UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Indikator Pembentukan Peraturan Daerah yang Baik............................... 3
2.1.1 Sistem.................................................................................................... 3
2.1.2 Asas Pembentukan Peraturan Daerah yang Baik............................4
2.1.3 Tata Cara Penyiapan dan Pembahasan............................................ 8
2.1.4 Teknik Penyusunan........................................................................... 12
2.1.5 Pemahaman Materi Muatan............................................................. 16
2.1.6 Peran Serta Masyarakat.................................................................... 19
2.1.7 Ragam Bahasa................................................................................... 22
2.2 Proses Pembentukan Peraturan Daerah yang Baik................................. 25
2.2.1 Perencanaan dan Penyusunan........................................................ 25
2.2.2 Pembahasan....................................................................................... 26
2.2.3 Pengesahan dan Pengundangan..................................................... 28
2.2.4 Penyebarluasan dan Pembatalan.................................................... 30
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 34
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sihombing, Eka N.A.M. Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah (Urgensi dan
Problematikanya). https://sumut.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/penyusunan-
program-pembentukan-peraturan-daerah-urgensi-dan-problematikanya. Diakses pada tanggal 07 Maret
2022, pukul 15.36.
1
2
2
Rudy. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalosme Indonesi. Bandar Lampung:
Indepth Publishing. Hlm 78-79.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
3
Mahkamah Konstitusi ini telah ditetapkan dalam Perubahan Ketiga UUD 1945. Dalam Pasal 24C
dikatakan bahwa (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhiryang
5
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. RUU
Mahkamah Konstitusi yang dipersiapkan oleh DPR kemudian dibahas bersama dengan Pemerintah dan
pada tanggal 13 Agustus 2003 disahkan oleh Presiden 4 hari sebelum batas waktu yang ditentukan
dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD Negara RI Tahun 1945 yang berbunyi: Mahkamah Konstitusi
dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung.
4
A. Hamid, SA, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara, disertasi, Jakarta, 1990, hal. 321 s/d 331. Sedangkan bukunya I.C. van der Vlies yang berjudul
Handboek Wetgeving sudah diterjemahkan (tidak dipublikasikan) ke dalam bahasa Indonesia.
6
Asas Materiil
1) Asas terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van
duidelijke terminologie en duidelijke systematiek);
2) Asas dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid);
3) Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het
rechtsgelijkheidsbeginsel);
4) Asas kepastian hukum (het rechtszekerheidsbeginsel);
5) Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het
beginsel van de individuele rechtsbedeling).
Pada setiap pasal atau norma yang ditentukan dalam materi yang
diatur, pembentuk peraturan perundang-undangan harus mengolah dalam
pikirannya apakah seluruh substansi tersebut telah mengandung asas
materi muatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 UU P3 yakni asas:
a) Pengayoman (materi muatan peraturan perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat);
b) Kemanusiaan (materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional);
c) Kebangsaan (materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik
(kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan
Republik Indonesia);
d) Kekeluargaan (materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan;
e) Kenusantaraan (materi muatan peraturan perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia
8
5
Soenobo Wirjosoegito, Proses dan Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2004.
10
6
Badriyah Khaleed, Legislative Drafting: Teori dan Praktik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.
Jakarta, Medpress Digital,2014, Hlm. 15.
11
Pembahasan
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh DPRD
bersama Kepala Daerah. Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-
tingkat pembicaraan. Tingkat-tingkat pembicaraan dilakukan dalam rapat
komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani
bidang legislasi dan rapat paripurna, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pembahasan Rancangan Peraturan Daerah diatur dengan Peraturan
DPRD. Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum
dibahas bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah. Rancangan Peraturan
Daerah yang sedang di bahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan
persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah diatur
dengan Peraturan DPRD.
Pembahasan rancangan perda yang berasal dari Kepala Daerah
disampaikan dengan surat pengantar Kepala Daerah kepada pimpinan
DPRD begitu juga sebaliknya. Surat pengantar Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud, paling sedikit memuat latar belakang dan tujuan
penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, dan materi pokok yang
diatur. Dalam hal rancangan perda yang berasal dari Kepala Daerah
disusun berdasarkan naskah akademik, naskah akademik disertakan dalam
penyampaian rancangan perda. Dalam rangka pembahasan rancangan
perda di DPRD, perangkat daerah pemrakarsa memperbanyak rancangan
perda provinsi sesuai jumlah yang diperlukan. Kepala Daerah membentuk
tim dalam pembahasan rancangan perda di DPRD yang diketuai oleh
sekretaris daerah atau pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Ketua
tim kemudian melaporkan perkembangan dan/atau permasalahan dalam
12
7
Ibid., Hlm. 28.
8
Soenobo Wirjosoegito, Proses dan Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2004.
13
9
Dspace.uii. (n.d). Pembentukan dan Pengaturan Peraturan Daerah. URL:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9848/05.3%20bab%203.pdf?sequence=7&isAllow
ed=y.
14
3. Batang tubuh;
Batang tubuh Peraturan Daerah memuat semua substansi
Peraturan Daerah yang dirumuskan dalam pasal-pasal. Pada
umumnya substansi dalam batang tubuh dikelompokkan ke dalam
ketentuan umum, materi pokok yang diatur, ketentuan pidana (jika
diperlukan), ketentuan peralihan (jika diperlukan), dan ketentuan
penutup.
4. Penutup;
Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Daerah dan memuat
rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan
Daerah dalam Lembaran Daerah, penandatanganan pengesahan
atau penetapan Peraturan Daerah, pengundangan Peraturan
Daerah, dan akhir bagian penutup.
5. Penjelasan (bila diperlukan);
Penjelasan berfungsi tafsiran resmi pembentukan Peraturan Daerah
atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu,
penjelasan hanya memuat uraian atau jabaran lebih lanjut dari
norma yang diatur dalam batang tubuh. Dengan demikian,
penjelasan hanya memuat uraian atau jabaran lebih lanjut dari
norma yang diatur dalam batang tubuh. Dengan demikian,
penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang
tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari
norma yang dijelaskan.
6. Lampiran (bila diperlukan).
Dalam hal Peraturan Daerah memerlukan lampiran, hal tersebut
harus dinyatakan dalam batang tubuh dan pernyataan bahwa
lampiran tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah yang bersangkutan. Pada akhir lampiran harus
dicantumkan nama dan tanda tangan pejabat yang menetapkan
Peraturan Daerah yang bersangkutan.10
10
JDIH.Magetan. (2011). Tata Cara Penyusunan Perda. https://jdih.magetan.go.id/?p=865.
15
11
JDIH.Magetan. (2011). Tata Cara Penyusunan Perda. https://jdih.magetan.go.id/?p=865.
17
12
Pantja Astawa, dan Suprin Na’a,Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan di Indonesia, 2008,
Alumni,Bandung
20
13
Asri Lasatu. ”Urgensi Peraturan Daerah Tentang Program Pembentukan Peraturan Daerah Terhadap
Kinerja DPRD (The Urgensi of Local Regulation Concerning the Formation of Local Regulation Program
on Regional House of Representatives Performance”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 14 No. 2
(2020), 204.
14
Yusdiyanto, “Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Program Legislasi Daerah”, Jurnal Ilmu
Hukum, Vol.5 No. 2 (2012), 1.
26
15
Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Jakarta : Sinar Grafika, 2018),
hlm. 27
27
16
Ibid., Hlm. 28.
17
Soenobo Wirjosoegito, Proses dan Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2004.
28
Pengundangan
a. Agar setiap orang mengetahuinya, peraturan perundang-undangan
harus diundangkan dengan menempatkannya dalam19 :
1) Lembaran Negara Republik Indonesia;
2) Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia;
3) Berita Negara Republik Indonesia;
18
Ibid.
