
diterapkannya prinsip desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah
Provinsi dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesatuan sistem hukum
nasional.

Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan, Peraturan Daerah Provinsi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
Peraturan Daerah Provinsi Provinsi dan Peraturan Daerah Provinsi Kota/ Kabupaten.
PERPROV sendiri termasuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan dalam
Undang-Undang No. 12 tahun 2011, berada di Pasal 7 butir f, dan PERPROV Kota/
Kabupaten di Pasal 7 butir g.

Mekanisme penyusunan PERPROV terbagi menjadi 4 bagian, yaitu


perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, penetapan dan
pengundangan.Peran serta masyarakat dalam pembentuk-an peraturan perundang-
undangan dapat diarti-kan sebagai partisipasi politik , oleh Huntington dan Nelson
partisipasi politik diartikan sebagai kegiatan warga negara sipil (pivate citizen) yang
bertujuan untuk mempengaruhi pengam-bilan keputusan oleh pemerintah.

Keterlibatan public dalam PERPROV, diantaranya adalah

- Masukan secara lisan dan/atau tertulis dapat dilakukan melalui


- rapat dengar pendapat umum
- kunjungan kerja
- sosialisasi dan/atau
- seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul, 2010, Hukum Pemerintahan Daerah Provinsi. Cet. II., Penerbit Nusa
Media, Bandung.

Iza Rumesten RS, “Relevansi Partisipasi Masyarakat da-lam Perancangan Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan Yang Responsif”, Jurnal Simbur Cahaya Vol. XVI No. 44
Januari 2011, Unit Penelitian FH Universitas Sriwijaya Palembang, hlm. 2327.

Saut P. Panjaitan, “Jaminan Perlindungan Konstitusio-nal Hak Tiap Orang Untuk


Memperoleh Informasi dan Berkomunikasi”, Jurnal Simbur Cahaya, Vol. XV No. 42 Mei
2010, Unit Penelitian FH Universitas Sriwijaya Palembang, hlm. 1957-1958.

Khairul Muluk, 2007, Menggugat Partisipasi PublikDalam Pemerintah Daerah Provinsi,


Malang: LPD FIA UB danBayu Media, hlm. 225.

Anda mungkin juga menyukai