8. HASIL :
Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Staf Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi, Kabupaten/Kota se-Indonesia, melaksanakan
kegiatan workshop sekaligus silaturrahmi dengan sesama anggota Asdeksi lainnya dengan
susunan acara sebagai berikut :
Diawali dengan menyayikan lagu Indonesia Raya
Menyanyikan Mars Asdeksi
Sambutan dari Ketua Umum DP Nasional Asdeksi Bapak Widyo Prayitno, S.H.
Pembukaan Ketua Asdeksi
Materi VII Konsep Hubungan Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah terkait dengan
Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Daerah
1) Hubungan Kewenangan; Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, atau antara propinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memeperhatikan
kekhususan dan keberagaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara
adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
3) Hubungan Pengawasan; Dalam sistem rumah tangga daerah akan tampak
kedudukan masing-masing pihak dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Tahap II: Pemajuan upaya memahami mengapa hukum efektif (atau justru tidak
efektif).
Tahap III: Analisis dari permasalahan yang hendak ditata melalui perangkat legislasi,
dengan menggunakan Metode Pemecahan Masalah-ROCCIPPI.
Tahap IV: Analisis dari proses pembentukan legislasi juga beranjak dari teori-teori
normatif perihal ‘pembentukan legislasi yang baik”.
Tahap V: Suatu analisis terhadap kelayakan dari ikhtiar pembentukan
Materi XIV Peraturan Kebijakan (Legislasi Semu) dan Penetapan : Teknik dan Praktek
penyusunan peraturan kebijakan (legislasi semu) dan Penetapan
Legislasi semu memainkan peran penting dalam birokrasi pemerintahan dimanapun
di dunia ini, termasuk di Indonesia. Legislasi semu salah satu bentuk dari instrumen
hukum publik yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas umum
pemerintahan.
Legislasi semu dibuat oleh organ pemerintahan yang bersangkutan (betrokken
bestuursorgaan), yang berarti legislasi semu dibentuk, diterbitkan atau dibuat oleh
badan-badan pemerintahan (badan tata usaha negara) baik di tingkat pusat maupun
daerah, yang menyelenggarakan tugas umum pemerintahan;
Pemberian kewenangan mengeluarkan legislasi semu (aturan kebijakan tersebut)
merupakan doktrin dalam hukum tata pemerintahan (bestuursrechtelijke doctrine)
yang menegaskan bahwa suatu organ pemerintahan dibolehkan memiliki
kewenangan secara implicit (inplicite bevoegdheid) untuk menyusun aturan kebijakan
(beleidsregels) dalam rangka menjalankan tugas umum pemerintahan.
Materi XVI Peran serta masyarakat dalam proses pembentukan peraturan perundang
(Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)
Ditinjau dari aturan peran serta masyarakat tersebut sudah disebutkan secara tegas
dalam ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa peran serta masyarakat dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan secara lisan dan/atau
tertulis melalui rapat dengar pendapat, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau seminar,
lokakarya dan/atau diskusi.
Materi XVII Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, dan Perpres Nomor 87 Tahun 2014
dan Permenkumham tentang tata cara pelaksanaan konsultasi publik
Konsultasi Publik didalam Permenkumham 11 tahun 2021, Perpres Nomor 87, dan
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konsultasi Publik dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk menerima masukan, tanggapan, atau pandangan dari masyarakat
dalam rangka menciptakan peraturan perundang-undangan yang berkualitas.
5. Triningsih : ..........................