Anda di halaman 1dari 37

PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN ADMINISTRATIF

PEMILIHAN UMUM (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR :

001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/III/2023)

PROPOSAL TESIS

Disusun dan Diajukan Kepada Program Studi Magister Hukum


Sekolah Pascasarjana Universitas Semarang
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Hukum

Oleh :

REZKI SULISTYANTO SOEDIBYO, S.H.


A.312.1220.017

PROGRAM MAGISTER HUKUM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEMARANG
2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 9
2.1 Landasan Teori ........................................................................................................ 9
2.1.1 Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) demokratis atas kedaulatan
rakyat ............................................................................................................ 9
2.1.2 Partisipasi Politik dan Partai Politik ........................................................... 15
2.1.3 Penegakan Hukum Pemilihan Umum (Pemilu) atas Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum (Pemilu)................................................... 19
2.1.4 Keadilan Hans Kelsen ................................................................................ 21
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 22
2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 27
3.1 Metode Penelitian Hukum ....................................................................................... 27
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................................ 27
3.3 Pendekatan Penelitian .............................................................................................. 27
3.4 Sumber Data ............................................................................................................ 28
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 29
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya tatatan kehidupan dalam bernegara di dunia adanya
suatu demokrasi.1 Negara Republik Indonesia ialah sebagai penganut sistem
demokrasi.2 Pengaturan demokrasi tertuang di dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni kedaulatan berada
di tangan rakyat dan pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Undang- Undang3
sehingga masyarakat mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan
dalam memilih wakil-wakilnya secara bebas dan melalui pemerintahannya4.
Pilar pokok dalam sistem demokrasi adanya mekanisme penyaluran
pendapat langsung dari rakyat yang dilakukan berulang dengan Pemilihan
Umum (Pemilu).5 Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan gambaran dari sistem
demokrasi.6 Pada dasarnya Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi penting karena
sebagai pelaksanaan kedaulatan di tangan rakyat, pemilihan wakil rakyat,
meyakinkan atau melakukan pembaharuan terhadap perilaku warga negara,
mendidikkan para pengusaha agar mengandalkan kesepakatan dari rakyat
dibandingkan pemaksanan demi mempertahankan legitimasi.7

1
Benny Bambang Irawan. Perkembangan Demokrasi di Negara Indonesia. Jurnal
Hukum dan Dinamika Masyarakat, Volume 5, Nomor 1, Oktober 2007. Hal. 54.
2
Jane Theresia Silaban, Yuwanto, dkk. Persepsi Mahasiswa Fisip UNDIP Terhadap
Demokratisasi di Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan 2013. www.fisipundip.ac.id. Hal. 2.
3
Susani Triwahyuningsih. Sistem Demokrasi dalam Pemilihan Umum Secara Langsung
di Indonesia. Legal Standing, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3, Nomor 2, September 2019. Hal. 62.
4
Evi Noviawati dan Mamay Komariah. Efektivitas Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017. Jurnal Living
Law, Volume 11, Nomor 2, 2019. Hal. 141.
5
Achmad Edi Subiyanto. Pemilihan Umum Serentak yang Berintegritas sebagai
Pembaharuan Demokrasi Indonesia. Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor 2, Juni 2020. Doi:
https://doi.org/10.31078/jk1726. Hal. 356.
6
Galih Puji Mulyono dan Rizal Fatoni. Demokrasi Sebagai Wujud Nilai-Nilai Sila Keempat
Pancasila dalam Pemilihan Umum Daerah di Indonesia. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan,
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019. Hal. 98.
7
Marulak Pardede. Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia. Jurnal Rechts Vinding
Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 3, Nomor 1, April 2014. Hal. 86.

1
2

Ketentuan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) tertuang dalam


Pasal 22 E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).
Pemilihan Umum (Pemilu) ialah sarana dari kedaulatan untuk melakukan
pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi atau Kabupaten/Kota.8 Terciptanya kedaulatan secara
kenyataan di kehidupan bangsa dan negara maka Pemilihan Umum (Pemilu)
harus dilakukan dengan demokratis, transparan, jujur, dan adil serta atas proses
pemungutan suara dengan lansung, umum, bebas, dan rahasia.9
Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan dari Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang berkewajiban melakukan tahapan
penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dengan tepat pada waktunya,
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang berkewajiban melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penyelenggaran Pemilihan Umum (Pemilu) oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU), dan Dewan Kehormatan Pengawas Pemilu (DKKP)
yang berkewajiban melakukan pemeriksaan dan memberikan laporan adanya
aduan atau dugaan pelanggaran kode etik yang telah dilakukan anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU), anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi,
anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu,
anggota Bawaslu Provinsi dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota.10
Di negara Indonesia sampai Tahun 2019 merupakan pelaksanaan
Pemilihan Umum (Pemilu) ke 12 (dua sebelas) kali diantaranya di Tahun 1955,
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019
yang setelah era reformasi pemilihan dilakukan dengan langsung dan

8
Evi Noviawati dan Mamay Komariah. Op. Cit. Hal. 141.
9
Luh Yossi Shuartini Milenia. Peran Hukum Tata Negara (Studi Kasus Pemilihan Umum
di Indonesia). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Volume 3,
Nomor 2, Oktober 2020. Hal. 66.
10
Evi Noviawati dan Mamay Komariah. Op. Cit. Hal. 142.
3

demokratis. Umumnya penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan


dalam kurun waktu 5 (lima) Tahun dan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak
terlaksana April Tahun 2019. Tahun 2019 Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan
secara serentak yang mempunyai perbedaan di Pemilihan Umum (Pemilu)
sebelumnya pelaksanaannya dilakukan terpisah dalam pemilihan legislatif
(Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan eksekutif (Presiden dan Wakil
Presiden).11
Sebagai agenda perpolitikan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) terdapat
keterlibatan dari rakyat, partai politik, dan negara serta tidak dapat dipisahkan.12
Sebagai peserta Pemilihan Umum (Pemilu) partai politik yaitu partai politik
melakukan pengajuan kandidat Pemilihan Umum (Pemilu) agar dipilih oleh
rakyat. Partai politik menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik adalah suatu organisasi bersifat nasional dan
pembentukannya dilakukan secara sukarela oleh sekelompok warga negara
Indonesia atas persamaan suatu kehendak dan harapan dalam mewujudkan
perjuangan serta membela kepentingan politik dari anggota, masyarakat,
bangsa, dan negara, kemudian memelihara segala bentuk keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.13

11
Suaidi Mahsun, Gatot Dwi Hendro Wibowo, dkk. Kewenangan Bawaslu dalam
Penanganan Dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum Serentak Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2019. Jurnal Jatiswara, Volume 37, Nomor 1, Maret 2022. Hal. 107.
12
Sri Hastuti P. Pemilu dan Demokrasi Telaah terhadap Prasyarat Normatif Pemilu.
Jurnal Hukum, Nomor 25, Voume 11, Januari 2004.
https://media.neliti.com/media/publications/85238-ID-pemilu-dan-demokrasi-telaah-
terhadap-pra.pdf. Hal. 140.
13
Sarbaini. Demokratisasi dan Kebebasan Memilih Warga Negara dalam Pemilihan
Umum. Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I, Januari 2015.
https://media.neliti.com/media/publications/43232-ID-demokratisasi-dan-kebebasan-
memilih-warga-negara-dalam-pemilihan-umum.pdf Hal. 107.
4

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan suatu lembaga yang


menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu).14 Instrumen penting dalam
Pemilihan Umum (Pemilu) ialah sistem keadilan Pemilihan Umum (Pemilu)
dalam menegakkan hukum dan terjaminnya penerapan demokrasi pelaksanaan
Pemilihan Umum (Pemilu) langsung, umum, bebas, rahasia dan jujur, dan
adil.15 Sehingga dalam melaksanakan proses Pemilihan Umum (Pemilu)
disetiap tahap wajib dilakukan dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dengan jelas dan rigid (dua process of law).16
Selain dari pada itu dalam melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) pun
harus dengan sifat integritas, akuntabel, dan kualiatas sebagai perwujudan cita
yang akan dicapai dari demokrasi dalam menciptakan para pemimpin baik yang
dipilih oleh rakyat dalam berbagai tingkatan dan susunan. Dalam kenyataan
yang terjadi dalam demokrasi di suatu negara dan bangsa salah satunya negara
Indonesia dengan berbagai wilayah administratif dari Provinsi hingga
Kabupatan/Kota juga tidak dilalui dengan mudah. Dapat diketahui baik secara
teoritis dan empiris pun banyak berbagai kendala gangguan dari segi subtansi
maupun kualitas demokrasi itu sendiri.17
Praktik dari pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) begitu rentan
sehingga sangat diperlukan upaya dalam melakukan penegakan hukum yang
kuat dan berkualitas dalam mewujudkan Pemilihan Umum (Pemilu) yang
berkeadilan.18 Di Indonesia dalam penegakan hukum Pemilihan Umum
(Pemilu) terdapat beberapa jenis pelanggaran yang terjadi yaitu pelanggaran
kode etik penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu), pelanggaran

14
Iqbal Nasir. Analisis Hukum Pelanggaran Administrasi Pemilu/Pemilihan. Jurnal
Khazanah Hukum, Volume 2, Nomor 1. Hal. 42.
15
Muhammad Sayuni, Elidar Sari, dkk. Analisis Prinsip Keadilan Tentang Syarat Menjadi
Anggota Legislatif Bagi Kepala Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 dan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018. Suloh Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Malikussaleh, Volume 9, Nomor 1, April 2021Hal. 70.
16
Iqbal Nasir.Loc.Cit.
17
Ibid.
18
Lalu Span Tirta Kusuma, Zulhadi, dkk. Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum dalam
Penegakan Hukum Pemilu (Studi Penanganan Pelanggaran Pemilu pada Sentra Gakkumdu
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ulul Albab, Lppm Ummat, Volume 23, Nomor 2, Juli 2019.
Hal. 111.
5

administrasi Pemilihan Umum (Pemilu), pelanggaran tindak pidana Pemilihan


Umum (Pemilu), dan jenis pelanggaran hukum lainnya.19
Hadirnya Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) merupakan
suatu lembaga penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) yang melakukan
pengawasan terhadap terselenggaranya Pemilihan Umum (Pemilu) di berbagai
wilayah Indonesia, menerima segala aduan, melakukan penanganan
pelanggaran administartif Pemilihan Umum (Pemilu) dan pelanggaran pidana
Pemilihan Umum (Pemilu) berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).20
Ketentuan Pasal 460 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (Pemilu) tidak disebutkan mengenai pengertian dari
pelanggaran aministratif Pemilihan Umum (Pemilu) akan tetapi dapat dicermati
dan dipahami dengan komprehensif sehingga dalam pelanggaran ini mengenai
tata cara, prosedur, mekanisme yang mempunyai keterkaitan pada administrasi
dari pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) dalam tahapan penyelenggaraan
Pemilihan Umum (Pemilu). Kemudian pengertian tersebut diadopsi dalam
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Nomor 8 Tahun 2018
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administartif Pemilihan Umum (Pemilu) dan
Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum (Pemilu) di Mahkamah Agung
pada pokoknya adalah suatu pelanggaran yang berhubungan dengan
administrasi dan bukan suatu pelanggaran pidana ataupun kode etik.21 Dan
sanksi yang diputuskan dari persidangan majelis dalam pelanggaran
administrasi ialah adanya perbaikan administrasi tata cara, prosedur,
mekanisme yang sesuai dengan perundang-undangan, teguran tertulis, tidak
dapat mengikuti tahaapan penyelenggaraan Pemilihan Umum

19
Muhammad Andri Alvian dan Wiwin. Eksistensi Bawaslu dalam Penanganan
Pelanggaran Pemilu Pasca Penetapan Hasil Perolehan Suara Secara Nasional. Jurnal Sultan: Riset
Hukum Tata Negara, Volume 1, Nomor 1, April 2022.
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/sultan_htn/article/view/3179. Hal. 22.
20
Bawaslu Kapubaten Kota Baru. 2019. Profil Sejarah Singkat Bawaslu.
https://kotabaru.bawaslu.go.id/?page_id=28. Diakses 1 November 2022 pukul 10.05 WIB.
21
Ahmad Syarifudin. Impikasi Adanya Upaya Hukum Terhadap Putusan Bawaslu tentang
Pelanggaran Administartif Pemilu. Jurnal Cepalo, Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2020 Fakultas
Hukum Universitas Lampung. Hal. 6.
6

(Pemilu), dan sanksi administartif lainnya sesuai dengan Pasal 461 Ayat 6
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).22
Dapat ditaksir bahwa apabila Pemilihan Umum (Pemilu) tidak
dilakukan dengan kesesuaian perundang-undangan maka timbul rasa tidak
percaya distrust public terhadap Pemilihan Umum (Pemilu) dan suatu wujud
dari demokrasi yang substansi telah mengalami kegagalan. Sebagai contoh
Pemilihan Umum (Pemilu) di Tahun 2019 yang dilakukan serentak seperti yang
diketahui bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) di Tahun 2024 juga akan
dilangsungkan serentak untuk melakukan pemilihan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), dan Presiden Wakil Presiden pada 14 Fenruari 2024 serta
dilanjutkan pilkada Gubernur, Bupati, dan Walikota pada 27 November 2024.23
Dalam menyambut kesiapan menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu)
serentak di Tahun 2024 terjadi pelanggaran administrasi Pemilihan Umum
(Pemilu) oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia tertanggal 18 Maret
2023 berdasarkan Putusan Nomor : 001/LP/ADM.PL/BWSL/00.000/III/2023
oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia. Sehingga guna
melakukan pencegahan atas pelanggaran administrasi tersebut maka dilakukan
penegakan hukum administrasi kesesuaian tata cara, prosedur, mekanisme yang
harus dijaga dan ditangani secara integritas, akuntabel, dan berkualitas24 oleh
Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia. Bahwa Pelapor adalah
pihak yang berhak melaporkan dugaan pelanggaran pemilihan umum terdiri
sebagai Warga Negara Indonesia mempunyai hak pilih dan merupakan Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai

22
Alasman Mpesau. Kewenangan Badan Pengawas Pemilu dalam Penanganan
Pelanggaran Administrasi di Tinjau dari Perspektif Sistem Peradilan Indonesia. Ausito
Comparative Law Journal, Volume 2, Issue 2, 2021. Hal. 75.
23
Juned. Genius Umar Terima Tahapan Pemilu Serentak 2024 dari KPU Kota Pariaman.
Portal Pemerintah Kota Pariaman. https://pariamankota.go.id/berita/genius-umar-terima-tahapan-
pemilu-serentak-2024-dari-kpu-kota-
pariaman#:~:text=Seperti%20diketahui%20bersama%2C%20Pemilu%202024,Dan%20setelah%2
0itu%2C%20baru%20dilanjutkan. Diposting 25 Juli 2022 dan di akses 1 November 2022 pukul
10:59 WIB.
24
Iqbal Nasir. Op.Cit. Hal. 42.
7

Rakyat Adil Makmur (PRIMA) berbadan hukum yang telah mendaftar untuk
menjadi partai politik peserta pemilihan umum Tahun 2024. Pelapor telah
mengikuti proses pendaftaran dan tahapan pemilu selanjutnya dilakukan
verifikasi administrasi oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
sebagai Terlapor melalui Sistem Informasi Partai Politik (SIPOL). Hasil
verifikasi Adminisrasi Partai Politik ditetapkan oleh oleh Komisi Pemilihan
Umum Republik Indonesia sebagai Terlapor melalui Berita Acara Nomor :
232/PL.01.1-BA/05/2022 tentang Rekapitulasi Hasil Verifikasi Administrasi
Partai Politik Calon Peserta Pemilihan Umum tanggal 13 Oktober 2022
menyatakan bahwa Pelapor dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
sehingga tidak dapat mengikuti verifikasi faktual Partai Politik Calon Peserta
Pemilihan Umum Tahun 2024.
Verifikasi Administrasi Partai Politik yang dilakukan Terlapor kepada
Pelapor dilakukan secara tidak cermat, tidak profesional, tidak teliti dan
bertentang dengan prinsip penyelenggaraan pemilihan umum. Oleh karena itu
Pelapor mengajukan Sengketa Proses Pemilihan Umum dengan menguji Beritas
Acara Nomor : 232/PL.01.1-BA/05/2022 tentang Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Administrasi Partai Politik Calon Peserta Pemilihan Umum tanggal
13 Oktober 2022. Seluruh kesalahan, ketidakcermatan, ketidaktelitian,
ketidakprofesionalan, dan ketidakadilan Terlapor dalam melakukan verifikasi
Administradi Partai Politik terhadap Pelapor dijadikan alasan untuk menguji
verifikasi Administrasi Partai Politik yang dilakukan Terlapor. Atas sengketa
proses yang diajukan Pelapor maka Badan Pengawas Pemilihan Umum
Republik Indonesia telah memeriksan dan memutus perkara a quo tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mempunyai ketertarikan
untuk melakukan penelitian dengan judul “PENEGAKAN HUKUM
PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM (STUDI
KASUS PUTUSAN NOMOR : 001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/III/2023)”.
8

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses penegakan hukum Pemilihan Umum (Pemilu) agar
terwujud suatu ukuran sistem keadilan ?
2. Bagaimana penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum
(Pemilu) Nomor : 001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/III/2023 oleh Bawaslu
Republik Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui dan menganalis proses penegakan hukum
Pemilihan Umum (Pemilu) agar terwujud suatu ukuran sistem keadilan.
2. Untuk dapat mengetahui dan menganalisis penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum (Pemilu) Nomor :
001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/III/2023 oleh Bawaslu Republik Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat praktis diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap pihak
berwenang dengan kebijakan yang jelas dan keadilan mengenai pelanggaran
administrasi Pemilihan Umum (Pemilu).
2. Manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan pemahaman pengembangan
ilmu hukum terutama mengenai pelanggaran administratif Pemilihan
Umum (Pemilu) dengan peraturan yang berlaku sehingga dapat bermanfaat
terhadap semua pihak.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) demokratis atas
kedaulatan rakyat
Dalam buku Tahun The Political Consequences of Electoral
Laws menurut Douglas Rae Pemilihan Umum (Pemilu) dibagi menjadi
electoral laws dan electoral process. Electoral laws adalah sistem
Pemilihan Umum (Pemilu), asas Pemilihan Umum (Pemilu), dan
pengorganisasian. Sedangkan electoral process adalah pendaftaran
Pemilihan Umum (Pemilu), pencalonan, dan kampanye. Sehingga
penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) masuk dalam
pengorganisasian dari electoral laws Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai
domain yang mempunyai bagian tidak dapat dipisahkan. Salah satunya
adalah penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu).25
Penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) harus bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan pemilihan. Pemilihan Umum (Pemilu)
sebagai proses politik dinamis hanya dapat dilakukan dengan lancar
tentunya tertib apabila setiap Pemilihan Umum (Pemilu) sesuai dengan
aturan permainan yang disepakati. Kemudian dalam kerangka hukum
memberikan kewajiban penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu)
dalam proses penyelenggaraan diterapkan dengan independen dan
berkeadilan maka dengan begitu akan terwujud Pemilihan Umum
(Pemilu) yang baik dan tidak menimbulkan rasa ragu justru akan
dipercaya masyarakat.26

25
Indah Pahlevi. Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia: Berbagai
Permasalahannya. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik dalam Negeri dan Hubungan
Internasional Volume 2 Nomor 1 Juni 2011. Hal. 52.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/286
26
Muhammad Anwar Tanjung, RetnoSaraswati, dan Lita Tyesta. Rekonseptualisasi
Rekruitmen Penyelenggara Pemilu untuk Mewujudkan Penyelenggara Pemilu yang Berintegritas.
Jurnal Arena Hukum Volume 14 Nomor 1 April 2021. Hal. 165.
10

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang


Pemilihan Umum pengertian Penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu)
terdiri dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP). Sehingga secara normatif ketiga lembaga
penyelenggara tersebut mempunyai fungsi dalam menyelenggarakan
Pemilihan Umum (Pemilu) dan pemilihan dengan segala tugas
kewenangan dan kewajibannya.27
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dibentuk
dan mempunyai kewenangan untuk memberikan hukuman sanksi
kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu apabila ternyata
telah dapat dibuktikan terjadi pelanggaran kode etik. Kemudian
kelembagaan dan kewenanganan dari Bawaslu ditransformasikan secara
permanen dari tingkat pusat hingga kabupaten atau kota dan tidak hanya
untuk melakukan pengawasan dan rekomendasi akan tetapi juga
mempunyai kewenangan untuk dapat memutus penyelesaiaan sengketa
proses Pemilihan Umum (Pemilu) baik diantara Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dengan peserta Pemilihan Umum (Pemilu) maupun
diantara peserta Pemilihan Umum (Pemilu) yang putusannya harus
wajib dilakukan tindaklanjut.28
Sarana pelaksanaan suatu kedaulatan rakyat dengan adanya
Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan secara langsung, umum, bebas,
jujur, dan juga adil untuk dapat memberikan jaminan prinsip
perwakilan, akuntabilitas, dan legitimasi dalam Negara Kesatuan

https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2021.01401.9
27
Novie Runtuhkahu Kasubag Hukum dan SDM KPU Kota Tammahan. Peran Partai
Politik dan Strategi Pendidikan Pemilih KPU Menuju Pemilu Serentak 2024 Di posting 9 Juni 2022
oleh Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Komisi Pemilihan Umum (JDIH KPU) Provinsi
Sulawesi Utara. Diakses 8 Januari 2023 pukul 15:08 WIB.
https://jdih.kpu.go.id/sulut//beritadetail-
4e4d5431525531334a544e454a544e45#:~:text=Penutup%3A%20Sebuah%20Harapan%20di%20
Pemilu%202024&text=Sesuai%20amanat%20UU%20Parpol%2C%20peran,terkait%20hak%20m
emilih%20dan%20dipilih.
28
Munandar Nugraha. Bawaslu dan Penegakan Hukum Pemilu. Al Wasath Jurnal Ilmu
Hukum Volume 1 Nomor 2 Oktober 2020. Hal. 119.
https://journal.unusia.ac.id/index.php/alwasath/article/view/61
11

Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pada Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.29
Didalam pengertiannya Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan
secara langsung, umum, bebas, jujur, dan juga adil dapat dijabarkan
diantaranya sebagai berikut langsung artinya masyarakat sebagai
pemilih mempunyai hak untuk dapat memilih langsung sesuai keinginan
dengan tidak ada suatu perantara lainnya, umum artinya diberlakukan
untuk seluruh rakyat dalam memenuhi syarat dengan tidak ada
perbedaan dalam agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan, pekerjaa,
daerah maupun status sosial, bebas artinya rakyat dengan terpenuhi
syarat ketentuan dalam memilih bebas menggunakan haknya untuk
dapat menentukan siapa yang dicoblos dengan tanpa ada tekanan
paksaan, rahasia artinya rakyat sebagai pemilih mempunyai jaminan
kerahasiaan pilihan dengan memberikan suara pada kotak suara
sehingga tidak dikethaui orang lain terhadap suara yang telah diberikan,
jujur artinya keterlibatan semua pihak harus bertindak jujur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan adil
berarti pemilih dan peserta mempunya perlakuan sama yang bebas dari
bentuk curang pihak mana pun.30

2.1.1.1 Demokrasi
Wujud yang nyata dalam demokrasi prosedural dengan
adanya Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun demokrasi tidak sama
halnya dengan Pemilihan Umum (Pemilu). Namun, sebagai suatu
aspek yang penting dalam demokrasi dan harus dilaksanakan secara
demokrasi juga. Sehingga negara demokrasi mempunyai tradisi
dalam Pemilihan Umum (Pemilu) untuk melakukan

29
Latipah Nasution. Pemilu dan Kedaulatan Rakyat. Jurnal Adalah: Buletin Hukum dan
Keadilan. Volume 1 Nomor 9 Tahun 2017. Hal. 83.
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/11323/5746
30
Luh Yossi Shuartini Milenia. Peran Hukum Tata Negara (Studi Kasus Pemilihan Umum
di Indonesia). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Volume 3
Nomor 2 Oktober 2020. Hal. 70.
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JMPPPKn/index
12

pemilihan para pejabat publik pada bidang legislatif dan eksekutif


bauk di tingkatan pusat maupun daerah.31
Demokrasi dan Pemilihan Umum (Pemilu) adalah qonditio
sine qua non the one can not exist without the others32 sehingga
demokrasi adalah mekanisme dari sistem pemerintahan negara
sebagai bentuk jalan agar dapat menciptakan kedaulatan rakyat dari
kekuasaan warga negara atas negara yang mana dilakukan oleh
pemerintah di negara yang bersangkutan.33
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah wujud nyata demokrasi.
Menurut Jeane Kirkpatrick membahasa batasan pemilihan
demokratis yang tidak sekedar sebagai lambang tetapi pemilihan
yang kompetitif, berkala, inklusifm dan definitif. Pemilihan
demokratis kompetitif adalah partai politik harus dapat menikmati
kebebasan bicara dalam menyuarakan kritik pemerintahan, pasti
harus ada bentuk persaingan antara para calon. Pemilihan
demokratis berkala adalah tidak memilih secara diktator atau
pemimpin yang seumur hidup dimana pejabat harus mempunyai rasa
tanggungjawab pada rakyat dan harus dipilih kembali pada masa
tertentu guna memperbarui mandat. Pemilihan demokratis inklusif
adalah adanya pembatasan warga negara dan pemilih harus cukup
luas supaya dapat mencakup jumlah penduduk dewasa. Sehingga
tidak muncul perilaku diskriminasi pemilihan dari pemilih maupun
yang dipilih. Pemilihan demokratis definitif

31
Putu Eva Ditayani Antari. Interpretasi Demokrasi dalam Sistem Mekanis Terbuka
Pemilihan Umum di Indonesia. Jurnal Panorama Hukum Volume 3 Nomor 1 Juni 2018. Hal. 88.
https://core.ac.uk/download/pdf/231316145.pdf
32
Mushaddiq Amir. Keserentakan Pemilu 2023 yang Paling Ideal Berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Al-Ishilah: Jurnal Ilmiah Hukum Volume 23 Nomor 2
November 2020. Hal. 116. Doi: http://doi.org/10.56087/aijih.v23i2.41
33
Wishnu Dewanto. 2017. Tinjauan Hukum Implementasi Sistem Demokrasi Pancasila
Melalui Pemilihan Umum Langsung di Indonesia. Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas Tama
Jagakarsa. Hal. 7.
http://digilib.iblam.ac.id/id/eprint/153/1/Tesis%20-%20Dr.%20Wishnu%20Dewanto.pdf
13

