Anda di halaman 1dari 7

SOAL LATIHAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI


TUGAS MATA KULIAH POLITIK HUKUM
PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG

Disusun oleh:

Nama: Muhammad Nawir, S.Pd., S.H.

NIM: A.312.1521.038

Kelas A : Jumat Sabtu

UNIVERSITAS SEMARANG

AGUSTUS 2022

1
JAWABAN

1. Cipta Kerja dalam UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah upaya
penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan
koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem
investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi Pemerintah Pusat dan
percepatan proyek strategis nasional yang juga dikenal dikalanagan
masyarakat dengan sebutan Omnibuslaw, dengan ini UU ini juga untuk
melakukan peningkatan, perlindungan dan kesejahteraan pekerja dilakukan
melalui perubahan Undang-Undang sektor yang belum mendukung
terwujudnya sinkronisasi dalam menjamin percepatan cipta kerja, sehingga
diperlukan terobosan hukum yang dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam beberapa Undang-Undang ke dalam satu Undang-
Undang secara komprehensif, sehingga aturan-aturan yang selama ini
tumpang tindih bisa menjadi satu peraturan yang memudahkan para pelaku
usaha, yakni dengan menyederhanakan dan mengintegrasikan perizinan dasar
dari sejumlah UU yang terkait dengan izin lokasi, lingkungan dan bangunan
gedung.
a. Adapun undang-undang ini dibentuk dengan tujuan sebagai berikut:
 Tujuan utama dari UU Cipta Kerja adalah mendorong investasi,
mempercepat transformasi ekonomi, menyelaraskan kebijakan pusat-
daerah, memberi kemudahan berusaha, mengatasi masalah regulasi
yang tumpang tindih, serta menghilangkan ego sektoral.
 Untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat
Indonesia secara merata, di seluruh wilayah NKRI
 Peningkatan ekosistem investasi, kemudahan berusaha peningkatan
perlindungan, dan kesejahteraan pekerja,investasi pemerintah pusat
dan percepatan proyek strategis nasional.
 Mendorong investasi dalam mempercepat transformasi ekonomi.
Untuk mempercepat transformasi ekonomi, tentunya investasi perlu

2
ditingkatkan sejalan dengan kenaikan daya saing Indonesia di
internasional
b. MK memutuskan bahwa Omnibus Law UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja tidak sesuai konstitusi atau inkonstitusional bersyarat.
konstitusional bersyarat yakni, permohonan suatu undang-undang yang
amarnya dinyatakan ditolak atau tidak dapat diterima oleh MK,
dikarenakan dalil pemohon adalah tidak bertentangan dengan UUD 1945,
maka tidak dapat dilakukan suatu pengabulan sesuai apa yang ada di surat
permohonan oleh pemohon.
2. a. RUU KUHP bertujuan melakukan penataan ulang bangunan sistem hukum
pidana nasional. Hal ini berbeda dengan pembuatan atau penyusunan RUU
biasa yang sering dibuat selama ini. Perbedaannya dapat diidentifikasi
sebagai penyusunan RUU biasa dan penyusunan RUU KUHP. Untuk
mewujudkan negara hukum yang berlandaskan Pancasila, memerlukan sistem
hukum nasional yang harmonis, sinergi, komprehensif, dan dinamis, melalui
upaya pembangunan hukum.
Salah satu proses pembangunan hukum yang sedang dilaksanakan oleh
Pemerintah khususnya di bidang hukum pidana adalah dengan melakukan
revisi terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP). RUU
KUHP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyusun suatu sistem
rekodifikasi hukum pidana nasional yang bertujuan untuk menggantikan
KUHP lama sebagai produk hukum pemerintahan zaman kolonial Hindia
Belanda. Salah satu persoalan yang banyak diperdebatkan dan butir yang
paling intensif dibahas dalam RKHUP adalah usulan penghapusan atau
tidaknya hukuman mati di Indonesia. Salah satu guru Besar Unoversitas
Diponegoro yang merupakan pakar Hukum Prof. Muladi menyebutnya
sebagai Indonesian way, jalan tengah mengatur pidana mati bersyarat
(conditional capital punishment), dan hukuman mati dikeluarkan dari pidana
pokok. Pidana mati bersyarat itu mengatur bahwa orang yang dipidana mati,
akan terus dipantau selama 10 tahun.

3
b. Adapun 14 Pasal yang menjadi perhatian khusus bagi masyarakat adalah
sebagai berikut:
1. Hina Presiden dan Wapres Terancam Penjara 3,5 Tahun.
Dalam RKUHP ini, tercantum aturan tindak pidana terhadap martabat
Presiden dan Wakil Presiden. Pada Pasa1 217 diatur tentang
Penyerangan terhadap Presiden dan Wakil Presiden. Setiap orang
yang menyerang Kepala Negara dan wakilnya terancam pidana
penjara paling lama lima tahun.
2. Penista Agama Dihukum 5 Tahun Penjara
Draf RKUHP pasal tentang penistaan agama diatur dalam BAB VII
tentang Tidak Pidana Terhadap Agama, Kepercaan dan Kehidupan
Beragama.
3. Suami Perkosa Istri Atau Sebaliknya, Terancam Hukuman 12
Tahun
ada draf terbaru RUU KUHP, aturan perkosaan tersebut diatur dalam
pasal 477. Pasal tersebut menyebutkan, seseorang bisa dipidana jika
melakukan kekerasan atau ancaman bersifat memaksa orang lain
bersetubuh bisa dipidana 12 tahun penjara.
4. Kumpul Kebo Terancam Pidana Enam Bulan
Aturan soal perzinaan diatur dalam bagian keempat pasal 415, 416
dan 417.
5. Hukuman Mati Bisa Diubah jadi Seumur Hidup asal Bersikap
Baik
Dalam naskah RUU KHUP diatur terkait hukuman mati, yang
tercantum dalam pasal 98 yang berbunyi:
"Pidana mati diancamkan secara alternatif sebagai upaya terakhir
untuk mencegah dilakukannya Tindak Pidana dan mengayomi
masyarakat."
6. Unggas Masuk Kebun Orang: Pelaku Didenda & Hewan Disita
Negara.

4
Sesuai Pasal 277 RUU KUHP. Disebutkan bahwa setiap Orang yang
membiarkan unggas yang diternaknya berjalan di kebun atau tanah
yang telah ditaburi benih atau tanaman milik orang lain yang
menimbulkan kerugian dipidana dengan pidana denda paling banyak
kategori II.
7. Ngaku Dukun & Punya Kekuatan Gaib Diancam 18 Bulan
Seseorang yang mengaku sebagai dukun atau mengklaim dirinya
mempunyai kekuatan gaib akan dihukum selama 1 tahun 6 bulan
dalam draf Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).
Diatur dalam pasal 252 tentang Penawaran untuk Melakukan Tindak
Pidana.
8. Pelaku Aborsi Dipidana 4 Tahun, Dokter Ikut Bantu Dihukum
Berat
Draf final RUU KUHP turut mengatur hukuman bagi seseorang yang
melakukan praktik aborsi. Aturan tentang aborsi diatur dalam pasal
467, 468 dan 469.
9. Aniaya Hewan di Penjara 1 tahun
RKUHP salah satunya mengatur tentang tindak pidana kecerobohan
pemeliharaan dan penganiayaan hewan.
10. Orang Tua Ajak Anak Mengemis Dipidana, Gelandangan
Didenda
Aturan itu tercantum pada pasal 428 draf final RUU KUHP.
Kemudian, pada ayat dua pasal yang sama disebutkan, seseorang
yang menerima anak untuk dimanfaatkan akan diganjar hukuman
sama yakni empat tahun penjara.

RUU KUHP juga mengatur soal gelandangan di jalanan. Pasal 429


menyebutkan, seseorang yang bergelandangan di ruang-ruang publik
maka dapat didenda maksimal kategori I atau Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah).

5
11. Dokter Gigi yang Melaksanakan Tugasnya Tanpa Izin
Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej
mengungkapkan pemerintah menghapus Pasal 276 RKUHP yang
mengatur tentang pemidanaan dokter atau dokter gigi yang
melaksanakan pekerjaan tanpa izin.

"Ini memang ada selain dari putusan Mahkamah Konstitusi juga


dalam pasal 276 sudah diatur di dalam Undang-Undang Praktik
Kedokteran. Sehingga untuk tidak menimbulkan duplikasi ini kami
usulkan untuk dihapus," jelas Edward.
12. Advokat Curang
Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej
menjelaskan, pemerintah juga memutuskan untuk menghapus Pasal
282 RKUHP mengenai pidana penjara lima tahun untuk advokat yang
menjalankan pekerjaannya secara curang, yaitu mengadakan
kesepakatan dengan pihak lawan kliennya, atau mempengaruhi
panitera, panitera pengganti, juru sita, saksi, juru bahasa, penyidik,
penuntut umum, atau hakim dalam perkara.
13. Penghinaan Terhadap Pengadilan atau Contempt of Court
Pemerintah mengubah formulasi pada Pasal 280 yang mengatur
mengenai penghinaan terhadap pengadilan. Terutama pada huruf c
yang menyatakan setiap orang yang tanpa izin merekam,
mempublikasikan secara langsung, atau memperbolehkan untuk
mempublikasikan proses persidangan yang sedang berlangsung.
14. Hukum Adat
Indonesia memiliki hukum yang hidup di tengah komunitas
masyarakat atau hukum adat. Pasal 2 RKUHP, hukum adat dapat
digunakan sebagai acuan untuk mempidanakan seseorang, bila
perbuatan orang tersebut tidak diatur dalam KUHP.

6
3. Lahirnya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (omnibus law)
merupakan jawaban dari problematika yang di alami oleh berbagai kalangan
sektor usaha di Indonesia yang sudah berjalan sekian tahun.Banyak Pungli
yang terjadi di daerah-daerah dalam penerbitan perijinan adalah salah satu
momok para pelaku usaha dan investor baik asing maupun lokal. Banyak
regulasi atau uu dan atau peraturan daerah yang tumpah tindih yang
mewajibkan dalam penerbitan izin usaha yang diterapakan menjadikan
inventasi sangat lambat dalam realisasinya.
Dengan demikian pertumbuhan investasi secara Nasional juga tentu sangat
terganggu dengan regulasi yang masih sembrawut ini. UU 11 tahun 2020
merupakan bukti bahwa pemerintah telah hadir dan mampu untuk melakukan
reformasi birokrasi secara holistic dan komprehensif, dan bukti bahwa
pemerintah juga telah mampu melakukan supremasi hukum di Indonesia. UU
ciptaker ini membuka peluang usaha yang sebesar besarnya tentu hal ini
sangat sejalan dengan politik hukum tanah air dalam hal menumbuhkan
pendapatan perkapita yang endingnya akan meningkatkan pendapatan APBD
masing-masing daerah sekaligus APBN.

Anda mungkin juga menyukai