Hasil Pemantauan
PELANGGARAN NETRALITAS ASN
dalam Pemilu 2019
Kontributor Penulis:
Henny P
Arman
Koordinator Pemantauan:
Nurjanah (Jakarta)
Pius Widyatmoko (Bandung)
Muhammad Syofi’i (Semarang)
Asiswanto Darsono (Surabaya)
Editor:
Maya Rostanty
Tabel 3.1 Perbandingan Fungsi dan Mekanisme Pengawasan oleh KASN dan KY ..................... 29
Tabel 3.2 Jumlah ASN yang Melanggar Netralitas Berdasarkan Provinsi .................................... 31
Daftar Grafik
Grafik 3.1 Jumlah Aduan Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pilkada Serentak ......................... 31
Grafik 3.2 Jumlah Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pilkada selama 2015 - 2018 ................... 33
KY Komisi Yudisial
MA Mahkamah Agung
adalah dalam rangka meningkatkan kontribusi pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42
organisasi masyarakat sipil terhadap upaya Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
penegakan netralitas ASN dan mendukung Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Dalam Pasal 7
Merujuk pada UU ASN, tugas pengawasan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari
ASN yang dilakukan oleh KASN adalah dalam setiap Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan
rangka menegakkan sanksi moral. Dengan berpedoman pada etika dalam bernegara,
demikian, ruang lingkup pemantauan ini dibatasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dalam
pada pelanggaran netralitas ASN yang hanya berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta
mengandung unsur sanksi moral, bukan sanksi terhadap diri sendiri dan sesama Pegawai Negeri
pidana. Sedangkan pelanggaran netralitas ASN Sipil yang diatur dalalam Peraturan Pemerintah
yang mengandung unsur pidana sebagaimana ini.” Kemudian dalam Pasal 11 huruf c dinyatakan
dimaksud dalam Pasal 280 ayat 3 UU Pemilu bahwa etika terhadap diri sendiri salah satunya
menjadi kewenangan Badan Pengawas Pemilu adalah menghindari konflik kepentingan pribadi,
selama, dan sesudah masa kampanye. Kegiatan perundang-undangan tersebut di atas, ruang
sebagaimana dimaksud meliputi pertemuan, lingkup pemantauan pada laporan ini dibatasi
ajakan, imbauan, seruan atau pemberian barang pada beberapa kegiatan sebagaimana diuraikan
kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan dalam tabel berikut ini.
1 ASN memasang Alat Peraga Kampanye 1. ASN memasang APK di rumah dan 1. Foto/Video
(APK) yang mempromosikan dirinya tempat umum yang menunjukkan 2. Kliping/link berita
ataupun orang lain sebagai peserta promosi terhadap dirinya, paslon dan/
Pemilu (pasangan calon capres cawapres, dan partai peserta Pemilu.
calon legislatif, DPD, DPR RI, DPRD
Provinsi, DPRD Kota/Kab, dan Partai 2. ASN menyampaikan dukungan
Politik). terhadap peserta Pemilu dengan
lisan/tulisan dalam acara resmi
kepemerintahan, lokakarya, upacara
(yang terjadi dalam acara yang
melibatkan publik).
3 ASN menghadiri deklarasi dukungan ASN menghadiri acara deklarasi dan 1. Foto/Video.
terhadap calon peserta Pemilu dan memberi dukungan kepada peserta 2. Kliping/link berita.
peserta Pemilu dengan atau tanpa Pemilu dengan atau tanpa menggunakan
menggunakan atribut bakal pasangan atribut peserta Pemilu. 3. Salinan dokumen
calon/atribut partai politik. deklarasi.
Tabel 1.1
Lanjutan
7 ASN terlibat dalam kampanye untuk ASN terlibat aktif pada kegiatan 1. Foto/Video
mendukung peserta pemilu serta kampanye peserta pemilu, memberikan 2. Kliping/link berita.
mengadakan kegiatan yang mengarah orasi, simbol tangan, testimoni atas
kepada keberpihakan. kelebihan atau kekurangan peserta
pemilu.
9 ASN mengajak atau memobilisasi orang 1. ASN mengajak orang lain (staf, siswa, 1. Foto/Video
lain untuk mendukung peserta Pemilu. mahasiswa, guru, dosen) untuk 2. Kliping/link berita.
mendukung salah satu peserta pemilu.
ASN dalam aktivitasnya sehari-hari, termasuk yang dilakukan oleh pemantau selanjutnya dapat
Tabel 1.2
Metode Pemantauan dan Langkah-langkahnya
a. Pemantauan Melalui Media Sosial 1. Pemantau memiliki akun media sosial (whatsapp,
facebook, instagram, twitter, youtube, dll).
Tabel 1.2
Lanjutan
b. Pemantauan Melalui Media Massa 1. Mencari informasi melalui media cetak dan/atau online
Temuan hasil pemantauan kemudian netralitas ASN sebagai bagian dari kode etik
dilaporkan melalui kanal pengaduan www.lapor. dan kode perilaku ASN, pentingnya netralitas
kasn.go.id dan www.lapor.go.id. ASN dalam pelaksanaan Pemilu, dan cara
melakukan pemantauan berdasarkan instrumen
Pemantauan dilakukan oleh PATTIRO bersama pemantauan.
perwakilan organisasi masyarakat sipil di empat
kota, yang seluruhnya berjumlah 80 orang Secara umum, proses pemantauan ini
pemantau. Sebelum melakukan pemantauan, dilakukan dalam dua periode. Periode pertama
PATTIRO bersama KASN memberikan dilakukan mulai awal Maret 2019 hingga hari
pelatihan kepada para pemantau. Materi yang pelaksanaan pemungutan suara pada tanggal 17
disampaikan dalam pelatihan tersebut adalah April 2019, dan periode kedua dilakukan setelah
norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, pemungutan suara hingga akhir Mei 2019.
ASN_PNS
Liked
Like
ked by lorem ipsum dolor sit ame
amett
um dolor
Lorem ipsum dl it amet
sit
10 10 10
Grafik 2.1
Jenis Pelanggaran Netralitas ASN
Mobilisasi Dukungan 4
2
https://tekno.kompas.com/read/2019/02/05/11080097/facebook-jadi-medsos-
paling-digemari-di-indonesia
Tabel 2.1
Bentuk Tindakan Pelanggaran Netralitas ASN
Mobilisasi dukungan • ASN yang berprofesi guru dan dosen mengajak peserta didiknya untuk
memilih pasangan calon Capres/Cawapres.
Memasang alat peraga kampanye ASN memasang stiker dan membagi-bagikan kaos berisi materi kampanye calon
anggota legislatif.
Menghadiri deklarasi dukungan Secara terang-terangan ASN menghadiri acara deklarasi yang digelar oleh
peserta Pemilu pendukung pasangan Capres dan Cawapres, dan memakai atribut yang berisi
gambar pasangan Capres dan Cawapres.
Menjadi peserta pada acara yang Seorang ASN yang bertugas membacakan doa penutup pada acara Dies Natalis
diikuti oleh peserta Pemilu universitas Negeri, yang dihadiri oleh Cawapres menyelipkan doa dukungan
untuk Cawapres dimaksud.
Terlibat dalam kampanye • ASN mendampingi istrinya yang menjadi Caleg pada acara pertemuan kader.
Dilihat dari latar belakang jabatannya, ASN sekolah sebanyak 19 orang. Selebihnya adalah
yang paling banyak melakukan pelanggaran pegawai Kementerian dan Lembaga, pegawai
adalah pegawai pada pemerintah daerah, yakni rumah sakit, Camat/staf kecamatan, Lurah/staf
sebanyak 31 orang. Mereka antara lain terdiri dari kelurahan, dan ada juga peneliti. Sebaran jumlah
staf, Kepala Bidang, hingga Kepala Dinas. Pada pelanggaran ASN berdasarkan jabatannya
urutan kedua adalah dosen/dekan/rektor, yaitu selengkapnya dapat dilihat pada grafik 2.2.
sebanyak 21 orang. Disusul kemudian guru/kepala
Peneliti 1
Lurah/Staf Kelurahan 6
Guru/Kepala Sekolah 19
Dosen/Dekan/Rekan
21
Pegawai Pemda/OPD
31
Camat/Staf Kecamatan
6
Kementerian/Lembaga
4
Memperhatikan posisi jabatan ASN Selain jabatan struktural seperti kepala dinas
yang melakukan pelanggaran sebagaimana sebagaimana tersebut di atas, posisi jabatan
ditampilkan di atas, ada potensi terjadinya fungsional seperti guru dan dosen juga memiliki
mobilisasi dukungan pada peserta Pemilu posisi yang sangat strategis. Dalam temuan
tertentu. Posisi Kepala Dinas misalnya, meskipun kasus di atas, jika jumlah pelanggaran ASN yang
hanya mengunggah dukungannya di media memiliki jabatan guru dan dosen digabung,
sosial, tanpa melakukan ajakan secara langsung, jumlahnya cukup banyak, yakni 40 orang. Dari
memiliki kemungkinan preferensi politiknya 40 kasus tersebut, selain mengunggah status
itu akan diikuti oleh staf di bawahnya. Indikasi bernada kampanye di media sosial, banyak dari
ini tampak pada kasus pelanggaran di Provinsi tenaga pendidik yang menunjukkan preferensi
Banten. Seorang kepala dinas di Pemerintah politiknya di depan kelas ketika mengajar. Bahkan
Kota Cilegon yang mendukung salah satu calon ada yang terang-terangan mengarahkan peserta
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Kepala didik untuk memilih calon tertentu.
dinas ini merasa tergerak untuk mendukung
calon tersebut, karena calon yang bersangkutan Selain kepala dinas dan tenaga pengajar,
merupakan putra sang gubernur. Tak ayal, jabatan lain yang berbasis kewilayahan seperti
unggahan statusnya yang berisi kampanye camat dan lurah juga memiliki potensi untuk
kemudian direspon dalam bentuk dukungan oleh memobilisasi massa, terutama massa di wilayah
para stafnya. Bahkan banyak kepala dinas dan kerjanya. Dengan demikian, seorang ASN yang
para stafnya tersebut kemudian membentuk grup melakukan pelanggaran terhadap netralitas,
yang mengkampanyekan calon DPD tersebut di akan memberikan dampak yang relatif besar
akhirnya memunculkan mobilisasi massa untuk Memperhatikan temuan di atas, tampak bahwa
mendukung calon peserta Pemilu yang menjadi fenomena pelanggaran ASN terhadap netralitas
preferensi ASN bersangkutan. dalam Pemilu tidak hanya terjadi di suatu wilayah
tertentu. Meskipun jumlah ASN yang melakukan
Meskipun pemantauan ini dilakukan oleh pelanggaran terbilang sedikit, namun temuan
jaringan CSO di empat kota, namun lokus ini menunjukkan adanya potensi pelanggaran di
pemantauan dilakukan di seluruh wilayah di wilayah lain. Tidak tertutup kemungkinan, jika
Indonesia. Dari seluruh temuan yang dihasilkan, ditelusuri lebih lanjut, pelanggaran netralitas
mayoritas pelanggaran dilakukan oleh ASN di ASN terjadi di seluruh wilayah di Indonesia.
Jawa Tengah, sebanyak 25 ASN, disusul Jawa
Timur sebanyak 23 orang. Pelanggaran netralitas
ASN juga ditemukan di luar Jawa seperti Aceh,
Tana Toraja, Bukitinggi, dan Mimika. Sebaran
jumlah pelanggaran ASN berdasarkan lokus
dapat dilihat pada grafik 2.3 berikut.