adalah penentuan pemimpin pemerintahan negara berlandaskan


konstitusi dan hukum negaranya.34

2.1.1.2 Pemilihan Umum (Pemilu)


Pemilihan Umum (Pemilu) berasal dari padanan kata bahasa
inggris menurut Black’s Law Dictionary general election. Election
adalah The process of selecting a person to occupy an office (usually
a public office),membership, award, or other title or status.
Sedangkan general election atau an elestion that occurs at a regular
interval of time yaitu pemilihan berlangsung untuk jangka waktu
yang rutin.35
General election pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)
terwujud juga dalam ketentuan Pasal 22 huruf e ayat 1 Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 Pemilihan Umum (Pemilu) dilaksanakan
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap 5 (lima) tahun
sekali. Sehingga ukuran Pemilihan Umum (Pemilu) yang baik maka
Komisi Pemilihan Umum (KPU) pelaksana Pemilihan Umum
(Pemilu) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Pemilu)
(Bawaslu) sebagai lembaga memberikan kewenangan mengawasi
dan menjamin prinsip diatas.36
Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu) menurut Matori
Abdul Djalil adalah pemberian kepastian pada kepemimpinan dan
kekuasaan secara konstitusional agar dapat membentuk pemimpin
legitimatif. Sedangkan menurut Syamsudin Haris Pemilihan Umum
(Pemilu) adalah lembaga dan praktek politik dengan kemungkinan
terbangunnya pemerintahan perwakilan. Kemudian
34
Yudi Widagdo Harimurti. Penundaan Pemilihan Umum dalam Perspektif Demokrasi.
Jurnal Rechtidee Volume 17 Nomor 1 2022. Hal. 7.
https://journal.trunojoyo.ac.id/rechtidee/article/view/14298/pdf
35
Nanik Prasetyoningsih. Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan
Demokrasi Indonesia. Jurnal Media Hukum Volume 21 Nomor 2 Desember 2014. Hal. 243.
36
Mhd. Ansor Lubis, Muhammad Yasin Ali Gea, dan Nur Munifah. Penerapan Asas
Pemilu Terhadapa Electronic Voting (E-Voting) pada Pemilu Tahun 2024. Jurnal Ilmiah Penegakan
Hukum Volume 9 Nomor 1 Juni 2022. Hal. 45.
https://ojs.uma.ac.id/index.php/gakkum/article/view/6491/4048
14

menurut A.S. Hikam Pemilihan Umum (Pemilu) adalah lembaga


dan praktek politik dengan 2 (dua) dimensi yang mana apabila
dilihat dari luar saling berseberangan. Dimensi pertama Pemilihan
Umum (Pemilu) suatu wujud kedaulatan rakyat dan sarana
kepentingan warga negara dalam menciptakan wakil rakyat dan
dimensi kedua Pemilihan Umum (Pemilu) adalah memberikan dan
penguatan legitimasi politik pemerintah dalam keberadaan,
kebijaksanaan, maupun bentuk program yang dibuat akan dapat
diterapkan dengan mudah dan mempunyai sanksi kuat.37
Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai bagian instrumen
demokrasi merupakan suatu sarana bentuk kedaulatan rakyat dalam
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota).38
Pemilihan Umum (Pemilu) yang aspiratif dan demokratis
dapat terlaksana apabila sesuai dengan syarat yang mendukung
diantaranya kompetitif peserta bebas dan otonom, diselenggarakan
berkala teratur dengan jarak waktu jelas, harus inklusif dimana
masyarakat mempunyai peluang sama dalam menyalurkan aspirasi
dan tidak timbul diskriminasi, pemilih mempunyai kekuasaan
mempertimbangkan dan berdiskusi atas pilihan secara bebas tanpa
tekanan dan memperolah informasi luas, penyelenggara tidak boleh
mempunyai keterpihakan dan harus dilakukan independen.39

37
Marulak Pardede. Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia. Jurnal Rechts Vinding
Media Pembinaan Hukum Nasional Volume 3 Nomor 1, April 2014. Hal. 86.
https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/58/52
38
Winanda Kusuma, Bunga Permatasari, dan Reza Adriantika Suntara. Peningkatan
Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2024
Melalui Penyuluhan Hukum. Das Sein: Jurnal Pengabdian Hukum dan Humaniora Volume 2 Nomor
2 Tahun 2022. Hal . 94. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/dassein/
39
Kementerian Hukum dan Hak Asasai Manusia Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-Undangan. Artikel Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-Undangan;
Peran Partai Politik dalam Penyelenggaraan Pemilu yang Aspiratif fan Demokratis. Di akses 6
Januari 2023 pukul 20:13 WIB.
15

Terdapat beberapa alasan Pemilihan Umum (Pemilu)


dilakukan berkala 5 (lima) tahun sekali diantaranya pendapat rakyat
tidak akan selalu sama pada waktu yang panjang dan kondisi
kehidupan rakyat yang dinamis membuat aspirasi akan kehidupan
bersama juga berubah seiring jalannya, kondisi kehidupan bersama
dalam masyarakat juga beruabh, perubahan pendapat disebabkan
pertambahan jumlah penduduk dan rakyat yang sudah dewasa,
diperlukan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang teratur agar
terjamin kepemimpinan negara dari segi kekuasaan eksekutif
maupun legislatif.40

2.1.2 Partisipasi Politik dan Partai Politik


2.1.2.1 Partisipasi Politik Masyarakat
Partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althoft
adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga negara dalam
memberikan pengaruh dalam proses pembuatan dan pelaksanaan di
kebijakan umum dan keikutsertaan menentukan pemimpin
pemerintahan. Menurut Samual P. Huntington dan Joan Nelson di
buku pembangunan politik negara berkembang yang memberikan
penafsiran luas dengan memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal
dan kekerasan bahwa partisipasi politik adalah suatu kegiatan warga
negara yang bertindak sebagai pribadi untuk memberikan pengaruh
dalam membuat keputusan oleh pemerinatah karena bentuk
partisipasi dapat bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau
spontan, mantap atau sporadic,

https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
507:peran-partai-politik-dalam-penyelenggaraan-pemilu-yang-aspiratif-dan-
demokratis&catid=100&Itemid=180
40
Tasyah Meyliza dan Sunny Ummul Firdaus. Implementasi Kedaulatan Rakyat dalam
Pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Souvereignty: Jurnal Demokrasi dan Ketahanan Nasional
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2022. Hal. 195.
16

damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak
efektif. 41
Sementara menurut Milbart dan Goel memberikan
perbedaan partisipasi yaitu apatis dimana orang tidak ikut
melibatkan diri dan justru menarik diri dari proses politik, spectator
dimana orang pernah mengikuti proses memilih Pemilihan Umum
(Pemilu), gladiator dimana mereka yang aktif melibatkan diri dalam
proses politik seperti komunikator, spesialis dengan adanya kontak
tatap muka, aktivis suatu partai dan pekerja kampanye maupun
aktivis dari masyarakat.42
Bentuk peran partisipasi masyarakat dalam politik
merupakan suatu kegiatan baik seseorang atau kelompok orang yang
turut serta aktif dalam kehiduapn politik dengan jalan memilih para
pemimpin suatu negara baik langsung atau tidak langsung yang
memberikan pengaruh kebijakan pemerintah. Kegiatan ini seperti
tindakan memberikan suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu), hadir
dalam rapat umum, menjadi anggota partau atau kelompok yang
mempunyai kepentingan dalam pengadaan ataupun suatu hubungan
dengan para pejabatan pemerintah dan juga anggota parlemen
maupun lainnya.43
Peran partisipasi politik di negara demokrasi adalah salah
satu ukuran terwujudnya penyelenggaraan kekuasaan negara
tertinggi yang dimiliki oleh rakyat yaitu kedaulatan rakyat dengan
diwujudkan adanya keterlibatan dalam suatu pesta demokrasi yaitu

41
Ni Ketut Arniti. iPartisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Legislatif di
Kota Denpasar. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Volume 4 Nomor 2 Tahun 2020. Hal. 333.
journal.undiknas.ac.id.
42
Tri Subekti. Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Umum (Studi Turn of
Voter dalam Pemilihan Umum Kepla Daerah Kabupaten Magetan Tahun 2013). Jurnal
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014. Hal. 5.
https://www.neliti.com/id/publications/108550/partisipasi-politik-masyarakat-dalam-pemilihan-
umum-studi-turn-of-voter-dalam-pe#cite
43
Artikel Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
Kapanewon Sentolo. Di akses 7 Januari 2023 pukul 00:58 WIB.
https://sentolo.kulonprogokab.go.id/detil/129/partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu
17

Pemilihan Umum (Pemilu). Apabila semakin tinggi tingkatan


partisipasi politik maka menunjukkan masyarakat mampu mengikuti
dan mempunyai kemampuan pemahaman serta keterlibatan diri
dalam kegiatan kenegaraan. Namun jika partisipasi politik rendah
terlibat bahwa masyarakat kurang terlibat dalam kepentingan
negara. Sehingga ukuran tingkatan partisipasi politik oleh
masyarakat menjadi begitu penting dalam Pemilihan Umum
(Pemilu) karena berpengaruh terhadap demokrasi dan kedaulatan
rakyat.44

2.1.2.2 Peran Partai Politik.


Ketentuan Pasal 1 angka 29 Partai Politik peserta Pemilihan
Umum (Pemilu) adalah Partai Politik yang telah memnuhi unsur
syarat sebagai peserta Pemilihan Umum (Pemilu) anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
atau Kota.
Tujuan Partai Politik berdasarkan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
begitu penting dengan partisipasi politik yang dilakukan oleh
masyarakat termasuk juga partisipasi didalam penyelenggaraan
Pemilihan Umum (Pemilu) dan juga pemilihan.45
Ketentuan Pasal 10 ayat 1 huruf a dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik bertujuan untuk
melakukan pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila dengan tetap menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam

44
Muhammad Awaluddin Iqbal. Partisipasi Politik dalam Pemilihan Legislatif Tahun 2019
di Kabupaten Bulungan. eJournal Ilmu Pemerintahan Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020. Hal. 829.
https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2021/02/Jurnal%20M.Awalaudin%20Iqbal%20(02-23-21-08-47-37).pdf
45
Novie Runtuhkahu Kasubag Hukum dan SDM KPU Kota Tammahan. Loc.Cit.
18

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan Pasal 10 ayat 2


huruf a dan c tujuan khusus Partai Politik adalah untuk melakukan
peningkatan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam
rangka penyelenggaraan segala bentuk kegiatan politik dan
pemerintahan serta melakukan pembangunan segi etika juga
tentunya budaya politik di kehidupan masyarakat bangsa dan negara.
Ketentuan Pasal 11 ayat 1 huruf a dan huruf d dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik bahwa
fungsi Partai Politik yang mempunyai kaitan dengan partisipasi
politik masyarakat adalah sebagai sarana pendidikan politik
terhadap para anggota dan masyarakat luas supaya dapat tercipta
warga negara Indonesia yang mempunyai kesadaran mengenai hak
dan kewajiban di kehidupan masyarakat bangsa dan negara serta
sebagai sarana pasrtisipasi politik bagi warga negara Indonesia.
Dari beberapa ketentuan diatas mennjukkan landasan dari
peran Partai Politik dalam melaksanakan pendidikan politik guna
melakukan peningkatan partispasi politik masyarakat dalam
kehidupan demokrasi di Indonesia. Negara demokrasi di Indonesia
mempunyai makna luas terutama mengenai penyelenggaraan
Pemilihan Umum (Pemilu) dan pemilihan sebagai suatu media
sarana dalam pelaksanaan demokrasi maupun kedaulatan rakyat.
Sehingga peran Partai Politik sangat begitu penting di dalam
melakukan peningkatan partispasi masyarakat atau juga pasrtisipasi
para pemilih.46

46
Ibid.
19

2.1.3 Penegakan Hukum Pemilihan Umum (Pemilu) atas Pelanggaran


Administratif Pemilihan Umum (Pemilu)
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk dilakukan upaya
menegakkan dan menjalankan fungsi norma hukum dengan nyata
sehingga dapat menjadi pedoman perilaku hubungan hukum di
kehidupan masyarakat dan negara. Maka kepatuhan dan penegakan
hukum Pemilihan Umum (Pemilu) adalah penting dalam memastikan
terwujudnya pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang
berkeadilan.47
Peraturan perundang-undangan Pemilihan Umum (Pemilu)
harus dapat memberikan perlindungan dalam proses politik dari segala
pelanggaran, rintangan, pengaruh buruk, kepentingan tertentu,
penipuan, kecurangan, intimidasi, tindakan ilegal maupun praktik
korup. Penegakan hukum sebagai faktor dalam melakukan pencegahan
pelanggaran atau kecurangan dalam mengancaman integritas
Pemilihan Umum (Pemilu). Dari setiap pelanggaran tersebut harus
dilakukan koreksi oleh institusi dengan mekanismenya dan dapat
bertanggung jawab dalam penegakkan integritas yang spesifik terdapat
di kerangka hukum.48
Pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sebagai sutau
tindakan yang telah jelas bertentangan atau juga tidak sesuai dengan
pada peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pemilihan
Umum (Pemilu). Pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) berasal dari
adanya temuan atau laporan. Adanya temuan terjadinya pelanggaran
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah hasil dari aktif yang dilakukan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten atau Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan atau Desa, Panwaslu Luar Negeri,

47
Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, dan Topo Santoso. 2011. Penanganan
Pelanggaran Pemilu. Jakarta Selatan; Kemitraan Bagi Pembaharuan Tatat Pemerintahan. Hal. 5.
48
Ibid. Hal. 6.
20

Pengawas Tempat Pemungutas Suara (TPS) di dalam tahapan


penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu).49
Kemudian laporan pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) juga
dapat dilakukan secara langsung dengan adanya pelaporan Warga
Negara Indonesia yang tentunya mempunyai hak pilih sebagai peserta
Pemilihan Umum (Pemilu), dan pemantau Pemilihan Umum (Pemilu)
kepada Bawalu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten atau Kota,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan atau Desa, Panwaslu Luar
Negeri, Pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS). Laporan
mengenai pelanggaran Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten atau Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan atau
Desa, Panwaslu Luar Negeri, Pengawas Tempat Pemungutan Suara
(TPS) tersebut disampaikan secara tertulis dan dalam dengan ketentuan
paling sedikit terdapat nama, alamat pelapor, pihak terlapor, waktu,
tempat kejadian suatu perkara, serta uraian kejadian. Jangka waktu
yang diberikan untuk melaporkan pelanggaran jangka waktu
disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja dari sejak diketahui terjadi
dugaan pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu).50
Secara umum berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum mengenai pelanggaran Pemilihan
Umum (Pemilu) dibagi atas pelangagran kode etik, pelanggaran
administratif Pemilihan Umum (Pemilu) dan tindak pidana Pemilihan
Umum (Pemilu). Salah satu bentuk pelanggaran Pemilihan Umum
(Pemilu) adalah pelanggaran administrasi.51

49
Soreang. Pelanggaran Pemilu dan Penanganannya. Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Bandung. Diposting 26 April 2022. Di akses 8 Januari 2023 pukul 20:04.
https://jdih.kpu.go.id/jabar/bandung/beritadetail-6e4d5430525535424a544e454a544e45
50
Ibid.
51
Muhammad Ihsan Maulana dan Rahmah Mutiara Mustikaningsih. Ketidakpastian
Hukum Penyelesaian Pelanggaran Administrasi dalam Proses Rekapitulasi Hasil Pemilu. Call For
Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019 Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu. Jurnal Komisi
Pemilihan Umum. 2020. Hal. 5.
https://journal.kpu.go.id/index.php/ERE/article/view/150
21

Pasal 460 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang


Pemilihan Umum bahwa Pelanggaran administrasi adalah pelanggaran
terhadap tata cara prosedur atau mekanisme yang mempunyai
hubungan dengan administrasi dari pelaksanaan Pemilihan Umum
(Pemilu) di setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum
(Pemilu). Pelanggaran administrasi tersebut ditangani oleh Bawaslu
dan putusannya berisi perbaikan administrasi pada tata cara prosedur
atau mekanisme sesuai peraturan perundang- undangan, teguran
tertulis, tidak diikutkan di tahapan tertentu penyelenggaraan Pemilihan
Umum (Pemilu) ataupun bentuk sanksi administrasi lain sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.52

2.1.4 Keadilan Hans Kelsen


Keadilan sebagai suatu kebijakan yang utama di dalam isntitusi
sosial sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran. Dari keadilan
merupakan prinsip dan mandat yang harus diwujudkan pada
penyelenggaraan setiap Pemilihan Umum (Pemilu).53
Keadilan menurut Hans Kelsen bahwa bentuk dari keadilan
ternilai dari segi kecocokan tindakan dengan hukum positif terutama
pada peraturan perundang-undangan. Pemilihan Umum (Pemilu) yang
adil akan terlaksana apabila sesuai dengan segala aturan yang berlaku.
Pemaknaan keadilan sama dengan kebenaran karena apabila penerapan
hukum hanya akan bermakna tidak berkeadilan terlihat pada suatu
norma yang secara umum dilakukan penerapan pada salah satu kasus
namun tidak dilakukan penerapan terhadap kasus sejenis lainnya yang
muncul.54

52
Soerang. Loc.Cit.
53
Dian Fitri Sabrina dan Muhammad Saad. Keadilan dalam Pemilu Berdasarkan Sistem
Presidensial Treshold. Jurnal Pranata Hukum Vlume 3 Nomor 1 Februari 2021. Hal. 26-27.
54
Khairul Fahmi. Menelusuri Konsep Keadilan Pemilihan Umum Menurut UUD 1945.
Jurnal Cita Hukum Volume 4 Nomor 2 Tahun 2016. Hal. 169.
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/view/4098/3085
22

Sistem keadilan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai hal


penting dalam menjamin efektifiktas keadilan Pemilihan Umum
(Pemilu). Ketika prosedur Pemilihan Umum (Pemilu) telah dilakukan
untuk diatur dan tahapan dalam penyelesaian permasalahan hukum
disediakan. Maka kerangka legal dari sistem keadilan Pemilihan Umum
(Pemilu) telah terbangun. Akan tetapi kerangka hukum yang dibangun
tidak serta merta Pemilihan Umum (Pemilu) dianggap akan berjalan
sesuai dengan keadilan. pengertian keadilan atau tidak suatu proses
tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) diperlukan
dengan bagaimana implementasi sistem keadilan Pemilihan Umum
(Pemilu) yang diselenggarakan oleh penyelenggara Pemilihan Umum
(Pemilu).55
Konstruksi sistem keadilan Pemilihan Umum (Pemilu)
merupakan sistem untuk melakukan kepastian tahapan dari proses
Pemilihan Umum (Pemilu) dapat berjalan bebas, adil, jujur. Dari sistem
tersebut terdapat mekanisme penegakan hukum Pemilihan Umum
(Pemilu). Mekanisme penegakan hukum Pemilihan Umum (Pemilu)
digunakan sebagai tujuan akhir dalam membentengi keadilan
Pemilihan Umum (Pemilu).56