19
Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Jakarta : Sinar Grafika, 2018),
hlm. 33
29
20
Menurut Pasal 161 ayat (2) Permendagri No. 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah
31
21
Berdasarkan Pasal 251 ayat (1) dan (2) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
32
3.1 Kesimpulan
Indikator pembentukan peraturan daerah yang baik memuat tentang
kedudukaan peraturan daerah dalam sistem hukum di negara Republik Indonesia,
asas pembentukan Perda, tata cara penyiapan dan pembahasan, dan teknik
penyusunan. Selain itu, harus dilakukan sesuai dengan mekanisme atau proses
yang telah ditentukan di dalam Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dan juga harus mendasarkan
pada asas-asas pembentukan peraturan daerah yang berlaku mengingat asas
merupakan roh atau nyawa dari sebuah peroduk perundang-undangan. Jika
memenuhi hal-hal tersebut maka Perda dapat dikatakan memenuhi indikator
Perda yang baik.
Dalam proses pembentukan Perda yang baik harus melalui beberapa
proses, yaitu perencanaan dan penyusunan, pengesahan dan pengundangan,
serta penyebarluasan dan pembatalan peraturan daerah. Beberapa proses
tersebut harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Selain diatur
dalam Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan diatur juga dalam Permendagri No. 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Beberapa proses tersebut harus
dilaksanakan secara runtut.
33
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Astawa, Pantja dan Suprin Na’a. 2008. Dinamika Hukum dan Ilmu
Perundangundangan di Indonesia. Bandung: Alumni.
Khaleed, B. 2014. Legislative Drafting: Teori dan Praktik Penyusunan Peraturan
Perundang-Undangan. Jakarta: Medpress Digita.
Perundang-undangan., D.P. 2011. Panduan Praktis Memahami Perancangan
Peraturan Daerah. Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
Undangan Kementerian Hukum Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Redi, A. 2018. Hukum Pembentukan Perundang-Undangan. Jakarta: Sinar Grafika.
Wirjosoegito, S. 2004. Proses dan Perencanan Peraturan Perundang-Undangan.
Jakarta: Ghalia Indonesia
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Lembar Negara RI.
Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah. Lembar Negara RI.
Pasal 24A ayat (1) UUD NRI 1945
RI, M. (2015). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.
JURNAL
Dspace.uii. (n.d). Pembentukan dan Pengaturan Peraturan Daerah. URL:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9848/05.3%20bab%203.
pdf?sequence=7&isAllowed=y. Diakses pada tanggal 6 April 2022.
Lasatu, Asri. 2020. ”Urgensi Peraturan Daerah Tentang Program Pembentukan
Peraturan Daerah Terhadap Kinerja DPRD (The Urgensi of Local
Regulation Concerning the Formation of Local Regulation Program on
Regional House of Representatives Performance” dalam Jurnal Ilmiah
Kebijakan Hukum, Vol. 14 No. 2.
Sedubun, V.J., Saptenno, M.J., Pietersz, J.J., & Sisinaru, S.Y. (2019). Pembatalan
Peraturan Daerah dan Akibat Hukumnya Menurut Undang-Undang Nomor 23
34
35
DISERTASI
SA, A. Hamid. 1990. Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, disertasi, Jakarta.
WEBSITE:
BPHN.GO.ID. (n.d). Teknik Penyusunan Perda. URL:
http://bphn.go.id/data/documents/Teknik_PERDA.pdf. Diakses pada tanggal
6 April 2022.
Hukumonline. (2020). Pencabutan Perda Lewat Perpres, Simak Putusan MK Ini!.
Diakses dari https://www.hukumonline.com/berita/a/pencabutan-perda-
lewat-perpres--simak-putusan-mk-ini-lt5e4d0c4322afe pada 9 April 2022
JDIH.Magetan. (2011). Tata Cara Penyusunan Perda.
https://jdih.magetan.go.id/?p=865. Diakses pada tanggal 6 April 2022.
Maria, Farida dkk. 2008. Laporan Kompendium Bidang Hukum Perundang-undangan.
https://www.bphn.go.id/data/documents/kompendium_perundang2an.pdf,
diakses pada tanggal 8 April 2022.