Unsur-unsur norma peraturan perundang-undangan terdiri dari : Bechiking, Legislasi semu,
Regeling. Peraturan pembentuk perundang-undangan diatur dalam pasal 1 angka 2 UU No. 12 tahun 2011 “Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat, secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Adapun tata urutan perundang-undangan, yakni : UUD 1945, TAP MPR, Perppu, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan daerah/perda. Unsur-unsur peraturan perundang-undangan : a. Peraturan tertulis b. Norma hukum c. Mengikat secara umum d. Dibentuk/ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang e. Melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Sifat peraturan perundang-undangan : A. Keputusan tertulis yang berisi tingkah laku B. Dibentuk dan dikeluarkan oleh pejabat baik pusat / daerah C. Tidak bersifat individual D. Mengikat secara umum E. Mempunyai bentuk / format tertentu Legislatif dibagi menjadi 2 Bikameral (sistem 2 kamar), yaitu : DPR & DPD, tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan undang-undang. Akan tetapi hanya memiliki kewenangan untuk mengusulkan dan membahas undang-undang. DPD terdiri dari 4 org, 135 org se Indonesia, DPR terdiri dari 560 org se Indonesia. Jadi Total 695 org. Bechiking (Penetapan / Ketetapan) Amandemen UUD 1945, landasannya Pasal 3 dan Pasal 37 dan UU : Pasal 5 ayat (1), 20,21,22. Pembukaannya rigid (tidak boleh diubah, hanya pasalnya yang boleh dirubah). Proses dan Mekanisme Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dilakukan melalui : Prolegnas (Program Legislasi Nasional) dan Balegnas : (Badan Legislasi Nasional, alat kelengkapan DPR). Prolegnas bersifat 5 tahun dan dilakukan evaluasi setiap 1 tahun/sekali. Dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 12 tahun 2011 menjelaskan mengenai Penyusunan Prolegnas, diantaranya yaitu : a) Perintah UUD 1945 seperti pemilu 5 tahun sekali. (UU No. 20/2003 Pendidikan Nasional 20% APBN utk pendidikan). b) Perintah ketetapan MPR (Pemilu pertama 2004/SBY, UUD 1945 terdiri dari 37 pasal). c) Perintah UU, lain d) Sistem perencanaan pembangunan nasional e) Jangka panjang nasional / menengah f) Kepentingan pemerintah (bag. Hk (HAM, Kementrian), / DPR. UU bertabrakan dengan Konstitusi : ke MK UU bertabrakan dengan UU : ke MA Perda bertabrakan dengan UU : ke MA Proses penyiapan RUU dari pemerintah : Presiden bersama menteri dan DPR. Inisiatif perubahan UU boleh oleh DPR/Presiden. Tidak perlu naskah akademik lagi. Naskah Akademik UU baru diberikan ke DPR. Antara DPR dan DPD sbg lembaga legislatif yang menggunakan Bikameral sistem. Kewenangan DPD dalam proses legislasi (Pasal 22D UUD 1946). Tahapan yang harus dilalui dalam perancangan : Tahapan persiapan, Tahap perumusan, Tahap penyusunan. Pasal 47 UU No. 12 tahun 2011 dalam proses penyusunan RUU : 1) RUU diajukan oleh presiden disampaikan oleh menteri. 2) Dalam penyusunan RUU, menteri membuat perencanaan tadi. \ 3) Pengharmonisasian (menyelaraskan, menyesuaikan, memadukan). Yang tidak memerlukan Naskah Akademik : APBN, Penetapan peraturan pemerintah pengganti UU menjadi UU, Pembuatan Perppu. DPD memiliki wewenang mengajukan UU : a) Otonomi daerah b) Hub. Pusat dan daerah c) Pemakaran pembentukan serta penggabungan daerah d) Pengelolaan SDA (keuangan) & SDEkonomi e) Perimbangan pusat dan daerah. APBN (Anggaran pendapatan belanja daerah) : Bupati & DPRD. Presiden memberikan surat kpd DPR mengenai menteri yg ditugasi. Menteri membahas perancangan UU. Pembahasan kurang lebih 60 hari sejak surat diterima. Rancangan UU menjadi kewajiban menteri itu sendiri. Tahapan” perancangan UU : Persiapan, Teknik penyusunan, dan Perumusan Sistematika peraturan perundang-undangan 1. Judul : ditulis huruf kapital dengan senter di tengah ditulis Undang-Undang Republik Indonesia 2. Judul ke 2, UU NO. 10 tahun 2019 tentang pajak tambahan kalimat pergantian atas UU sekian, UU baru terus UU lama. Bahasa dalam perundang-undangan menggunakan B. Indonesia. Bisa memakai B. Asing dengan penulisan kapital miring dan dalam kurung. 3. Konsidran : (menimbang, menetapkan) yang berkaitan. 4. Batang tubuh : isi materi peraturan. BAB, Pasal, dan ayat. BAB pakai huruf romawi, ayat (1) angka 1. 5. Penutup : mengakhiri materi” muatan yang ada di dalam batang tubuh. 6. Penjelasan : tidak wajib. Jika harus ada pemaknaan, secara umum maka di butuhkan. 7. Lampiran : bukti pendukung bisa berupa dokumen, surat” pendukung.