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian tesis yang dilakukan penulis ini menggunakan penelitian tesis
pembanding sebelumnya yang mempunyai keterkaitan diantaranya sebagai
berikut :
a. Ricky Oktadinata “Penyelesaian Hukum Terhadap Pelanggaran
Administratif pada Tahapan Kampanye Pemilihan Kepala Daerah”.
Dengan permasalahan bagaimana mengidentifikasi pelanggaran
administrasi pada tahapan kampanye Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

55
Khairul Fahmi, Feri Amsari dkk. Sistem Keadilan Pemilu dalam Penanganan
Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu Serentak 2019 di Sumetra Barat. Jurnal Konstitusi
Volume 17 Nomor 1 Maret 2020. Hal. 4. DOI: https://doi.org/10.31078/jk1711
56
Ibid. Hal. 6.
23

Kepala Daerah, dan bagaimana peran Bawaslu Provinsi terhadap


penyelesaian pelanggaran administrasi pada tahapan kampanye Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta bagaiaman penerapan
sanksi kepada pelaku pelanggaran administrasi pada tahapan kampanye
Pemilihan Kelapa Daerah dan Wakil Kepala Daerah.57
b. Mulyadi Ranto Manalu “Analisis Penanganan Dugaan Pelanggaran Kode
Etik oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) pada Pemilu
Tahun 2019 di Provinsi Riau”. Dengan permasalahan bagaimana penerapan
sanksi terhadap pelanggaran kode etik pemilu tahun 2019 di Provinsi Riau
oleh DKPP dan apa faktor penghambat dalam penerapan sanksi kepada
penyelenggarapemilu yang melakukan pelanggaran kode etik pemilu.58

57
Ricky Oktadinata. 2020. “Penyelesaian Hukum Terhadap Pelanggaran Administratif
pada Tahapan Kampanye Pemilihan Kepala Daerah”. Tesis Program Magister Hukum Universitas
Sriwijaya Palembang.
58
Mulyadi Ranto Manalu “Analisis Penanganan Dugaan Pelanggaran Kode Etik oleh
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) pada Pemilu Tahun 2019 di Provinsi Riau”.
Tesis 2021 Program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Riau Pekanbaru.
24

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemilihan Umum

Keadilan

Pelanggaran Administrasi

Komisi Pemilihan Umum tidak melakukan penelitian dan


verifikasi faktual terhadap dokumen pendaftaran partai politik

Putusan

Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017


tentang Pemilihan Umum yang dimaksud Pemilihan Umum (Pemilu) adalah
bentuk sarana kedaulatan rakyat untuk melakukan pemilihan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden dan untuk melakukan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
berkeadilan dalam Negara Kesatuan Republik Indoneisa berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) yang dilakukan oleh
penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) harus melaksanakan Pemilihan
Umum (Pemilu) berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
berkeadilan dan harus memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, kepastian hukum,
tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif, dan juga
25

efisien. Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai sarana demokrasi


dalam menciptakan sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat.
Menjelang hadirnya Pemilihan Umum (Pemilu) di Tahun 2024 beberapa
Partai Politik melakukan segala persiapan dan penyusunan target upaya
strategi dalam keikutsertaan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tersebut. tidak
hanya keterlibatan berbagai Partai Politik senior tetapi juga kehadiran Partai
Politik baru juga ikut memeriahkan kompetisi perebutan kursi di Pemilihan
Umum (Pemilu) Tahun 2024.
Pada perkembangan saat ini bahwa terjadinya polemik dan dinamika
yang mempunyai hubungan dengan pelaksanaan kedaulatan rakyat melalui
rangkaian proses Pemilihan Umum (Pemilu) dan penegakan Pemilihan Umum
(Pemilu). Adanya kesadaran politik dimana Pemilihan Umum (Pemilu)
seharusnya tidak hanya mengenai memilih dan terpilih namun bagaimana
pemilihan dan keterpilihan dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan Pemilihan Umum (Pemilu) sehingga keadilan
dapat diciptakan.
Kerentanan pelanggaran dalam Pemilihan Umum (Pemilu) diperlukan
upaya sistematis, regulatif, dan budaya demokratis serta bentuk kepatuhan
hukum. Sehingga hukuman terhadap pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu)
harus dilakukan dengan jelas, konsisten, dan juga efektif. Apabila tidak akan
timbul berbagai pelanggaran yang tentunya menghasilkan lebih banyak
permasalahan konflik.
Dalam memastikan penyelenggaraan proses Pemilihan Umum (Pemilu)
dapat berjalan dengan jujur dan berkeadilan maka dibentuk sistem keadilan
Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai pencegahan dan penanganan pelanggaran
Pemilihan Umum (Pemilu) oleh Bawaslu dan jajaran sampai pada tingkatan
bawah. Salah satu bentuk pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) yang cukup
banyak dan dibutuhkan penanganan waktu cepat adalah pelanggaran
administrasi.
26

Fokus pada pemilihan penelitian ini adalah Penanganan pelanggaran


administrasi oleh Bawaslu disebabkan penanganan pelanggaran administrasi
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan kewenangan yang absolut oleh
Bawaslu karena tidak ikut melibatkan kelembagaan luar untuk melakukan
pengambilan keputusan yang mana menjadi berbeda pada pelanggaran pidana
dan kode etik. Adanya perbedaan sudut pandang bagaimana diantara Komisi
Pemilihan Umum dan Bawaslu mengenai makna wajib untuk melakukan
tindak lanjut rekomendasi atau putusan Bawaslu terhadap pelanggaran
administrasi Pemilihan Umum (Pemilu) sesuai ketentuan Pasal 462 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Kemudian terdapat
aturan oleh Komisi Pemilihan umum di dalam Peraturan Komisi Pemilihan
Umum mengenai tindak lanjut pelanggaran administrasi sehingga bagaimana
batasan Peraturan Komisi Pemilihan Umum mengatur penindakan pelanggaran
administrasi.
Bagan kerangka pemikiran diatas menunjukkan alur pemikiran oleh
peneliti. Pelaksanaan sistem keadilan Pemilihan Umum (Pemilu) di Bawaslu
Republik Indonesia penting diteliti karena adanya kerawanan terhadap dimensi
penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) yang berkeadilan sehingga rawan
terhadap gangguan terselenggaranya Pemilihan Umum (Pemilu) yang jujur dan
adil. Peneliti ingin mengetahui dan menganalis proses penegakan hukum
Pemilihan Umum (Pemilu) agar terwujud suatu ukuran sistem keadilan dan
penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum (Pemilu) Nomor :
001/ADM/BWSL./00.00/III/2023olehBawasluRepublik Indonesia.
27

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Hukum


Soetandyo Wignyosoebroto yang merupakan ahli hukum berpendapat
mengenai definisi metode penelitian hukum ialah usaha yang dilakukan dalam
mencari dan memperoleh kebenaran jawaban dari suatu masalah dengan
berdasarkan pada kecermatan hasil penelitian.59 Kemudian menurut William
M. Putman arti dari penelitian hukum ialah mengetahui.60

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini oleh penulis menggunakan hukum yuridis normatif atau
doktrinal61 sebagai salah satu dari jenis metode penelitian hukum berdasarkan
analisis perundang-undangan dengan masalah hukum.62

3.3 Pendekatan Penelitian


Pemilihan pendekatan dalam penelitian ini harus yang jelas dan dapat
memberikan tanggungjawab karena berakibat terhadap suatu hasil penelitian.63
Sehingga pendekatan yang digunakan ialah pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yang tentu wajib digunakan dalam penelitian normatif dari
aturan-aturan hukum64 dan pendekatan analitis (analytical approach) pada
bahan hukum dengan memeriksa makna dan istilah dalam perundang- undangan
dan pelaksanaan praktik serta putusan hukum.65

59
Zainuddin Ali. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 18.
60
David Tan. Metode Penelitian Hukum:Mengupas dan Mengulas Metodologi dalam
Meneylenggarakan.Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 8, Nomor 8, 2021. Doi:
10.31604/jips.v8i8.2021.2463-2478. http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index. Hal.
2465
61
Ibid. Hal. 2467.
62
Kornelius Benuf dan Muhammad Azhar. Metodologi Penelitian Hukum sebagai
Instrumen Mengurai Permaslahan Hukum Kontemporer. Jurnal Gema Keadilan, Volume 7, Edisi I,
juni 2020. Hal. 24.
63
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. 2016. Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris Edisi Pertama. Depok: Prenadamedia Group. Hal. 131.
64
Ibid. Hal. 132.
65
Ibid. Hal. 138.
28

3.4 Sumber Data


Sumber data ialah tempat memperoleh suatu data.66 Di dalam penelitian
hukum normatif hanya akan diperoleh sumber data sekunder saja67 berasal dari
kepustakaan berkaitan dengan permasalahan.68 Sumber data juga disebut bahan
hukum. Bahan hukum merupakan bahan untuk melakukan analisa terhadap
ketentuan hukum berlaku.69 Bahan hukum terdiri dari 3 (tiga) yaitu :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan yang mempunyai sifat otoritas terdiri perundang-undangan,
catatan resmi atau risalah pembuatan perundang-undangan dan putusan
hakim70 seperti :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;
3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
(Pemilu);
4) Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Nomor 8
Tahun 2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administartif
Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pelanggaran Administratif Pemilihan
Umum (Pemilu) di Mahkamah Agung;
5) Putusan Nomor : 001/ADM/BWSL/00.00/III/2023 oleh Bawaslu
Republik Indonesia.