Grafik 2.3
Sebaran Pelanggaran Netralitas ASN Berdasarkan Lokasi
25
23
15
9
7
3 2 2
1 1 1
Jawa Jawa Jawa Banten Sulawesi DKI Lampung Papua Aceh Sumatera Sulawesi
Tengah Timur Barat Tengah Jakarta Barat Selatan
profesionalisme dalam pelayanan publik, Netralitas ASN dalam pelayanan publik ini
sehingga ASN dapat memberikan pelayanan juga tercermin dari kondisi ideal yang sepatutnya
yang cepat, transparan, adil dan tidak memihak tercipta (KASN, 2019), yaitu:
kepada salah satu pihak. Ketidaknetralan akan
1) Tidak melakukan penundaan berlarut
menjadi faktor penghambat pelayanan yang
dalam pelayanan publik karena perbedaan/
adil dan berkualitas, karena ASN akan berusaha
persamaan suku, agama, ras dan adat
mendahulukan kelompok atau afiliasi politiknya
istiadat termasuk pandangan politik atau
dalam menyelenggarakan pelayanan, padahal
alasan lainnya;
sebagai pelayanan publik yang harus dilayani
ASN adalah masyarakat secara umum, tanpa 2) Tidak membeda-bedakan dalam
membedakan asal golongan atau partai politik. memberikan pelayanan publik karena
perbedaan/persamaan suku, agama, ras
Kualitas pelayanan publik di Indonesia sendiri dan adat istiadat termasuk pandangan
masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat. politik atau alasan lainnya;
Laporan masyarakat yang disampaikan kepada
3) Tidak menyalahgunakan wewenang dalam
Ombudsman RI (2018) memperlihatkan bahwa
memberikan pelayanan publik karena
masih banyak terjadi dugaan maladministrasi
perbedaan/persamaan suku, agama, ras
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Tiga
dan adat istiadat termasuk pandangan
terbesar adalah penundaan berlarut sebanyak
politik atau alasan lainnya;
606 laporan (37,02%), penyimpangan prosedur
sebanyak 340 laporan (20,77%) dan tidak 4) Tidak meminta imbalan ketika memberikan
terwujud pelayanan publik yang baik, yaitu persamaan suku, agama, ras dan adat
pelayanan yang dapat memberi kepuasan yang istiadat termasuk pandangan politik atau
pemersatu bangsa. Fungsi ini mulai dijalankan yang berbeda asal, golongan dan partai
tepat pada saat seseorang diangkat sebagai ASN. politiknya yang akan mengakibatkan terjadinya
Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 66 ayat kecemburuan dan keresahan sosial. Bila hal ini
(1) dan (2) UU ASN mengenai sumpah dan janji dibiarkan dan terus berkembang akan memicu
ketika diangkat menjadi PNS, bahwa PNS akan terjadinya konflik antar kelompok masyarakat
senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada dan berpotensi berkembang menjadi disintegrasi
Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah. bangsa, terutama dari kelompok yang merasa
berarti PNS dalam melaksanakan tugasnya pelayanan publik dan perekat pemersatu
tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus bangsa. Begitu pentingnya, sehingga netralitas
obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap merupakan bagian dari nilai/norma dasar dan
netral dan adil dalam melaksanakan kode etik kode perilaku yang harus dijunjung
tugasanya, PNS akan mampu menciptakan tinggi oleh ASN. Hal ini dinyatakan dalam UU
kondisi yang aman, damai, dan tentram di ASN, salah satu nilai/norma dasar yang harus
lingkungan kerjanya dan masyarakat. dijalankan oleh ASN adalah menjalankan tugas
secara profesional dan tidak berpihak (Pasal 4
b. Dalam pemilu, seorang ASN yang aktif
huruf d). UU ASN juga menyatakan juga bahwa
dalam partai politik, atau mencalonkan
salah satu dari kode etik kode perilaku adalah
diri sebagai anggota legislatif (DPR, DPRD
menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan
dan DPD), atau mencalonkan diri sebagai
dalam melaksanakan tugasnya (Pasal 5 ayat 2
kepala daerah, harus mundur atau berhenti
huruf h).
sementara dari statusnya sebagai ASN.
Tuntutan mundur diperlukan agar yang
KASN, sebagai lembaga yang menjalankan
bersangkutan tidak menyalahgunakan
fungsi mengawasi norma/nilai dasar, kode etik
wewenang yang dimilikinya untuk
dan kode perilaku kemudian mendapatkan
kepentingan dirinya dan partai politiknya.
tugas khusus untuk menjaga netralitas ASN.
Kalau PNS sudah terlibat dalam kepentingan
Dalam menjalankan tugas tersebut, KASN
dan tarikan politik praktis, akan sulit bersikap
memiliki kewenangan untuk meminta informasi
netral dan obyektif dalam melaksanakan
baik kepada masyarakat maupun ASN untuk
tugasnya. Situasi ini akan menimbulkan
mendapatkan laporan tentang pelanggaran
ketidak percayaan masyarakat terhadap
norma dasar, kode etik dan kode perilaku.
PNS dan lembaga tempat bernaung.
Berdasarkan laporan tersebut, KASN melakukan
Sementara itu, ASN yang memiliki
pemeriksaan untuk membuktikan benar atau
hak pilih, juga tidak memperlihatkan
tidaknya bukti pelanggaran tersebut. KASN
kecenderungannya terhadap peserta
juga berwenang untuk meminta dokumen atau
pemilu, baik melalui ucapan, tindakan
klarifikasi kepada instansi pemerintah untuk
dan simbol-simbol tertentu. Hak pilih ASN
mendukung proses pembuktian tersebut.
cukup dimanifestasikan dalam bentuk
Setelah menemukan bukti pelanggaran, KASN
memilih (mencoblos) peserta pemilu pada
kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan
saat pemungutan suara.
tersebut kepada PPK untuk ditindaklanjuti.
Tindaklanjut dimaksud adalah pernyataan
3.2. Fungsi KASN sebagai Pengawas tertulis tentang pelanggaran kode etik secara
tertulis sebagaimana diatur dalam PP Nomor 42
Norma Dasar, Kode Etik dan
Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Perilaku ASN Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Dengan demikian,
meskipun fungsi pengawasan dipegang oleh
Sebagaimana telah disampaikan di atas,
KASN, namun kewenangan penetapan sanksi
netralitas ASN merupakan hal yang sangat
bagi ASN yang melanggar berada di tangan PPK.
penting. Sikap keberpihakan ASN akan
UU ASN tidak mengatur lebih lanjut tentang
mengganggu fungsinya sebagai ujung tombak
2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode terhadap KY sebagai pengawas KY. Demikian
Etik PNS. Dalam Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa juga sebaliknya, karena tidak ada penetapan
PPK dapat menetapkan kode etik instansinya. kode etik ASN oleh KASN, secara psikologis
Dari pengaturan ini memungkinan munculnya mempengaruhi ASN untuk tidak terlalu patuh
banyak versi tentang kode etik ASN, tidak seperti kepada KASN.
kode etik dan kode perilaku hakim yang tunggal,
yang ditetapkan oleh KY. Penetapan kode etik Perbandingan antara mekanisme pengawasan
secara terpusat oleh KY ini barangkali yang secara KASN dan KY dapat dilihat dalam matriks berikut:
Tabel 3.1
Perbandingan Fungsi dan Mekanisme Pengawasan oleh KASN dan KY
KASN KY
Dasar Hukum UU Nomor 5 Tahun 2014 • UUD 1945 Pasal 24B ayat 1.
• UU Nomor 22 Tahun 2004 jo UU
Nomor18 Tahun 2011
KASN KY
3.3 Penyelesaian Kasus Netralitas berstatus pejabat politik. Kondisi seperti ini
membuat karier ASN sering dikaitkan dengan
ASN oleh KASN
kepentingan politik PPK. Sementara itu, ASN
Berdasarkan UU ASN, selain bersikap juga harus tetap bersikap netral untuk menjaga
netral, ASN juga dituntut bekerja secara profesionalitasnya dalam menjalankan tugasnya
profesional. Ini artinya, ASN semestinya tidak baik sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan
mudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh dan pemegang kekuasaan dan kewenangan
pihak lain. Sikap ini mesti dipertahankan baik dalam pengelolaan anggaran dan sumber daya
dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam di dalam birokrasi. Hal ini mengakibatkan ASN
perilakunya sehari-hari. Namun karena ketatnya rentan dimanfaatkan oleh pejabat politik untuk
struktur birokrasi, ASN biasanya tak kuasa untuk dapat tetap mempertahankan/mendapatkan
menolak perintah atasannya, termasuk perintah kewenangan dan kekuasaannya.
untuk menyukseskan terpilihnya calon peserta
Posisi dilematis ASN ini mengakibatkan
Pemilu. Pada titik inilah, prinsip netralitas dan
terjadinya pelanggaran asas netralitas dalam
profesionalitas berpotensi lepas dari ASN.
jumlah yang relatif tinggi, yang tercermin dari
Dalam praktiknya, ASN sendiri berada dalam
data pengaduan yang telah dilaporkan ke KASN.
posisi yang dilematis dan terombang ambing
Berikut adalah data pengaduan atas pelanggaran
oleh kepentingan politik. Pegawai ASN diangkat,
netralitas ASN pada saat Pilkada.
ditempatkan, dipindahkan dan diberhentikan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yang
Grafik 3.1
Jumlah Aduan Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pilkada Serentak
507
269
171
Daerah yang
101
melaksanakan Pilkada
55 52
29
0 Jumlah pengaduan
Netralitas
Sumber: Pokja Pengkajian dan Pengembangan Sistem, data per Desember 2018
Tabel 3.2
Jumlah ASN yang Melanggar Netralitas Berdasarkan Provinsi
5 Riau 40 4.06
6 Lampung 40 4.06
9 Jambi 25 2.54
12 NTT 20 2.03
16 NTB 13 1.32
20 Gorontalo 7 0.71
22 Maluku 5 0.51
23 Bali 4 0.41
24 Papua 4 0.41
25 Banten 3 0.30
Sumber: Pokja Pengkajian dan Pengembangan Sistem, diolah dari pokja pengaduan dan penyelidikan - KASN
(Desember 2018)
Bila diakumulasikan sejak tahun 2015 ASN dapat dilihat pada grafik berikut ini.
hingga 2018, maka jumlah pelanggaran netralitas
Grafik 3.2
Jumlah Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pilkada selama 2015-2018
508
54 55
29
Terkait data pengaduan pelanggaran netralitas dalam proses pengumpulan bukti mengenai
ASN, Laporan Tahunan KASN 2018, menyebutkan pelanggaran netralitas ASN tersebut (tempo.co,
bahwa pada tahun 2018, kasus pelanggaran asas 10 Juni 2019. Hingga laporan ini disusun, belum
netralitas yang masuk ke KASN berjumlah 508. diperoleh data mengenai kemajuan penyelesaian
Dari jumlah tersebut, sebanyak 397 kasus sudah pelanggaran netralitas ASN ini oleh KASN.
diselesaikan, dan sisanya 111 masih dalam proses.
Dalam menangani laporan pengaduan
Sementara itu, terkait dengan pemilu serentak pelanggaran netralitas ASN ini, KASN (2019)
yang dilaksanakan pada April 2019, Bawaslu menempuh prosedur sebagai berikut:
merilis 1.096 temuan pelanggaran terkait
netralitas ASN. Terkait hal itu, KASN sedang
Monev KASN
Analisis Kasus
Pelanggaran
berita baik dari koran, majalah, portal tidak terbukti melanggar. Jika terbukti
berita online, sampai kepada informasi melanggar maka akan dilanjutkan dengan
yang datang dari media sosial (berita yang proses pembuatan rekomendasi KASN,
sedang viral) serta kegiatan evaluasi dari namun jika tidak terbukti melanggar maka
Tim Monev yang berkoordinasi dengan Tim kasus akan dihentikan oleh KASN.
Pokja Pengaduan dan Penyelidikan. Selain
itu, sejauh ini KASN juga telah menjalin d. Kesimpulan Sementara: Setelah
b. Analisis Kasus: Setelah pelaporan masuk, berdasarkan peraturan yang berlaku. Setelah
kedudukannya sebagai PPK, kepala daerah Surat Edaran (SE) Menteri PAN-RB Nomor 06/M.
untuk mengangkat atau memberhentikan ASN dan Penegakan Disiplin serta Sanksi bagi ASN
sesuai dengan kepentingan politiknya, yang pada Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan
berdasar pada kewenangannya tersebut. Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota Secara Serentak
Tahun 2017, yang menyatakan bahwa:
Kata Mereka
“Setelah mereka mengetahui laporannya bocor, para pelapor merasa tertekan, dan
menjadi beban. Hal tersebut sangat terlihat ketika meminta ijin akan dilakukan konfirmasi
ke Bawaslu provinsi, pelapor merasa keberatan, karena mungkin saja terjadi kebocoran
lagi”
“Banyak sekali teman saya yang ASN tidak mengetahui bahwa posting, komen dan bahkan
sekeder klik like terhadap postingan berbau kampanye itu melanggar kode etik sebagai
ASN. Karena itu sosialisasi mengenai netralitas ASN ini penting. Selain mengajak para
ASN memahami posisinya sebagai abdi negara, juga mengajak masyarakat turut berperan
mengawasi”
“Saya masih takut kalau melaporkan. Nanti kalau bocor bagaimana dengan keselamatan
diri sendiri?”
“Aksi turun ke jalan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi kami untuk memberikan
edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjaga netralitas ASN bukan saja dalam
memberikan pelayanan publik tapi sangat penting juga dalam pelaksanaan pemilu. ASN
yang netral dan profesional akan mampu memberikan kualitas pelayanan publik yang
tinggi”
Miftah Thoha. 2013. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rina Martini. “Netralitas Birokrasi Pada Pilgub Jateng 2013” dalam Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 14 No. 1
Februari 2015, hal. 66-78.
Riris Katharina. “Reformasi Manajemen Aparatur Sipil Negara: Evaluasi Peran Pejabat Pembina
Kepegawaian dan Komisi Aparatur Sipil Negara” dalam Spirit Publik Volume 13, Nomor 2, Oktober
2018, Halaman 1-16.
Sukri Tamma. “Paradox of Bureaucracy Neutrality in the Indonesia Regional Election” dalam PALITA:
Journal of Social-Religi Research Oktober 2016, Vol.1, No.2, hal. 95-112.
Lembaga Administrasi Negara. “Nasionalisme”, Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan
III. Jakarta, 2015.
“Soal Ribuan Pelanggaran Netralitas ASN, Begini Tindaklanjut KASN”. www.tempo.co, 10 Juni 2019
(diunduh pada 2 Agustus 2019 dari www.tempo.co).
Laporan Tahunan Komisi Aparatur Sipil Negara Tahun 2018, KASN, 2019.
“Terima kasih kepada organisasi PATTIRO, CSO, dan CEGAH yang sudah banyak membantu tugas KASN
dengan informasinya, surveinya, dan studinya. Terimakasih juga telah menyelenggarakan kegiatan
seperti ini, terutama pemantauan netralitas ASN, dan turut serta dalam mensosialisasikan Lapor KASN.”
DR. Ir. Nuraida Mokhsen, MA. Komisioner Pokja pengkajian & pengembangan sistem, KASN.
“Terima kasih untuk semua pendukung acara ini. Mari kita kampanyekan ASN Netral, ASN perekat
pemersatu bangsa. Terima kasih.”
Hardianawati, Direktur Pengawasan dan Pengendalian Bidang Kode Etik, Disiplin, Pemberhentian dan
Pensiun PNS, BKN
“Kami dari Kementerian PAN RB menyampaikan apresiasi kepada PATTIRO yang telah turut melakukan
pengawasan terhadap netralitas ASN. Ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam membantu
tugas pemerintah. Melalui kegiatan ini pula, kami sebagai lembaga pengawas netralitas, yaitu Kemen
PAN RB, Komisi ASN, Badan Kepegawaian Negara, dan Bawaslu dapat bertemu dan berdiskusi untuk
menyamakan persepsi dan merumuskan rekomendasi kebijakan yg efektif untuk mendorong netralitas
ASN di masa mendatang.”