Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PERJALANAN DINAS

1. DASAR : 1. Undangan dari Asosiasi Sekretaris DPRD


Kabupaten / Kota Seluruh Indonesia Nomor :
011 / A / SEKNAS ASDEKSI / VIII / 2021
tanggal 18 Agustus 2021 perihal : Undangan
Workshop Nasional ASDEKSI;
2. Surat Tugas Sekretaris DPRD Kota Blitar
Nomor : 090/ 113 / 410.040.2 / 2021 tanggal
18 September 2021

2. MAKSUD DAN TUJUAN : Mengikuti Workshop Nasional ASDEKSI dengan


materi “Pedoman Penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2022 Berdasarkan Permendagri Nomor
27 Tahun 2021 Serta Penyederhanaan Birokrasi
Pada Sekretariat DPRD”.

3. WAKTU PELAKSANAAN : 7 Juni 2021 s/d 3 September 2021


4. NAMA PETUGAS : 1. Dra. EC. Sri Suwartiningrum
2. Rita Kurniawati, S.H.
3. Marjuni, S.E.
4. Choirunni’mah
5. Rendra Bhaktie Kusuma, S.H.
6. Triningsih
7. Wahyu Agus Prasetyo
5. DAERAH TUJUAN / INSTANSI : The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center,
YANG DIKUNJUNGI Jl. Palagan Tentara Pelajar No.KM.7, Sariharjo,
Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta

6. HADIR DALAM PERTEMUAN : - Sekretaris DPRD dan ASN Sekretariat DPRD


Kota/Kabupaten se-Indonesia
- Sambutan :
Widyo Prayitno, S.H. (Ketua Umum DP
Nasional Asdeksi)
- Nara Sumber :
1. Dr. Hadi Prabowo, MM (Sekjend Kemendagri
RI)
2. Abba Subagia, S.Sos., M.AP (KemenPAN-RB
RI)
3. Prof. Dr. Zudan Anif Fakrullah, S.H., M.H.
(Ketua Umum DP KORPRI Nasional
4. Firmansyah Rasyid, S.IP (Protokol
Kemendagri)

7. MATERI : 1. Jenjang Karir Jabatan Fungsional Perancang


Peraturan Perundang-Undangan
2. Politik hukum dan Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dalam Rangka Kebijakan
Pembentukan Omnibus Law
3. Etika Perancang Peraturan Perundang-
Undangan
4. Ilmu Perundang-Undangan
5. Dasar-Dasar Konstitusional
6. Jenis, Hierarki, Fungsi, dan Materi Muatan
Peraturan Perundang-Undangan
7. Konsep Hubungan Pemerintah Pusat dan
pemerintah Daerah terkait dengan
Pengharmonisasian Rancangan Peraturan
Daerah
8. Metodologi Penyusunan Peraturan Perundang-
Undangan
9. Proses Pembentukan Peraturan Perundang-
udangan
10. Proses Penyusunan Peraturan Daerah
11. Teknik penyusunan Peraturan Perundang-
Undangan
12. Bahasa Perundang-undangan
13. Pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan
Perundang-undangan
14. Peraturan Kebijakan (Legislasi Semu) dan
Penetapan : Teknik dan Praktek penyusunan
peraturan kebijakan (legislasi semu)
dan Penetapan
15. Aspek Hak Asasi Manusia dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan
16. Peran serta masyarakat dalam proses
pembentukan peraturan perundang-undangan
(Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)
17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, dan
Perpres Nomor 87 Tahun 2014 dan
Permenkumham tentang tata cara pelaksanaan
konsultasi publik
18. Peranan Perjanjian Internasional dalam Sistem
Hukum Nasional
19. Masalah Aktual dalam Perkembangan Hukum :
Konsep-konsep dalam Pembaharuan Hukum
Pidana Indonesia

8. HASIL :

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Staf Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi, Kabupaten/Kota se-Indonesia, melaksanakan
kegiatan workshop sekaligus silaturrahmi dengan sesama anggota Asdeksi lainnya dengan
susunan acara sebagai berikut :
 Diawali dengan menyayikan lagu Indonesia Raya
 Menyanyikan Mars Asdeksi
 Sambutan dari Ketua Umum DP Nasional Asdeksi Bapak Widyo Prayitno, S.H.
 Pembukaan Ketua Asdeksi

Materi I Jenjang Karir Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-Undangan

 Jabatan Fungsional perancang termasuk dalam Rumpun Hukum dan Peradilan.


 Jabatan Fungsional Perancang berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional
perancang peraturan perundang-undangan pada unit Direktorat Perundang-undangan
dan atau Biro/Bagian/Bidang Hukum di lingkungan instansi pemerintah.
 Jabatan Fungsional hanya dapat diduduki oleh sorang yang telah berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
 Tugas pokok Pejabat Fungsional Perancang adalah menyiapkan, mengolah,dan
merumuskan rancangan peraturan perundang-undangan dan instrumen hukum
lainnya.

Materi II Politik hukum dan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam


Rangka Kebijakan Pembentukan Omnibus Law
 Adanya rencana pembentukan omnibus law di Indonesia serta berbagai respon yang
menyertainya maka perlu suatu pengkajian tentang omnibus law untuk mendalami konsep
dasar, manfaat, kelemahan, peluang, dan tantangan diterapkannya omnibus law dalam sistem
Perundang-udangan di Indonesia.
 Dengan ini diharapkan adanya suatu pembentukan hukum dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan dapat dilakukan secara hati-hati dan bijaksana,
sehingga tidak dapat menimbulkan gejolak yang justru akan menimbulkan
ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya.

Materi III Etika Perancang Peraturan Perundang-Undangan


 Berkaitan dengan organisasi profesi perancang, telah dibentuk suatu wadah yang
diberi nama Perhimpunan Perancang Peraturan Perundang-undangan Indonesia
(P4I). Pada tahun 1993, Perhimpunan ini telah menerbitkan buletin Legalitas sebagai
media inspirasi dan kreativitas serta sarana penyambung tali silaturrahmi para
perancang khususnya dan para pemerhati peraturan perundang-undangan pada
umumnya.
 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya konsolidatif para
perancang dalam kerangka mewujudkan organisasi profesi Perancang yang
professional dan berwibawa.

Materi IV Ilmu Perundang-Undangan


 Ilmu Peundang-undangan adalah ilamu yang berkembang di negara-negara yang
menganut sistem hukum civil law.
 Secara konseptual Ilmu Perundang-undangan adalah ilmu pengetahuan interdisipliner
tentang pembentukan hukum negara.
 Ilmu Perundang-undangan dibagi dalam tiga wilayah :
1) Proses Perundang-undangan;
2) Metode Perundang-undangan; dan
3) Teknik Perundang-undangan.

Materi V Dasar-Dasar Konstitusional


 Didalam UUD 1945 sekurang-kurangnya terdapat 2 (dua) sendi sebagai dasar
konstitusional pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu :
1) Sendi kerakyatan (demokrasi)
2) Sendi negara berdasarkan atas hukum

Materi VI Jenis, Hierarki, Fungsi, dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan


 Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat;
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti Undang- Undang
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
 Fungsi Peraturan Perundang-undangan
1) Fungsi UUD Tahun 1945 : Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011
2) Fungsi Ketetapan MPR : Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor: I/MPR/2003
3) Fungsi Peraturan Daerah : Pasal 236 ayat (1) UU No. 23/2014 diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan.
4) Fungsi Peraturan Pemerintah
Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Fungsi PP
adalah :
a) Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas
menyebutnya;
b) Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undang-
undang yang mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.
5) Fungsi Perpres secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah,
sebagai berikut :
a) Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD
1945);
b) Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya;
6) Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:
a) Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
b) Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang
Tubuh UUD 1945;
c) Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutnya;
 Materi Muatan
a) Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan Warga Negara;
b) Ditetapkannya susunan ketatanegraan suatu negara yang bersifat
fundamental; dan
c) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental.

Materi VII Konsep Hubungan Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah terkait dengan
Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Daerah
1) Hubungan Kewenangan; Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, atau antara propinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memeperhatikan
kekhususan dan keberagaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara
adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
3) Hubungan Pengawasan; Dalam sistem rumah tangga daerah akan tampak
kedudukan masing-masing pihak dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Materi VIII Metodologi Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan


 Tahap I: Evaluasi terhadap efektivitas legislasi yang ada sebelum melakukan upaya
memperbaiki atau menggantikannya.

 Tahap II: Pemajuan upaya memahami mengapa hukum efektif (atau justru tidak
efektif).
 Tahap III: Analisis dari permasalahan yang hendak ditata melalui perangkat legislasi,
dengan menggunakan Metode Pemecahan Masalah-ROCCIPPI.
 Tahap IV: Analisis dari proses pembentukan legislasi juga beranjak dari teori-teori
normatif perihal ‘pembentukan legislasi yang baik”.
 Tahap V: Suatu analisis terhadap kelayakan dari ikhtiar pembentukan

Materi IX Proses Pembentukan Peraturan Perundang-udangan


 Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan
Perencanaan untuk penyusunan undang-undang dilakukan dalam Program Legislasi
Nasional yang merupakan skala prioritas untuk pembentukan UU dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional.
 Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang-Undang.
Pembahsan tentang RUU ini dilakukan oleh eksekutif dengan legislatif. Rancangan
undang-undang yang telah disepakati bersama oleh legislatif dan eksekutif diajukan
oleh legislatif kepada eksekutif untuk disahkan menjadi undang-undang.
 Pengundangan
Peraturan perundang-undangan harus disahkan secara resmi dengan
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
 Penyebarluasan
Penyebarluasan dilakukan oleh DPR Pemerintah sejak penyusunan Prolegnas,
Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan, Pembahasan Peraturan
Perundang-Undangan, hingga Pengundangan Undang-Undang. Penyebarluasan
dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat
serta pemangku kepentingan.
Materi X Proses Penyusunan Peraturan Daerah
 Proses penyusunan Perda terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:
1) Proses penyiapan rancangan Perda yang merupakan proses penyusunan dan
perancangan di lingkungan DPRD atau di lingkungan Pemda, terdiri penyusunan
naskah akademik dan naskah rancangan Perda.
2) Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan di DPRD.
3) Proses pengesahan oleh Bupati dan pengundangan oleh Sekretaris Daerah.

Materi XI Teknik penyusunan Peraturan Perundang-Undangan


 Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan merupakan serangkaian proses
dalam pembentukan hukum mulai dari tahapan perencanaan hingga penyebarluasan.
Pengaturan mengenai hal demikian secara rinci diatur dalam Pasal 64 dan Lampiran
II Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.

Materi XII Bahasa Perundang-undangan


 Bahasa peraturan perundang-undangan adalah bahasa indonesia yang tunduk pada
kaidah bahasa indonesia, baik yang menyangkut pembentukan kata, penyusunan
kalimat, maupun pengejaannya.
 Bahasa peraturan perundang-undangan meliputi dua hal, yakni format peraturan itu
sendiri dan susunan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang mengandung norma.
Bahasa yang ada dalam peraturan tersebut harus mudah dilaksanakan atau dapat
ditegakkan.

Materi XIII Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan


Peraturan Perundang-undangan
 Proses pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan RUU dilaksanakan melalui
forum konsultasi yang dapat melibatkan para ahli dari perguruan tinggi dan organisasi
di bidang sosial, politik, profesi atau kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan.
 Pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi RUU tersebut diarahkan
pada perwujudan keselarasan konsepsi tersebut dengan:
1) Falsafah negara;
2) Tujuan nasional berikut aspirasi yang melingkupinya;
3) UUD Negara RI Tahun 1945;
4) UU lain yang telah ada dan peraturan pelaksanaannya; dan
5) Kebijakan lainnya yang terkait dengan bidang yang diatur dalam RUU
tersebut.