66
Muhammad Syahrum. 2022. Pengantar Metodologi Penelitian Hukum: Kajian
Penelitian Normatif, Empiris, Penulisan Proposal, Laporan Skripsi dan Tesis Cetakan Pertama.
Riau: Dotplus Publiser. Hal. 74.
67
Depri Liber Sonata. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karateristik Khas
dari Metode Meneliti Hukum. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8, Nomor 1, Januari – Maret
2014. Hal. 31.
68
Muhammad Syahrum. Loc. Cit.
69
Ibid.
70
Djulaeka dan Devi Rahayu. 2019. Buku Ajar Metode Penelitian Hukum. Surabaya:
Scopindo Media Pustaka. Hal. 25.
29

b. Bahan Hukum Sekunder


Bahan yang bukan merupakan dari dokumen resmi sebagai pendukung
bahan hukum primer yaitu berupa publikasi hukum seperti buku teks,
kamus, jurnal komentar yang berkaitan dengan permasalahan hukum.71
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan yang mempunyai fungsi sebagai petunjuk dan penjelas dari
kedua bahan sebelumnya primer dan sekunder seperti kamus dan
ensiklopedia hukum.72

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data di dalam penelitian hukum normatif ialah studi
kepustakaan dari data sekunder yang merupakan bahan dasar penelitian dengan
melakukan pencarian berbagai peraturan dan literatur yang mempunyai
keterkaitan atas permasalahan.73

3.6 Teknik Analisis Data


Penelitian normatif ini bersifat kualitatif yang berdasarkan norma
hukum dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan yang
kemudian ditafsirkan secara mendalam mengenai bahan hukum serta
dihubungkan pada permasalahan sehingga memberikan hasil secara obyektif 74
dan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis dan mengkonstruksi
sehingga memperoleh kesimpulan yang baik75 atau analisis kualitatif dengan
cara melakukan analisa data dari sumber bahan hukum dengan pedoman
konsep, teori, perundang-undangan, doktrin, prinsip, pendapat hukum maupun

71
Zainuddin Ali. Op.Cit. Hal. 56.
72
Muhammad Syahrum. 2022. Kajian Penelitian Normatf, Empiris, Penulisan Proposal,
Laporan Skripsi dan Tesis. Op. Cit. Hal. 75.
73
Kornelius Benuf dan Muhammad Azhar. Op. Cit. Hal. 26.
74
Zainudin Ali. 2011. Metode Penelitian Hukum Cetakan ketiga. Jakarta: Sinar Grafika.
Hal. 105.
75
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 251.
30

pandangan pendapat peneliti76 mengenai Penegakan Hukum Pelanggaran Administratif


Pemilu Bawaslu (StudiKasus Putusan Nomor : 001/Adm/Bwsl./00.00/III/2023.

Rencana JadwalPenelitian

No Jenis BulanMinggu ke
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal
2. Seminar
3. Penelitian
studi
kepustakaan
4. Pengolahan
dan analisis
data
5. Penulisan
laporan
akhir
6. Konsultasi
bimbingan
7. Ujian

76
Muhammad Syahrum. Kajian Penelitian Normatf, Empiris, Penulisan Proposal,
Laporan Skripsi dan Tesis. Loc.Cit.
31

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum Cetakan ketiga. Jakarta:
Sinar Grafika
Djulaeka dan Rahayu, Devi. 2019. Buku Ajar Metode Penelitian Hukum.
Surabaya: Scopindo Media Pustaka
Efendi, Jonaedi dan Ibrahim, Johnny. 2016. Metode Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris Edisi Pertama. Depok: Prenadamedia Group.
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. 2001. Penelitian Hukum Normatif:
Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Press
Syahrum, Muhammad. 2022. Pengantar Metodologi Penelitian Hukum:
Kajian Penelitian Normatif, Empiris, Penulisan Proposal, Laporan Skripsi dan
Tesis Cetakan Pertama. Riau: Dotplus Publiser.

Jurnal :
Alvian, Muhammad Andri dan Wiwin. Eksistensi Bawaslu dalam
Penanganan Pelanggaran Pemilu Pasca Penetapan Hasil Perolehan Suara Secara
Nasional. Jurnal Sultan: Riset Hukum Tata Negara, Volume 1, Nomor 1, April
2022.
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/sultan_htn/article/view/3179.
Antari, Putu Eva Ditayani. Interpretasi Demokrasi dalam Sistem Mekanis
Terbuka Pemilihan Umum di Indonesia. Jurnal Panorama Hukum Volume 3 Nomor
1 Juni 2018. Hal. 88. https://core.ac.uk/download/pdf/231316145.pdf
Amir, Mushaddiq. Keserentakan Pemilu 2023 yang Paling Ideal
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Al-Ishilah: Jurnal
Ilmiah Hukum Volume 23 Nomor 2 November 2020. Hal. 116. Doi:
http://doi.org/10.56087/aijih.v23i2.41.
Arniti, Ni Ketut. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum
Legislatif di Kota Denpasar. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Volume 4 Nomor 2
Tahun 2020. Hal. 333. journal.undiknas.ac.id.
Benuf, Kornelius dan Azhar, Muhammad. Metodologi Penelitian Hukum
sebagai Instrumen Mengurai Permaslahan Hukum Kontemporer. Jurnal Gema
Keadilan, Volume 7, Edisi I, juni 2020.
Dewanto, Wishnu. 2017. Tinjauan Hukum Implementasi Sistem Demokrasi
Pancasila Melalui Pemilihan Umum Langsung di Indonesia. Tesis Magister Ilmu
Hukum Universitas Tama Jagakarsa.
http://digilib.iblam.ac.id/id/eprint/153/1/Tesis%20%20Dr.%20Wishnu%20
Dewanto.pdf.
Fahmi, Khairul. Menelusuri Konsep Keadilan Pemilihan Umum Menurut
UUD 1945. Jurnal Cita Hukum Volume 4 Nomor 2 Tahun 2016.
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/view/4098/3085.
32

Fahmi, Khairul. Amsari, Feri dkk. Sistem Keadilan Pemilu dalam


Penanganan Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu Serentak 2019 di Sumetra
Barat. Jurnal Konstitusi Volume 17 Nomor 1 Maret 2020. Hal. 4. DOI:
https://doi.org/10.31078/jk1711.
Harimurti, Yudi Widagdo. Penundaan Pemilihan Umum dalam Perspektif
Demokrasi. Jurnal Rechtidee Volume 17 Nomor 1 2022.
https://journal.trunojoyo.ac.id/rechtidee/article/view/14298/pdf
Irawan, Benny Bambang. Perkembangan Demokrasi di Negara Indonesia.
Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Volume 5, Nomor 1, Oktober 2007.
Iqbal, Muhammad Awaluddin. Partisipasi Politik dalam Pemilihan
Legislatif Tahun 2019 di Kabupaten Bulungan. eJournal Ilmu Pemerintahan
Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020. Hal. 829.
https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2021/02/Jurnal%20M.Awalaudin%20Iqbal%20(02-23-21-08-47-
37).pdf.
Kusuma, Lalu Span Tirta. Zulhadi, dkk. Peran Badan Pengawas Pemilihan
Umum dalam Penegakan Hukum Pemilu (Studi Penanganan Pelanggaran Pemilu
pada Sentra Gakkumdu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ulul Albab, Lppm
Ummat, Volume 23, Nomor 2, Juli 2019.
Kusuma, Winanda. Permatasari, Bunga dan Suntara, Reza Adriantika.
Peningkatan Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan
Pemilu Serentak Tahun 2024 Melalui Penyuluhan Hukum. Das Sein: Jurnal
Pengabdian Hukum dan Humaniora Volume 2 Nomor 2 Tahun 2022. Hal . 94.
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/dassein/.
Lubis, Mhd. Ansor. Gea, Muhammad Yasin Ali dan Munifah, Nur.
Penerapan Asas Pemilu Terhadapa Electronic Voting (E-Voting) pada Pemilu
Tahun 2024. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum Volume 9 Nomor 1 Juni 2022.
https://ojs.uma.ac.id/index.php/gakkum/article/view/6491/4048.
Mahsun, Suaidi. Wibowo, Gatot Dwi Hendro, dkk. Kewenangan Bawaslu
dalam Penanganan Dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum Serentak
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019. Jurnal Jatiswara, Volume 37, Nomor
1, Maret 2022.
Maulana, Muhammad Ihsan dan Mustikaningsih, Rahmah Mutiara.
Ketidakpastian Hukum Penyelesaian Pelanggaran Administrasi dalam Proses
Rekapitulasi Hasil Pemilu. Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019 Bidang
Evaluasi Aspek Hukum Pemilu. Jurnal Komisi Pemilihan Umum. 2020.
https://journal.kpu.go.id/index.php/ERE/article/view/150.
Meyliza, Tasyah dan Firdaus, Sunny Ummul. Implementasi Kedaulatan
Rakyat dalam Pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Souvereignty: Jurnal Demokrasi
dan Ketahanan Nasional Volume 1, Nomor 1, Tahun 2022.
Milenia, Luh Yossi Shuartini. Peran Hukum Tata Negara (Studi Kasus
Pemilihan Umum di Indonesia). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020.
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JMPPPKn/index.
33

Mulyono, Galih Puji dan Fatoni, Rizal. Demokrasi Sebagai Wujud Nilai-
Nilai Sila Keempat Pancasila dalam Pemilihan Umum Daerah di Indonesia. Jurnal
Pancasila dan Kewarganegaraan, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019.
Mpesau, Alasman. Kewenangan Badan Pengawas Pemilu dalam
Penanganan Pelanggaran Administrasi di Tinjau dari Perspektif Sistem Peradilan
Indonesia. Ausito Comparative Law Journal, Volume 2, Issue 2, 2021.
Nasir, Iqbal. Analisis Hukum Pelanggaran Administrasi Pemilu/Pemilihan.
Jurnal Khazanah Hukum, Volume 2, Nomor 1.
Nasution, Latipah. Pemilu dan Kedaulatan Rakyat. Jurnal Adalah: Buletin
Hukum dan Keadilan. Volume 1 Nomor 9 Tahun 2017.
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/11323/5746
Noviawati, Evi dan Komariah, Mamay. Efektivitas Penyelesaian
Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017. Jurnal Living Law, Volume 11, Nomor 2, 2019.
Nugraha, Munandar. Bawaslu dan Penegakan Hukum Pemilu. Al Wasath
Jurnal Ilmu Hukum Volume 1 Nomor 2 Oktober 2020.
https://journal.unusia.ac.id/index.php/alwasath/article/view/61
P, Sri Hastuti. Pemilu dan Demokrasi Telaah terhadap Prasyarat
Normatif Pemilu. Jurnal Hukum, Nomor 25, Voume 11, Januari 2004.
https://media.neliti.com/media/publications/85238-ID-pemilu-dan-
demokrasi-telaah-terhadap-pra.pdf.
Pardede, Marulak. Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia. Jurnal
Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional Volume 3 Nomor 1, April
2014.
https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/58/52.
Pahlevi, Indah. Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia:
Berbagai Permasalahannya. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik dalam
Negeri dan Hubungan Internasional Volume 2 Nomor 1 Juni 2011.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/286
Pardede, Marulak. Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia. Jurnal
Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 3, Nomor 1, April
2014.
Prasetyoningsih, Nanik. Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi
Pembangunan Demokrasi Indonesia. Jurnal Media Hukum Volume 21 Nomor 2
Desember 2014.
Sabrina, Dian Fitri dan Saad, Muhammad. Keadilan dalam Pemilu
Berdasarkan Sistem Presidensial Treshold. Jurnal Pranata Hukum Volume 3
Nomor 1 Februari 2021.
Sarbaini. Demokratisasi dan Kebebasan Memilih Warga Negara dalam
Pemilihan Umum. Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I, Januari 2015.
https://media.neliti.com/media/publications/43232-ID-demokratisasi-dan-
kebebasan-memilih-warga-negara-dalam-pemilihan-umum.pdf.
Sayuni, Muhammad. Sari, Elidar, dkk. Analisis Prinsip Keadilan Tentang
Syarat Menjadi Anggota Legislatif Bagi Kepala Desa Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20
34

Tahun 2018. Suloh Jurnal Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Volume 9,


Nomor 1, April 2021.
Silaban, Jane Theresia. Yuwanto, dkk. Persepsi Mahasiswa Fisip UNDIP
Terhadap Demokratisasi di Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan 2013.
www.fisipundip.ac.id.
Sonata, Depri Liber. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris:
Karateristik Khas dari Metode Meneliti Hukum. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 8, Nomor 1, Januari – Maret 2014.
Subekti, Tri. Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Umum (Studi
Turn of Voter dalam Pemilihan Umum Kepla Daerah Kabupaten Magetan Tahun
2013). Jurnal Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Volume 1
Nomor 1 Tahun 2014. Hal. 5.
https://www.neliti.com/id/publications/108550/partisipasi-politik-
masyarakat-dalam-pemilihan-umum-studi-turn-of-voter-dalam-pe#cite.
Subiyanto, Achmad Edi. Pemilihan Umum Serentak yang Berintegritas
sebagai Pembaharuan Demokrasi Indonesia. Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor
2, Juni 2020. Doi: https://doi.org/10.31078/jk1726.
Surbakti, Ramlan. Supriyanto, Didik dan Santoso, Topo. 2011. Penanganan
Pelanggaran Pemilu. Jakarta Selatan; Kemitraan Bagi Pembaharuan Tatat
Pemerintahan.
Soreang. Pelanggaran Pemilu dan Penanganannya. Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Bandung. Diposting 26 April 2022. Di akses 8 Januari 2023
pukul 20:04.
https://jdih.kpu.go.id/jabar/bandung/beritadetail6e4d5430525535424a544e
454a544e45.
Syarifudin, Ahmad. Impikasi Adanya Upaya Hukum Terhadap Putusan
Bawaslu tentang Pelanggaran Administartif Pemilu. Jurnal Cepalo, Volume 4,
Nomor 1, Januari-Juni 2020 Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Tan, David. Metode Penelitian Hukum:Mengupas dan Mengulas
Metodologi dalam Menyelenggarakan.Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial,
Volume 8, Nomor 8, 2021. Doi: 10.31604/jips.v8i8.2021.2463-2478.
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index.
Tanjung, Muhammad Anwar. Saraswati, Retno dan Tyesta, Lita.
Rekonseptualisasi Rekruitmen Penyelenggara Pemilu untuk Mewujudkan
Penyelenggara Pemilu yang Berintegritas. Jurnal Arena Hukum Volume 14 Nomor
1 April 2021.
https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2021.01401.9
Triwahyuningsih, Susani. Sistem Demokrasi dalam Pemilihan Umum
Secara Langsung di Indonesia. Legal Standing, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3,
Nomor 2, September 2019.
Runtuhkahu, Novie Kasubag Hukum dan SDM KPU Kota Tammahan.
Peran Partai Politik dan Strategi Pendidikan Pemilih KPU Menuju Pemilu
Serentak 2024 Di posting 9 Juni 2022 oleh Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Komisi Pemilihan Umum (JDIH KPU) Provinsi Sulawesi Utara. Diakses 8
Januari 2023 pukul 15:08 WIB.
35

https://jdih.kpu.go.id/sulut//beritadetail-
4e4d5431525531334a544e454a544e45#:~:text=Penutup%3A%20Sebuah%20Har
apan%20di%20Pemilu%202024&text=Sesuai%20amanat%20UU%20Parpol%2C
%20peran,terkait%20hak%20memilih%20dan%20dipilih.

Tesis :
Mulyadi Ranto Manalu. 2021. “Analisis Penanganan Dugaan
Pelanggaran Kode Etik oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
pada Pemilu Tahun 2019 di Provinsi Riau”. Tesis Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Ricky Oktadinata. 2020. “Penyelesaian Hukum Terhadap Pelanggaran
Administratif pada Tahapan Kampanye Pemilihan Kepala Daerah”. Tesis Program
Magister Hukum Universitas Sriwijaya Palembang.

Website :
Artikel Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu. Pemerintah Kabupaten
Kulon Progo Kapanewon Sentolo. Di akses 7 Januari 2023 pukul 00:58 WIB.
https://sentolo.kulonprogokab.go.id/detil/129/partisipasi-masyarakat-
dalam-pemilu.
Bawaslu Kapubaten Kota Baru. 2019. Profil Sejarah Singkat Bawaslu.
https://kotabaru.bawaslu.go.id/?page_id=28. Diakses 1 November 2022 pukul
10.05 WIB.
Juned. Genius Umar Terima Tahapan Pemilu Serentak 2024 dari KPU
Kota Pariaman. Portal Pemerintah Kota Pariaman.
https://pariamankota.go.id/berita/genius-umar-terima-tahapan-pemilu-
serentak-2024-dari-kpu-kota-
pariaman#:~:text=Seperti%20diketahui%20bersama%2C%20Pemilu%202024,Da
n%20setelah%20itu%2C%20baru%20dilanjutkan. Diposting 25 Juli 2022 dan di
akses 1 November 2022 pukul 10:59 WIB.
Kementerian Hukum dan Hak Asasai Manusia Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan. Artikel Hukum Tata Negara
dan Peraturan Perundang-Undangan; Peran Partai Politik dalam Penyelenggaraan
Pemilu yang Aspiratif fan Demokratis. Di akses 6 Januari 2023 pukul 20:13 WIB.
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=507:peran-partai-politik-dalam-penyelenggaraan-pemilu-yang-
aspiratif-dan-demokratis&catid=100&Itemid=180.

Peraturan perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu);
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Nomor 8 Tahun
2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administartif Pemilihan Umum (Pemilu)
dan Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum (Pemilu) di Mahkamah Agung;
Putusan Nomor : 001/ADM/BWSL/00.00/III/2023 oleh Bawaslu Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai