Anda di halaman 1dari 28

SEMINAR EBN

EMERGENCY AND CRITICAL CARE


KEGAWATDARURATAN TETANUS

KELOMPOK 8 BLOK 3.5



ANGGOTA KELOMPOK
Rafidah Husniah. (19/438938/KU/21244)
Kristina Mirah Adi Atmi (19/439995/KU/21298)
Luthfi Ika Prabawati (19/439996/KU/21299)
Dwi Apriliana (19/441971/KU/21517)
Farah Alifa Putri (19/441976/KU/21522)
Afradilla Hanum P. (19/445253/KU/21680)
Kurnia Ardy Fadhil R. (19/445267/KU/21694)
Moh. Bagus Kurniawan (19/445271/KU/21698)
Nabila Putri Irenda (19/445273/KU/21700)
Pangestika Wulansari (19/445278/KU/21705)
01 BAB I
PENDAHULUAN

02 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

03 BAB III

DAFTAR ISI ANALISIS JURNAL

04 BAB IV
PENUTUP

05 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh spora bakteri Clostridium tetani
(WHO, 2018).

Ditandai dengan:
Kekakuan umum dan kejang muskuloskeletal yang
biasanya dimulai pada rahang dan leher kemudian
menyeluruh (CDC, 2021)

Menyebabkan berbagai komplikasi seperti:


pada jalan napas, pernapasan, kardiovaskular, ginjal,
gastrointestinal, dan lainnya (Somia, I. K. A., 2018).

Salah satu komplikasi berat yang terjadi pada pasien


tetanus adalah gagal napas.
Gagal napas pada pasien tetanus ini disebabkan karena gejala
kejang otot umum (Somia, I. K. A., 2018).

Kekakuan otot dan kejang yang terjadi sering bermanifestasi


sebagai trismus / rahang terkunci, disfagia, opistotonus,
kekakuan dan kejang otot pernapasan, laring, ataupun perut,
yang dapat menyebabkan gagal napas (Hassel B., 2013).

Komplikasi gagal napas yang terjadi ini dapat menyebabkan


kematian pada pasien tetanus. Oleh karena itu, diperlukan
tindakan kegawatdaruratan yang tepat dan segera untuk
menyelamatkan pasien dari komplikasi berbahaya tetanus
tersebut.
B. Kasus
Seorang pria, usia 45 tahun, pekerja bangunan dibawa ke IGD oleh
keluarganya. Pasien mengalami kejang-kejang, kesadaran menurun
dan tampak berkeringat banyak. 1 hari yang lalu pasien mengeluh
rahang dan mulutnya kaku dan sulit dibuka. Keluarga tidak
mengetahui mengapa pasien mengalami hal seperti itu karena pasien
tidak memiliki riwayat penyakit ayan. Dari pengkajian didapatkan
data, kesadaran pasien spoors coma, kejang, perut pasien seperti
papan, rahang dan mulut tidak bisa dibuka, tampak adanya luka
tusuk kayu di kaki dengan serpihan kayu yang masih tertinggal, TD =
150/90 mmHg, Nadi = 112 X/menit, Pernafasan = 40 X/menit, pasien
tampak berkeringat banyak dengan badan tampak kotor. Pasien
terdiagnosis Tetanus dengan gagal nafas.
C. PICOT E. Tipe Clinical Question
Intervention Question
P: Tetanus dengan gagal nafas
I : manajemen kegawatdaruratan
C: -
F. Tujuan
O: Pasien stabil
Tujuan dari Evidence Based
T: -
Practice dalam laporan ini adalah
D. Foreground Question untuk mencari sumber bukti yang
tepat terkait manajemen
Bagaimana manajemen kegawatdaruratan pada tetanus
kegawatdaruratan yang tepat pada dengan gagal napas sehingga
pasien tetanus dengan gagal nafas dapat diterapkan pada kasus
agar pasien mencapai keadaan tersebut.
stabil?
F. Manfaat
Manfaat dari laporan EBN yang disusun adalah
sebagai berikut :
Menambah pengetahuan bagi mahasiswa
terkait kasus tetanus dengan gagal napas
Menemukan manajemen kegawatdaruratan
yang tepat yang dapat diterapkan pada kasus
pasien tetanus dengan gagal napas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tetanus adalah penyakit akut, seringkali fatal, yang
disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri
Clostridium tetani, ditandai oleh kekakuan umum dan kejang-
kejang muskuloskeletal. Kekakuan otot biasanya dimulai pada
rahang (lockjaw) dan leher kemudian menjadi menyeluruh
(CDC, 2021).
B. Patogenesis
Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Sumber infeksi yang
paling umum adalah luka yang sering kali sepele dan mungkin tidak disadari,
seperti laserasi kecil dari serpihan kayu atau logam atau duri. Spora tetanus
masuk ke dalam tubuh dan berkecambah di luka dalam kondisi anaerob. Setelah
berkecambah, mereka melepaskan tetanospasmin (toksin tetanus) ke dalam
aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan aktivitas dan kontraksi otot yang begitu
kuat sehingga patah tulang dan robekan otot dapat terjadi. Masa inkubasi dapat
berlangsung dari satu sampai 60 hari tetapi rata-rata sekitar 7 sampai 10 hari
(Bae, 2021).
C. Gejala
Tetanus memiliki beberapa gejala, antara lain (WHO, 2018):
Kram rahang atau ketidakmampuan untuk membuka mulut
(trismus)
Kejang otot di punggung, perut dan ekstremitas
Kejang otot tiba-tiba yang menyakitkan sering dipicu oleh suara
tiba-tiba
Kesulitan menelan
Kejang
Sakit kepala
Demam dan berkeringat
Perubahan tekanan darah atau detak jantung yang cepat.
D. Komplikasi
Tetanus dapat menimbulkan komplikasi pada penderitanya, antara
lain (CDC, 2021):
Laringospasme / kejang otot-otot pernapasan
Fraktur tulang akibat kontraksi dan kejang yang berkelanjutan
Infeksi nosokomial karena rawat inap berkepanjangan
Pneumonia aspirasi
Emboli paru
Disfungsi otonom yang menyebabkan hipertensi
Asfiksia
E. Penanganan
Tetanus adalah suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan
penanganan (WHO 2018):
Perawatan di rumah sakit
Imunoterapi : pemberian human tetanus immune globulin (HTIG)
intramuskular atau intravena dosis 500 U
Perawatan luka
Obat untuk mengontrol kejang otot : benzodiazepines, kombinasi
magnesium sulfat dan benzodiazepines
Antibiotik : metronidazole (500 mg / 6 jam intravena atau oral)
Kontrol disfungsi otonom: magnesium sulfat atau morfin.
Kontrol jalan napas / pernapasan: ventilasi mekanik
Cairan dan nutrisi yang adekuat
Vaksinasi tetanus
F. Pencegahan
Beberapa jenis vaksin yang digunakan untuk melindungi terhadap
tetanus, yang semuanya dikombinasikan dengan vaksin untuk
penyakit lain, yaitu (WHO, 2018):
Vaksin Difteri dan Tetanus (DT)
Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan) (DTaP)
Vaksin Tetanus dan Difteri (Td)
Vaksin Tetanus, Difteri, dan Pertusis (Tdap)
BAB III
ANALISIS JURNAL

Flow Chart
Pencarian
Identifikasi Jurnal
Judul:
Safety and efficacy of Magnesium Sulfate in the management of Tetanus: A systematic
review
Pengarang/ Tahun / Negara:
Gaurav Nepal, Megan Ariel Coghlan, Jayant Kumar Yadav, Sanjeev Kharel, Yow Ka Shing,
Rajeev Ojha, Hou Shuang Xing, Yu Bo, Tu Zhi Lan / 2021/ Nepal
Tujuan penelitian:
Sebuah tinjauan sistematis terhadap bukti untuk menilai keamanan dan kemanjuran
magnesium sulfat dalam pengobatan tetanus.
Design
Di antara 13 studi yang disertakan, tiga adalah percobaan acak, double-blind dan
terkontrol. Ali et al dan Osalusi et al membandingkan magnesium sulfat IV dengan kontrol
diazepam IV, sedangkan Thwaites et al membandingkan magnesium sulfat IV dengan
kontrol plasebo. Dalam studi oleh Thwaites et al, kedua kelompok menerima diazepam IV
dan pipecuronium untuk mengontrol kejang otot sesuai kebutuhan. 10 studi yang tersisa
adalah observasional; 6 prospektif dan 4 studi retrospektif.
Identifikasi Jurnal
Subjek: -
Intervensi
Sebagian besar studi yang disertakan menggunakan 4-5 g (atau 75-80
mg/kg) IV dosis pemuatan magnesium diikuti dengan dosis infus 2-3 g per
jam sampai kontrol spasme otot tercapai. Dalam semua penelitian, untuk
menghindari dosis berlebih, refleks patela dipantau, dan bila tersedia,
pemantauan obat terapeutik dilakukan untuk menjaga kadar magnesium
serum di bawah 4 mmol/L. Jika terjadi aref leksia atau kadar magnesium
serum melebihi kadar terapeutik, obat dihentikan atau dosis diturunkan.
Instrumen
Tinjauan sistematis ini dilaporkan menurut PRISMA (Preferred Reporting
Items for Systematic Review and Meta-Analyses) mengikuti daftar periksa
PRISMA dan flow chart, untuk pengembangan format naskah.
Identifikasi Jurnal
Hasil
Dalam kombinasi dengan diazepam, magnesium sulfat
dapat efektif dalam mengurangi kejang dan
menyebabkan kontrol yang lebih baik dari
disautonomia, mengurangi kebutuhan ventilasi
mekanik, dan waktu tinggal di rumah sakit lebih
pendek. Magnesium sulfat murah dan mudah didapat;
dosisnya dapat dengan mudah dititrasi dan dipantau
untuk efek samping yang tidak diinginkan.
Pembahasan Isi Jurnal
Studi ini merupakan jenis systematic review berisi tentang tinjauan
sistematis untuk menilai keamanan dan keefektifan dari magnesium
sulfat sebagai pengobatan tetanus.

Hasil studi ini membahas tentang:


Kontrol Kejang
Kontrol dysautonomia
Kebutuhan akan dukungan ventilasi
Durasi rawat inap
Kematian
Dampak buruk
BAB IV
PENUTUP

A. Implikasi Keperawatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat untuk manajemen
kegawatdaruratan pasien tetanus dengan gagal nafas, antara lain:
Memberikan bantuan tindakan suctioning pada yang sering apabila
ditemukan sekresi bronkus yang berlebihan
Memberikan kenyamanan lingkungan bagi pasien, seperti mengurangi
pencahayaan yang berlebih di ruangan pasien, membatasi pengunjung,
memasang side-rail pada tempat tidur pasien, dan menjauhkan benda-benda
berbahaya dari area sekitar pasien.
Memastikan kesadaran pasien dengan cara menyentuh sambil menyebut
namanya
Mengatur posisi pasien, pasien harus dalam posisi terlentang, tangan berada
di sisi kanan kiri tubuh, dan tidur di permukaan yang rata
B. Kesimpulan
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh spora bakteri Clostridium
tetani. Tetanus seringkali menyebabkan kondisi fatal yang ditandai dengan kekakuan umum
dan kejang muskuloskeletal dari rahang dan leher kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Salah satu komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit tetanus adalah gagal napas. Gagal
napas pada pasien tetanus disebabkan oleh adanya gejala kejang umum yang
bermanifestasi pada rahang terkunci, disfagia, kejang otot pada pernapasan, laring, ataupun
perut. Salah satu dampak serius dari kondisi ini adalah kematian pada pasien tetanus. Oleh
karena itu, diperlukan upaya tindakan yang tepat dan segera pada setting kegawatdaruratan
untuk menyelamatkan pasien tetanus dari bahaya komplikasi gagal napas. Berdasarkan
skenario kasus tersebut, kami memilih jurnal yang berjudul "Safety and efficacy of
Magnesium Sulfate in the management of Tetanus: A systematic review" yang berisi tentang
tinjauan sistematis untuk menilai keamanan dan keefektifan dari magnesium sulfat sebagai
pengobatan tetanus dan diperoleh hasil bahwa kombinasi antara diazepam dengan
magnesium sulfat dapat secara efektif mengurangi kejang meminimalkan kebutuhan
ventilasi mekanik, dan mempersingkat lama rawat inap pasien.
C. Saran
Dalam upaya penanganan gagal napas akibat tetanus dalam
manajemen kegawatdaruratan di rumah sakit, maka dibutuhkan
kerjasama antar tenaga kesehatan (dokter dan perawat) untuk
memberikan bantuan hidup dasar yaitu penanganan pada jalan nafas
pasien. Setelah bantu nafas diberikan maka perawat dapat
melakukan perawatan luka dan pengobatan untuk mengatasi tetanus
pada pasien, serta dapat memberikan vaksinasi tetanus untuk
mencegah dan/atau meminimalisir seseorang terkena tetanus.
Daftar Pustaka
Bae C, Bourget D. (2021). Tetanus. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available In:
StatPearls [Internet]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217/
Somia, I. K. A. (2018). Management of tetanus complication. IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science, 125, 012086. doi:10.1088/1755-1315/125/1/012086
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Tetanus.. Available in :
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/tetanus.html
Yeh FL, Dong M, Yao J, Tepp WH, Lin G, Johnson EA, Chapman ER. (2010). SV2 mediates
entry of tetanus neurotoxin into central neurons. PLoS Pathog , 6(11):e1001207. doi:
10.1371/journal.ppat.1001207. PMID: 21124874; PMCID: PMC2991259.
Hassel B. (2013). Tetanus: pathophysiology, treatment, and the possibility of using
botulinum toxin against tetanus-induced rigidity and spasms. Toxins, 5(1), 73–83.
https://doi.org/10.3390/toxins5010073
World Health Organization. (2018). Tetanus. Retrieved April 9, 2022 from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tetanus https://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/4439/3/Keperawatan%20Gawat%20Darurat.pdf
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai