Anda di halaman 1dari 13

“PERENCANAAN PERATURAN DAERAH”

(Di Ajukan Sebagai Tugas Makalah Mata Kuliah Legal Drafting)

Dosen Pengampu : Rebby Octora, S.H.,M.kn

Disusun Oleh

Araada Mustaqim Wibowo (1921020284)

Benny Saputra (1921020294)

Kelas D

Semester V

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH SYAR’IYYAH)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/2021 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiranya Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah legal drafting
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan kepada Allah kami mohon ampun.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penbuatan makalah ini khususnya kepada Dosen kami yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan kepada kami dalam menulis makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Lampung, 12 September 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................2
C. TUJUAN.............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN PERATURAN DAERAH.........................................................................................3
B. MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH.................................................................................3
C. FUNGSI PERATURAN DAERAH....................................................................................................3
D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI TINGKAT DAERAH..........................................4
E. PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH.....................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................9
B. SARAN...........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pemerintahan yang tertib merupakan syarat utama terwujudnya tujuan
negara. Pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah tidak terlepas dari tugas
membina ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerahnya. Peraturan daerah harus sesuai
dengan keadaan masyarakat di mana peraturan daerah tersebut diberlakukan.Sebagai
penyelenggara pemerintahan daerah maka pemerintah daerah dituntut untuk memahami
dukungan dan tuntutan yang berkembang dalam masyarakatnya, tetapi kenyataannya sering jadi
bahwa setelah diberlakukannya suatu peraturan daerah, banyak substansi dari peraturan daerah
dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Peraturan Daerah pada umumnya dapat diartikan sebagai instrument aturan yang
diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah di masing-masing daerah Daerah adalah Peraturan koleh Dewan
Perwakilan otonom. Perundang-undangan yang Peraturan dibentu Rakyat Daerah dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur atau bupati/walikota). Peraturan Daerah terdiri
atas: Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Pengertian peraturan
daerah provinsi dapat ditemukan dalam pasal 1 ayat7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sebagaiberikut : Peraturan Daerah
Provinsi adalah Peraturan Perundang undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

Selanjutnya pengertian peraturan daerah kabupaten/kota disebutkan pula dalam pasal 1


ayat 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, sebagai berikut :

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang undangan yang dibentuk


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota.

Sejak otonomi daerah diterapkan berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian
dicabut dan diganti dengan UU No. 32 tahun 2004, Peraturan Daerah yang dibatalkan berjumlah
761 Peraturan Daerah. Bahkan ada perda yang tidak sah tetapi masih tetap memberlakukan.
Peraturan Daerah yang dianggap bermasalah itu, dinilai menimbulkan ekonomi biaya tinggi di
daerah serta membebani masyarakat dan lingkungan. Hal ini terjadi karena peraturan daerah
yang dibuat oleh pemerintah daerah tidak partisipatif artinya belum mampu mengcoveraspirasi
semua lapisan masyarakat, sehingga ketika akan diberlakukan bertentangan dengan apa yang
diinginkan masyarakat. Hal ini tentu saja sangat mengganggu jalannya system pemerintahan
yang artinya juga mengganggu kestabilan masyarakat di daerah, terutama dari segi kepastian

1
hukumnya. Maka dari itu dalam makalah ini akan menjelaskan bagaimana peraturan daerah serta
segala sesuatu yang berkaitan dengan peraturan daerah tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Peraturan Daerah ?
2. Apa Materi Muatan Peraturan Daerah ?
3. Apa Fungsi Peraturan Daerah ?
4. Apa Jenis- jenis Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di tingkat
Daerah ?
5. Bagaimana Proses Pembentukan Peraturan Daerah ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Peraturan Daerah.

2. Mengetahui Materi Muatan Peraturan Daerah.

3. Mengetahui Fungsi Peraturan Daerah.

4. Mengetahui Jenis-jenis Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan di tingkat Daerah.

5. Mengetahui Proses Pembentukan Peraturan Daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERATURAN DAERAH


Berdasarkan pasal 7 ayat (1) Undang-Undang nomor 12 tahun 2011, terdapat dua jenis Peraturan
Daerah, Yakni Peraturan Daerah Provinsi Dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

1. 1.Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
Termasuk dalam Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh
dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang
berlaku di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
2. 2.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Adalah Peraturan -Undangan Yang Dibentuk Oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Dengan Persetujuan Bersama
Bupati/Walikota.

B. MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH


• Dalam pasal 14 undang-undang nomor 12 tahun 2011 menetapkan bahwa materi muatan
peraturan daerah, adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang undangan yang lebih tinggi.

• Dalam pasal 15 ayat (1) menetapkan bahwa materi muatan mengenai ketentuan pidana dapat
dimuat dalam :

a) Undang-undang
b) Peraturan daerah provinsi; atau
c) Peraturan daerah kabupaten/kota.

• Dalam pasal 15 ayat (1) ini menjelaskan bahwa peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
kabupaten dan kota dapat memuat materi mengenai kententuan hukum pidana.

• Dalam pasal 15 ayat (3) menetapkan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
kabupaten/kota dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

C. FUNGSI PERATURAN DAERAH


Fungsi peraturan daerah merupakan fungsi yang bersifat atribusi yang diatur berdasarkan
undang-undang nomor 32 tahun. 2004 tentang pemerintahan daerah, terutama pasal 136, dan
juga merupakan fungsi delegasian dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

3
Fungsi peraturan daerah ini dirumuskan dalam pasal 136 undang-undang no.32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah sebagai berikut :

1. menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas


pembantuan.
2. menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
3. menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan kepentingan
umum.
4. menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Yang dimaksud disini adalah tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di tingkat pusat.

D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI TINGKAT DAERAH


1. peraturan daerah provinsi

Peraturan daerah provinsi adalah peraturan yang dibentuk oleh gubernur/kepala daerah provinsi
bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat daerah (dprd) provinsi, dalam melaksanakan
otonomi daerah yang diberikan kepada pemerintah daerah provinsi.

Menurut undang-undang no. 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-


undangan, yang dimaksud degan peraturan daearah adalah peraturan perundangan undangan
yang dibentul oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan kepala daerah.

Kewenangan pembentukan peraturan daerah provinsi ini merupakan sautu kewenangan


(atribusian) untuk mengatur daerahnya sesuai pasal 136 undang-undang no.32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, namun demikian pembentukan suatu peraturan daerah ini dapat
juga merupakan pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi

2. peraturan gubernur/kepala daera provinsi Peraturan

gubemur/kepala daerah provinsi ( peraturan gubernur KHD provinsi) adalah peraturan


perundang-undangan di daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan daerah
provinsi, yang dibentuk berdasalkan pasal 146 undang-undang no.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah

3. peraturan daerah kabupaten/kota

Peraturan daerah kabupaten/kota adalah peraturan yang dibentuk oleh bupati atau
walikota/kepala daerah kabupaten/kota bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota, dalam melaksanakan otonommi daerah yang diberikan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota. Yaitu bupati atau walikkota/kepala daerah kabupaten/kota dan dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota.

4
Kewenangan pembentukan daerah kabupaten/kota ini merupakan suatu pemberian wewenang
(atribusian) untuk mengatur daerahnya sesuai pasal 136 undang-undang no.32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah. Pembentukan suatu peraturan daerah kabupaten/kota dapat juga
merupakan pelimpahan wewenang (delegasi) dari suatu peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.

4. peraturan bupati atau walikota/kepala daerah kabupaten/kota

Peraturan bupati atau walikota/kepala daerah kabupaten/kota adalah peraturan perundang-


undangan yang meruapakan peraturan pelaksanaan dari peraturan daerah kabupaten/kota, yang
dibentuk berdasarkan pasal 146 undang undang no.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
jadi kewenangannya merupakan pelimpahan (delegasi) dari peraturan daerah kabupaten kota,
ataupun untuk mengatur urusan-urusan dalam rangka tugas pembantuan (medebewind).

Berdasarkan pasal 146 tersebut, untuk melaksanakan peraturan daerah atau atas kuasa perautan
perundang undangan yang lebih tinggi) kepala daerah dapat juga membentuk keputusan kepala
daerah, namun pada saat ini keputusan kepala daerah penetapan. tersebut hanya yang bersifat
penetapan.

E. PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH


Peraturan daerah adalah salah satu bentuk peraturan pelaksanaan undang-undang. Pada
pokoknya, kewenangannya mengatur bersumber dari kewenangan yang di tentukan oleh
pembentuk undang-undang. Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, peraturan daerah juga dapat
mengatur sendiri hal-hal yang meskipun tidak didelegasikan secara eksplist kewenangannya oleh
undang-undang, tetapi dianggap perlu diatur oleh daerah untuk melaksanakan otonomi daerah
yang seluas luasnya sebagaimana dimksud oleh pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945. Bahkan,
dalam peraturan daerah juga dapat dimuat mengenai ketentuan pidana seperti halnya dalam
undang-undang. Dalam pasal 15 UU nomor 12 tahun 2011 ditentukan, "materi muatan mengenai
ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam undang-undang dan peraturan daerah"

Di samping itu, pasal 14 UU nomor 12 tahun 2011 menentukan, "materi muatan Peraturan
Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi". Menurut pasal 7 ayat (1) UU nomor 12 tahun 2011 jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah :

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

5
Dengan perkataan lain, disamping untuk melaksanakan ketentuan undang-undang,
peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk melaksanakan ketentuan undang-undang dasar secara
langsung, ataupun untuk menjabarkan lebih lanjut materi ketentuan peraturan perundang-
undangan lain yang lebih tinggi. Seperti sudah ditentukan dalam pasal 14 yang dikutipkan di
atas, materi muatan peraturan daerah itu adalah:

(a) seluruh materi yang dibutuhkan dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah dan
tugas pembantuan,
(b) menampung kondisi-kondisi yang bersifat khusus di daerah, dan
(c) menjabarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan
Presiden, Peraturan Pemerintah, dan Undang undang atau peraturan pengganti Undang-
undang.

Karena kewengan untuk mengatur penyelenggaran otonomi daerah dan tugas


pembantuan itu juga ditentukan dalam pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945, maka peraturan
daerah yang memuat materi yang diperlukan untuk menyelenggarakan otonomi dan tugas
pembantuan itu juga dapat dianggap secara langsung melaksanakan ketentuan undang-undang
dasar.

Proses pembentukan peraturan daerah itu, terutama berkenaan dengan Peraturan Daerah
Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten, dan Peraturan Daerah Kota agak mirip dengan
pembentukan Undang undang di tingkat pusat. Dalam pasal 56 sampai pasal 63 UU nomor 12
tahun 2011. Dalam Pasal 56 menentukan bahwa rancangan peraturan daerah dapat berasal dari
dewan perwakilan rakyat daerah atau gubernur, atau bupati/walikota, masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, atau kota. Rancangan. peraturan daerah disertai
dengar naskah akademik.

Dalam hal rancangan peraturan daerah mengenai :

(I) anggaran pendapatan dan belanja daerah,

(II) pencabutan peraturan daerah, atau

(III) perubahan peraturan daerah yang hanya terbatas mengubah beberapa materi.

Disertai dengan keterangan pokok pikiran dan materi muatan yang diatur. Dalam pasala
57 penyusunan naskah akademik rancangan. peraturan daerah sesuai dengan teknik penyusunan
naskah akademik. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan
peraturan daerah yang berasal dari gubernur atau bupati/walikota diatur dengan peraturan
presiden. Dalam pasal 60 ditentukan bahwa rancangan peraturan daerah dapat disampaikan oleh,
anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengakapan dewan perwakilan daerah yang
khusus menangani bidang legilasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapakan

6
rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud diatur dalam peraturan tata tertib dewan
perwakilan rakyat daerah.

Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh gubernur atau bupati/walikota
disampaikan dengan surat pengantar gubemur atau bupati/walikota kepada dewan perwakilan
rakyat daerah oleh gubemur atau bupati/walikota. Rancangan peraturan daerah yang telah
disiapkan oleh dewan perwakilan rakyat daerah disampaikan oleh pimpinan dewan perwakilan
rakyat daerah kepada gubernur atau bupati/walikota. Penyebarluasan rancangan peraturan daerah
yang berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah itu dilaksanakan oleh secretariat dewan
perwakilan rakyat daerah. Sementara itu, penyebarluasana rancangan peraturan daerah yang
berasala dari gubemur atau bupati/walikota dilaksanakan oleh sekretaris daerah. Apabila dalam
suatu masa siding, gubernur atau bupati/walikota dan dewan perwakilan rakyat daerah
menyampaikan rancangan peraturan daerah mengenai materi yang sama, maka yang dibahs
adalah rancangan peraturan daerah yang disampaikan oleh gubernur atau bupati/walikota
digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

Selanjutnya, mengenai pembahasan dan pengesahan peraturan daerah diatur pula secara
rinci dalam bab VIII UU nomor 12 tahun 2011. Dalam pasal 75 undang-undang ini ditentukan
bahwa pembahasan rancangan peraturan daerah di di dewan perwakilan rakyat daerah dilakukan
oleh dewan perwakilan rakyat aerah bersama gubemur atau bupati/walikota. Pembahasan
bersama sebagaimana dimaksud dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan. Tingkat tingkat
pembicaraan dimaksud dilakukan dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan dewan perwakilan
rakyat daerah yang khusus menangani bidang legilasi dan rapat paripurna. Ketentuan lebih lanjut
berkenaan dengan tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah dikmaksud diatur dengan
peraturan tata tertib dewan perwakilan rakyat daerah.

Dalam pasal 76 rancangan peraturan daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas
bersama oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan gubernur atau bupati/walikota. Rancangan
peraturan daerah yang sedang dibahas hanya dapat daitarik kembali berdasarkan persetujuan
bersama dewan perwakilann rakyat daerah dan gubernurr atau bupati/walikota. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara penarikan kembali rancangan peraturan daerah diatur dengan perautan
tata tertib dewan perwakilan drakyat daerah.

Mengenai penetapan peraturan daerah tersebut, ditentukan pula dalam pasal 78 bahwa
rancangan peraturan daerah yang telah disetujui oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan
gubemur atau bupati/walikota disampaikan oleh pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah dan
gubernur atau bupati/walikota untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah. Penyampaian
rancangan peraturan daerah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu
paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Rancangan peraturan daerah dimaksud pasal 78 dan pasal 80, menurut ketentuan pasal 79
ayat (1) ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota dengan membubuhkan tana tangan dalam

7
jangka waktu paling lambat tiga puluh hari sejak rancangan peraturan daerah terseebut disetujui
bersama oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan gubernur atau bupati/walikota. Ayat (2)
Dalam hal rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditantangani
oleh gubernur atau bupati/walikota dalam waktu paling lambat tiga puluh hari sejak rancangan
peraturan daerah tersebut disetujui bersama, maka rancangan peraturan daerah tersebut sah
menjadi peraturan daerah dan wajib diundangkan. Ayat (3) Dalam hal sahnya rancangan
peraturan daerah sebagaimana dimaksud ayat (2), maka kalimat pengesahannya berbunyi:
peraturan daerah ini dinyatakan sah. Ayat (4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana
dimaksud ayat (3) harus dibubuhkan pada halam terakhir peraturan daerah sebelum
pengundangan naskah peraturan daerah ke dalam lembaran daerah.

Peraturan daerah, baik peraturan daerah provinsi, kabupaten, maupun peraturan daerah
kota diundangkan dalam lembaran daerah; sedangkan peraturan gubernur, peraturan gubemur,
peraturan bupati/walikota, atau peraturan lain dibawahnya dimuat dalam berita daerah.
Pengundangan peraturan daerah dalam lembaran daerah dan berita daerah dilaksanakan oleh
sekretaris daerah. Selanjutnya, setelah diundangkan sebagaimana mestinya, peraturan daerah
tersebut menurut pasal 86 wajib disebarluaskan. Pemerintah daerah wajib menyebarluaskan
peraturan daerah yang telah diundangkan dalam lembaran daerah dan peraturan di bawahnya
yang telah diundangkan dalam berita daerah. Untuk itu, kepala pemerintah daerah, yaitu
gubernur, bupati, dan walikota harus melaksanakan kewajibannya ide dengan sungguh-sungguh.
dengan menyelenggarakan berbagai program penyebarluasan informasi dan pengetahuan hukum
dalam lingkup wilayah tanggung jawabnya masing-masing.

Bahkan, penyebarluasan informasi dan pengetahuan hukum itu sendiri harus pula
dimaknai sebagai tanggung jawab yang menyangkut tuntutan kebutuhan akan pendidikan,
pemasyarakatan, dan pembudayaan hukum dalam artu yang lebih luas dan menyeluruh disetiap
daerah, sehingga upaya mewujudkan cita negara hukum, di mana system hukum dan konstitusi
yang menjadi landasan bekerjanya system bemegara dapat berjalan dengan sebaik-baiknya di
mana hukum dan keadilan benar-benar terwujud sebagaimana mestinya.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan isi makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa kewenangan pembentukan daerah
provinsi ini merupakah suatu kewenangan (atribusan) untuk mengatur daerahnya sesuai pasal
136 UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, namun demikian pembentukan suatu
peraturan daerah ini dapat juga merupakan pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi .

B. SARAN
Kami menyadari di dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan, oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan kita Bersama dan
demi kelancaran pembuatan makalah kita selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2014. Perihal Undang-undang. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Trijono, Rachmat. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Perundang undangan. Depok Timur:
Papas Sinar Sinanti.

Farida Indrati S, Maria. 2007. Ilmu Perundang-undangan 2. Yogyakarta: Kanisius (Anggota


Ikapi ).

10

Anda mungkin juga menyukai