Anda di halaman 1dari 5

Resume Proses Pembentukan Peraturan Daerah Menurut UU Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan yang diundangkan pada tanggal 12 Agustus 2011 merupakan penyempurnaan dari
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Hal ini merupakan salah satu aspek penting pembangunan hukum nasional dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional yang baik. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
merupakan dasar hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat
maupun daerah.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan termuat ketentuan bahwa Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perancangan,
penyusunn, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan menurut Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Perppu;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Produk Hukum Daerah adalah produk hukum berbentuk Peraturan meliputi perda atau
nama lainnya, Perkada, Peraturan Bersama KDH, Peraturan DPRD, dan berbentuk Keputusan
meliputi Keputusan KDH, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan DPRD dan Keputusan Badan
Kehormatan DPRD.
Adapun proses pembentukan Peraturan Daerah melalui beberapa tahap sesuai dengan yang
diatur dalam Pasal 1 Angka 1 UU No. 12 Tahun 2011, yaitu meliputi:
1. Perencanaan
Penyusunan rancangan peraturan daerah atau Raperda berasal dari:’
a. Gubenur
b. DPRD Provinsi
c. Kumulatif Terbuka (APBD, Putusan MA, Penataan Kecamatan/Desa)
Perencanaan penyusunan Perda melalui Program Pembentukan Peraturan Daerah
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 angka 10 UU Nomor 12 Tahun 2011, Program
Pembentukan Perda (dulu bernama Program Legislasi Daerah) adalah instrumen
perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.
Berdasarkan Pasal 32 dan Pasal 33 UU Nomor 12 Tahun 2011, perencanaan
penyusunan Peraturan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) dilakukan dalam Prolegda
(Provinsi/Kabupaten/Kota). Prolegda merupakan program pembentukan Peraturan Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota) dengan judul Rancangan Peraturan Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota), materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan
Perundang-undangan lainnya. Materi tersebut telah melalui pengkajian dan penyelarasan
yang dituangkan dalam Naskah Akademik.
Menurut Pasal 34 dan Pasal 35 UU Nomor 12 Tahun 2011, Penyusunan Prolegda
Provinsi dilaksanakan oleh DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah Provinsi. Prolegda
Provinsi ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi. Penyusunan dan penetapan Prolegda
Provinsi dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
tentang APBD Provinsi.
Dalam ketentuan Pasal 36 dan Pasal 37 UU Nomor 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa
Hasil koordinasi penyusunan Prolegda/Program Pembentukan Perda antara DPRD dan
Pemerintah Daerah disepakati menjadi Prolegda (Provinsi/Kab/Kota) dan ditetapkan dalam
Rapat Paripurna DPRD dalam bentuk Keputusan DPRD. Dalam keadaan tertentu, DPRD
Provinsi atau Gubernur dapat mengajukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar
Prolegda Provinsi (Pasal 38 UU Nomor 12 Tahun 2011).
Sedangkan mengenai Perencanaan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota diatur dalam
Bagian Kelima, Pasal 39 sampai Pasal 41 UU Nomor 12 Tahun 2011. Dalam Prolegda
Kabupaten/Kota dimuat daftar kumulatif terbuka mengenai pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan Kecamatan atau nama lainnya dan/atau pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan Desa. Dalam Pasal 56 UU Nomor 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari DPRD Provinsi atau Gubernur
yang diserta dengan keterangan dan/atau Naskah Akademik.
2. Persiapan
Ketentuan Pasal 61 dan Pasal 62 UU Nomor 12 Tahun 2011 menyebukan bahwa
Raperda Provinsi yang disiapkan oleh DPRD Provinsi disampaikan dengan surat pimpinan
DPRD Provinsi kepada Gubernur. Kemudian Rancangan Peraturan Daerah yang telah
disiapkan oleh Gubernur disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada pimpinan
DPRD Provinsi. Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan Gubernur
menyampaikan Raperda Provinsi mengenai materi yang sama, maka yang disampaikan
oleh DPRD Provinsi dan yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk
dipersandingkan.
3. Pembahasan
Pembahasan Dan Penetapan Raperda (Provinsi/ Kabupaten/Kota) tercantum dalam
BAB VIII yangmana menurut Pasal 75 dan Pasal 76 UU Nomor 12 Tahun 2011
menyebutkan Pembahasan Raperda) Provinsi dilakukan oleh DPRD Provinsi bersama
Gubernur dan dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan dalam rapat
komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang
legislasi dan rapat paripurna. Rancangan tersebut dapat ditarik kembali sebelum dibahas
dengan persetujuan bersama DPRD Provinsi dan Gubernur.
Untuk Penetapan Raperda (Provinsi/ Kabupaten/Kota) diatur dalam Pasal 78 dan Pasal
79 UU Nomor 12 Tahun 2011, Raperda (Provinsi/ Kabupaten/Kota) yang telah disetujui
bersama disampaikan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari oleh pimpinan DPRD Provinsi
kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi. Apabila dalam
jangka waktu 30 hari tidak ditandatangani maka dianggap sah menjadi Peraturan Daerah
Provinsi dan wajib diundangkan.

a. Nomor Register
- Gubernur wajib menyampaikan Ranperda yang telah disetujui bersama dalam
rapat paripurna (paling lama 7 hari) untuk mendapatkan register Perda kepada
Menteri.
- Bupati/walikota wajib menyampaikan Ranperda yang telah disetujui bersama
dalam rapat paripurna (paling lama 7 hari) untuk mendapatkan register Perda
kepada Gubernur.
b. Pengesahan
- Penandatanganan produk hukum daerah yang bersifat pengaturan (Perda,
Perkada, peraturan bersama kepala daerah) dan yang bersifat penetapan
(keputusan kepala daerah) dilakukan oleh kepala daerah.
- Penandatanganan peraturan dan keputusan DPRD dilakukan oleh ketua DPRD
atau wakil ketua DPRD, khusus keputusan badan kehormatan (BK) DPRD
dilakukan oleh Ketua BK DPRD.
c. Penomoran
Penomoran Perda, Perkada, Peraturan Bersama Kepala Daerah dilakukan
kepala biro hukum/kepala bagian hukum dengan nomor bulat. Sedangkan
Penomoran keputusan kepala daerah dilakukan dengan kode klasifikasi.
d. Pengundangan
Berdasarkan Pasal 86 UU Nomor 12 Tahun 2011, Perda yang telah ditetapkan
(ditandatangani kepala daerah) diundangkan dalam lembaran daerah yang
merupakan penerbitan resmi pemerintah daerah.Perkada, Peraturan Bersama Kepala
Daerah dan Peraturan DPRD yang telah ditetapkan diundangkan dalam berita daerah.
Pengundangan dilakukan oleh Sekretaris Daerah (semua produk hukum daerah
bersifat pengaturan).
Perkada, Peraturan Bersama Kepala Daerah dan Peraturan DPRD mulai
berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan kecuali
ditentukan lain (Pasal 87 UU Nomor 12 Tahun 2011).
e. Autentifikasi
Produk Hukum yang telah ditetapkan (ditandatangani) dan diberi nomor
dilakukan autentifikasi. Autentifikasi Perda, Perkada, Peraturan Bersama Kepala
Daerah dan Keputusan Kepala Daerah dilakukan oleh Kepala Biro Hukum.
Sedangkan, autentifikasi peraturan DPRD Keputusan DPRD dan produk hukum
DPRD lainnya dilakukan Sekretaris DPRD.
4. Penyebarluasan
Menurut ketentuan Pasal 92 sampai dengan Pasal 94 UU Nomor 12 Tahun 2011,
Penyebarluasan Prolegda, Raperda dan Perda dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD. Penyebarluasan dilakukan sejak rancangan hingga pengundangan untuk
memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.
5. Partisipasi Masyarakat
Mengenai partisipasi masyarakat telah diatur dalam Pasal UU Nomor 12 Tahun 2011
bahwa masyarakat berhak memberi masukan secara lisan dan/atau tertulis terhadap Perda,
Peraturan Berasama Kepala Daerah dan Per DPRD yang dilakukan saat RDPU, kunjungan
kerja, sosalisasi, seminar, loka karya, dan/atau diskusi.
6. Evaluasi dan Klarifikasi
Evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yaitu RPJPD, RPJMD, APBD,
Perubahan APBD, Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, Pajak Daerah, Retribusi, dan
Tata Ruang kepada Menteri. Sedangkan, klarifikasi terhadap Peraturan Daerah Provinsi
yang telah ditetapkan kepada Menteri Dalam Negeri.

Anda mungkin juga menyukai