Materi XIV Peraturan Kebijakan (Legislasi Semu) dan Penetapan : Teknik dan Praktek
penyusunan peraturan kebijakan (legislasi semu) dan Penetapan
 Legislasi semu memainkan peran penting dalam birokrasi pemerintahan dimanapun
di dunia ini, termasuk di Indonesia. Legislasi semu salah satu bentuk dari instrumen
hukum publik yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas umum
pemerintahan.
 Legislasi semu dibuat oleh organ pemerintahan yang bersangkutan (betrokken
bestuursorgaan), yang berarti legislasi semu dibentuk, diterbitkan atau dibuat oleh
badan-badan pemerintahan (badan tata usaha negara) baik di tingkat pusat maupun
daerah, yang menyelenggarakan tugas umum pemerintahan;
 Pemberian kewenangan mengeluarkan legislasi semu (aturan kebijakan tersebut)
merupakan doktrin dalam hukum tata pemerintahan (bestuursrechtelijke doctrine)
yang menegaskan bahwa suatu organ pemerintahan dibolehkan memiliki
kewenangan secara implicit (inplicite bevoegdheid) untuk menyusun aturan kebijakan
(beleidsregels) dalam rangka menjalankan tugas umum pemerintahan.

Materi XV Aspek Hak Asasi Manusia dalam penyusunan peraturan perundang-


undangan
 Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 mengatur secara jelas pada Pasal
58 ayat (1) dan ayat (2) tetapi pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan hanya mengatur melalui Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Harmonisasi materi muatan hak asasi
manusia oleh kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM dilakukan melalui
melakukan kajian dan penelitian terkait Peraturan Daerah yang menghormati unsur
hak asasi manusia.

Materi XVI Peran serta masyarakat dalam proses pembentukan peraturan perundang
(Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)
 Ditinjau dari aturan peran serta masyarakat tersebut sudah disebutkan secara tegas
dalam ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa peran serta masyarakat dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan secara lisan dan/atau
tertulis melalui rapat dengar pendapat, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau seminar,
lokakarya dan/atau diskusi.

Materi XVII Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, dan Perpres Nomor 87 Tahun 2014
dan Permenkumham tentang tata cara pelaksanaan konsultasi publik
 Konsultasi Publik didalam Permenkumham 11 tahun 2021, Perpres Nomor 87, dan
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konsultasi Publik dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk menerima masukan, tanggapan, atau pandangan dari masyarakat
dalam rangka menciptakan peraturan perundang-undangan yang berkualitas.

Materi XVIII Peranan Perjanjian Internasional dalam Sistem Hukum Nasional


 Sebagai Negara merdeka yang berdaulat Indonesia telah aktif berperan dalam
pergaulan hubungan Internasional dan mengadakan perjanjian-perjanjian
Internasional dengan negara-negara lain, baik yang bersifat bilateral maupun
multilateral. Dalam melaksanakan perjanjian-perjanjian Internasional tersebut,
Indonesia menganut prinsip Primat Hukum Nasional dalam arti bahwa Hukum
Nasional mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada hukum Internasional.

Materi XIX Masalah Aktual dalam Perkembangan Hukum : Konsep-konsep dalam


Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia
 Pembaharuan budaya hukum pidana ini menekankan pada perubahan kultur,
moralitas dan perilaku (perilaku taat hukum dan kesadaran mentaati hukum), serta
pendidikan hukum serta ilmu hukum yang mengiringi pelaksanaan hukum tersebut.
Adapun beberapa tujuan yang melandasi pembaharuan suatu hukum pidana di Indonesia,
meliputi untuk mengetahui tujuan bersifat politik dimana suatu rancangan undang- undang
Negara Indonesia bersifat secara nasional mencakup seluruh aspek masyarakat dengan
keanegaragaman bangsa berdasarkan pancasila.
9. SARAN TINDAKAN : Selama pandemic Covid 19 sebaiknya untuk
pengisian dagftar
10. LAIN- LAIN : -

Blitar, 20 September 2020


PELAPOR

Pengikut : Dra. EC. Sri Suwartiningrum

1. Rita Kurniawati, S.H. : .........................

2. Marjuni, S.E. : ..........................

3. Choirunni’mah, A.Md : ..........................

4. Rendra Bhaktie Kusuma, S.H. : ..........................

5. Triningsih : ..........................

6. Wahyu Agus Prasetyo : ..........................

Anda mungkin juga menyukai