MEMAKNAI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
A. Makna Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan
Selanjutnya, ditegaskan dalam Ppasal 6 bahwa materi muatan peraturan per- undang-undangan
harus mencerminkan asas sebagai berikut.
h. Pengayoman
i. Kemanusiaan
j. Kebangsaan
k. Kekeluargaan
l. Kenusantaraan
m. Bhinneka Tunggal
n. Keadilan
o. Kesamaan kedudukan
p. Ketertiban dan kepastian hukum
B. Proses Penyusunan Peraturan Perundang-undangan
MPR
Khusus mengenai
bentuk Negara Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya ⅔ dari jumlah anggota
Kesatuan Republik MPR [Pasal 37 (3)****]
Indonesia tidak
dapat dilakukan Putusan dilakukan dengan
perubahan [Pasal persetujuan sekurang-kurangnya
50%+1 anggota dari seluruh anggota
37 (5)****] MPR [Pasal 37 (4)****]
Perubahan Undang-Undang Dasar
Usul perubahan diajukan oleh Diajukan secara tertulis dan
sekurang-kurangnya ⅓ dari ditunjukan dengan jelas bagian
jumlah anggota MPR [Pasal 37 yang diusulkan untuk diubah
(1)****] beserta alasannya [Pasal 307
(3)****]
MPR
Khusus mengenai
bentuk Negara Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya ⅔ dari jumlah anggota
Kesatuan Republik MPR [Pasal 37 (3)****]
Indonesia tidak
dapat dilakukan Putusan dilakukan dengan
perubahan [Pasal persetujuan sekurang-kurangnya
50%+1 anggota dari seluruh anggota
37 (5)****] MPR [Pasal 37 (4)****]
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ketika MPRS dan MPR masih berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara salah satu produk
hukum MPR adalah Ketetapan MPR. Ketetapan MPR adalah putusan majelis yang memiliki
kekuatan hukum mengikat ke dalam dan ke luar majelis. Mengikat ke dalam berarti mengikat
kepada seluruh anggota majelis. Mengikat ke luar berarti setiap warga negara, lembaga
masyarakat dan lembaga negara terikat oleh Ketetapan MPR.
Suatu rancangan undang-undang dapat diusulkan oleh DPR atau presiden. Dewan Perwakilan
Daerah juga dapat mengusulkan rancangan undang-undang tertentu kepada DPR. Proses pembuatan
undang-undang apabila rancangan diusul- kan oleh DPR sebagai berikut.
a. DPR mengajukan rancangan undang-undang secara tertulis kepada presiden.
b. Presiden menugasi menteri terkait untuk membahas rancangan undang-undang bersama DPR.
c. Apabila disetujui bersama oleh DPR dan presiden, selanjutnya rancangan undang-
4. Peraturan Pemerintah (PP)
Tahapan penyusunan Peraturan Pemerintah sebagai berikut.
a. Tahap perencanaan rancangan Peraturan Pemerintah (PP)
disiapkan oleh ke- menterian dan/atau lembaga pemerintah
bukan kementerian sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Tahap penyusunan rancangan PP, dengan membentuk
panitia antarkementerian dan/atau lembaga pemerintah
bukan kementerian.
c. Tahap penetapan dan pengundangan PP ditetapkan oleh
presiden (Pasal 5 ayat (2) UUD 1945) kemudian diundangkan
oleh Sekretaris Negara.
5. Peraturan Presiden (Perpres)
Proses penyusunan Peraturan Presiden ditegaskan dalam pasal
55 UU Nomor 12 Tahun 2011, yaitu sebagai berikut.
a. Pembentukan panitia antarkementerian dan/atau lembaga
pemerintah non- kementerian oleh pengusul.
b. Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Per- aturan Presiden dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum.
c. Pengesahan dan penetapan oleh presiden.
6. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah per- aturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD provinsi
dengan persetujuan bersama gubernur. Peraturan Daerah
dibuat dengan untuk melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Perda juga dibuat dalam rangka
melaksanakan kebutuhan daerah. Perda tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Pemerintah Pusat dapat membatalkan Perda yang nyata-
nyata bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota