Anda di halaman 1dari 9

Kaidah kaidah Tafsir

KELOMPOK 12
ANGGOTA KELOMPOK

19.2600.045 19.2600.058
RIZKY RAMADHANA MUHAMMAD
ELDYAS
Pengertian Kaidah Tafsir

Kaidah-kaidah tafsir dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah qawa’id al-tafsir,
terdiri dari dua kata yaitu qawa’id dan altafsir. Kata ‫ ﻗﻭﺍﻋﺩ‬merupakan bentuk jamak
dari ‫ ﻗﺎﻋﺩﺓ‬yang berarti undang-undang, peraturan, dan asas. Secara istilah
didefinisikan dengan undanng-undang, sumber, dasar yang digunakan secara umum
yang mencakup semua yang partikular

Kaidah-kaidah tafsir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah ketentuan-


ketentuan atau prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh para ulama untuk
dijadikan pedoman dalam menafsirkan al-Qur’an. Dengan kata lain, sebagai
suatu aturan yang dapat membantu mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an.
Dengan kata lain, sebagai suatu aturan yang dapat membantu mufassir dalam
menafsirkan berbagai ayat yang memiliki sifat dan ciri yang sama.
Hakikat Kaidah Tafsir

Pada hakikatnya " kaidah tafsir " adalah ketetapan-ketetapan yang


membantu seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan-pesan
Al-Quran dan menjelaskan kandungan ayat-ayat yang muskil.
Ketetapan - ketetapan itu merupakan " patokan " bagi mufasir untuk
memahami kandungan dan pesan-pesan Al-Quran. Dalam
penerapannya, aktivitas tersebut memerlukan kejelian dan kehati
hatian, apalagi sebagian dari kaidah yang dijadikan patokan itu dapat
mengandung pengecualian-pengecualian, layaknya kaidah ilmiah apa
pun. Kejelian juga diperlukan karena sebagian dari rumusan kaidah
menghidangkan aneka alternatif yang bahkan bertolak belakang.
Sumber-Sumber Kaidah Tafsir

Secara umum dapat dibagi dalam tiga sumber pokok.

Pertama, disiplin ilmu tertentu, seperti ilmu bahasa (gramatika dan susastra), ilmu
ushul fikih, dan teologi. Kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam disiplin ilmu-ilmu
tersebut banyak dimanfaatkan oleh ulama tafsir dalam menetapkan makna ayat.

Kedua, kaidah yang khusus dibutuhkan oleh penafsir sebelum melangkah masuk ke
dalam penafsiran. Ini antara lain bersumber dari pengamatan terhadap kesalahan-
kesalahan sementara penafsir atau dari kesadaran tentang perlunya mengikat diri agar
tidak terjerumus dalam kesalahan.
Ketiga , kaidah yang ditarik dari dan bersumber langsung dari pengamatan terhadap Al
- Quran , baik yang tidak berkaitan dengan satu disiplin ilmu , maupun yang tidak
sejalan dengan kaidah - kaidah disiplin ilmu lain
Macam-macam Kaidah Tafsir

Secara ringkas kaidah-kaidah ilmu tafsir al-Quran ada lima,


yaitu

 Kaidah yang terkait dengan kebahasaan,


 Kaidah yang terkait dengan hukum,
 Kaidah ilmu-ilmu al-Qur’an,
 Kaidah tauhid, dan
 Kaidah-kaidah tentang pedoman hidup.
Manfaat Kaidah Tafsir

Kaidah tafsir membantu seseorang menarik makna-makna yang dikandung oleh kosakata dan
rangkaian lafaz atau kalimat-kalimat Al-Quran. Bahkan membantu untuk menemukan makna-
makna yang tidak secara lahiriah dikandung oleh kosakata/kalimat Al-Quran sehingga dapat
mengantarnya mengungkap rahasia dan menjelaskan kemuskilan yang boleh jadi timbul dari
ungkapan- ungkapan Al-Quran. Kaidah-kaidah tafsir ibarat alat yang membantu seseorang
menghadapi Al-Quran dan penafsirannya, sehingga pengguna tidak hanya dapat terhindar dari
kesalahan atau dapat membedakan antara penafsiran yang dapat diterima dan penafsiran yang
harusatau hendaknya ditolak. Lebih jauh, kaidah tafsir juga dapat lebih memperkaya pemahaman
dan lebih memperluas wawasan sehingga seseorang dapat memahami dan menoleransi pendapat-
pendapat lain selama sejalan dengan kaidah-kaidah yang ada.
Kaidah yang Disepakati dan Tidak Disepakati

Kaidah-kaidah tafsir banyak dan beragam. Ada yang disepakati dan ada juga yang
tidak disepakati. Hal ini lumrah dan berlaku pula dalam aneka disiplin ilmu. Misalnya,
di kalangan peminat ilmu bahasa Arab sangat populer aneka perbedaan antara mazhab
ulama bahasa yang bermukim di Kufah dan yang bermukim di Bashrah ( keduanya di
Irak ) ; sangat populer juga sekian perbe daan ulama ushul fikih yang bermazhab
Syafi'i dengan ulama - ulama mazhab lainnya. Di sisi lain, bisa saja para ulama sepakat
tentang satu kaidah , tetapi ketika menerapkannya mereka berbeda sehingga kesimpul
an mereka menyangkut pesan atau kandungan ayat berbeda pula. Sebagai contoh ,
kaidah yang menyatakan bahwa jika ada dua ayat yang berbicara tentang satu
persoalan yang sama , tetapi salah sa tunya bersifat muhkam ( jelas maknanya ) dan
yang kedua bersifat mutasyäbih ( samar maknanya ) , maka yang mutasyâbih harus
dipahami berdasar makna yang dikandung oleh yang muhkam
TERIMAH KASIH

ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai