Anda di halaman 1dari 9

ASSALAMUALAIKUM WR. WB.


KELOMPOK 8 :
1. Anisa Diyah
2. Anisa Nurfadila
3. Dewi Tri Arneta
4. M. Alif Fajar K.

LINTAS MINAT : TAFSIR


TAHUN AJARAN 2019/2020
MEMAHAMI KAIDAH-KAIDAH TAFSIR AL-QUR’AN

B. Macam –
A. Pengertian C. Kaidah Tafsir
Macam Kaidah
Kaidah Tafsir Kontemporer
Tafsir
A. PENGERTIAN KAIDAH-KAIDAH TAFSIR
Kaidah-kaidah tafsir, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qawa’id al tafsir. Qawaid
merupakan bentuk jamak dari qaidah yang berarti undang-undang, peraturan dan asas. Secara
istilah didefinisikan dengan undang-undang, sumber, dasar yang digunakan secara umum yang
mencakup semua yang partikular. Adapun kata tafsir secara bahasa berasal dari kata fassara,
yufassiru, tafsiran yang berarti mengungkapkan. Secara istilah tafsir dapat diartikan sebagai alat
atau ilmu pengetahuan dalam memahami petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Berdasarkan penjelasan
tersebut, kaidah-kaidah tafsir dapat diartikan sebagai pedoman dasar yang digunakan secara
umum guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Pengembangan kaidah-
kaidah tafsir telah dilakukan oleh para ulama sejak awal munculnya ulum al-Qur’an. Di antaranya
usaha yang dilakukan oleh Abd ar-Rahman ibn Nasir al-Sa’adi dalam kitabnya al-Qawaid al-Hisan li
Tafsir al-Qur’an. Pembahasan tentang kaidah-kaidah tafsir juga dikaji secara mendalam dalam
kitab-kitab ulum al-Qur’an yang lain , seperti oleh Manna al-Qattan dalam Mabahits Fi Ulum al-
Qur’an dan lain-lain..
B. MACAM-MACAM KAIDAH TAFSIR
1. Kaidah Dasar Tafsir
Kaidah dasar berkaitan dengan penggunaan sumber pokok dalam menafsirkan al-Qur’an
yang meliputi al-Qur’an, Hadis, penjelasan sahabat dan perkataan tabiin. Dalam kaidah dasar
ini seorang mufasir pertama-tama harus kembali kepada al-Qur’an dengan meneliti secara
cermat dalam rangka mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an tentang suatu pokok persoalan.
Kemudian menghubungkan dan memperbandingkan kandungan ayat-ayat yang mengandung
arti mujmal yang diperinci oleh ayat lain. Atau jika pada suatu ayat masalahnya disebut secara
singkat, maka diperluas oleh ayat lain .
2. Kaidah Umum Tafsir
Kaidah khusus yang dimaksudkan di sini adalah seperangkat ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan oleh seorang mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an. Ilmu-ilmu tersebut meliputi ilmu
bahasa Arab, nahwu, sharaf, isytiqaq, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’), ushul fiqh, dan ilmu
qiraat. Ilmu bahasa (linguistik) berfungsi untuk mengetahui kosa kata, konotasi dan konteks al-
Qur’an. Melalui ilmu nahwu (tata bahasa), seorang mufasir akan mengetahui bahwa sebuah makna
akan berubah seiring dengan perubahan i’rab. Dengan ilmu sharah (konyugasi), seorang mufasir
dapat melihat bentuk, asal dan pola (shighat) sebuah kata.
3. Kaidah Khusus Tafsir
Kaidah khusus penafsiran merupakan kaidah yang dibangun berdasarkan perspektif dan
wordview yang dianut oleh berbagai aliran pemikiran Islam. Dalam hal ini warna tafsir menjadi
sangat beragam sesuai dengan perspektif keilmuannya masing-masing.Beberapa perspektif
keilmuan yang berpengaruh dalam penafsiran al-Qur’an di antaranya adalah ilmu kalam, fiqh,
tasawuf, filsafat dan ilmu pengetahuan modern. Pada masing-masing perspektif keilmuan
tersebut juga terdapat berbagai aliran pemikiran yang bermacam-macam. Misalnya adanya
perbedaan kaidah antara tafsir yang dikembangkan Asy’ariyah dan Muktazilah dalam perspertif
teologi. Atau antara tafsir Syafi’iyah dan Hanafiyah dalam perspektif fiqh. Juga antara tafsir
Ghazalian dan Rusydian dalam sudut pandang filsafat. Setiap aliran memiliki perspertif keilmuan
tersendiri berdasarkan paradigmanya masing-masing
C. KAIDAH TAFSIR KONTEMPORER
Tafsir kontemporer dapat dikatakan sebagai konsep penafsiran yang dikembangkan oleh para pemikir
muslim neo-modernisme atau post-modernisme. Modernisme Islam yang tumbuh dan berkembang pada
abad ke-19 memang mampu melahirkan pembaruan pemikiran menuju masyarakat muslim modern. Akan
tetapi di sisi lain modernisme masih memiliki celah konservatisme dalam konsep pemurnian Islam.
Pendekatan konservatif terhadap konsep ini kembali menarik Islam ke arah pemikiran tradisional yang
dikenal dengan istilah puritanisme.
Pada saat umat Islam terjebak pada puritanisme ini muncullah pembaru-pembaru Islam abad ini.
Mereka inilah yang dikenal pemikir Islam kontemporer. Dalam hal penafsiran al-Qur’an, terdapat banyak
variasi tafsir yang ditawarkan. Para pemikir mampu memberikan alternatif penafsiran yang unik. Di antara
para pemikir tersebut adalah Muhammad Shahrur, dan Fazlurrahman.
Berikut ini adalah kaidah khusus tafsir yang dikembangkan oleh keduanya:
Muhammad Shahrur
Muhammad Shahrur mengembangkan metode penafsiran yang disebut dengan intratektualitas dan
paradigma-sintagmatis. Kaidah yang digunakan dalam metode ini adalah sebenarnya adalah kaidah
dasar tafsir yang juga digunakan dalam penafsiran-penafsiran yang lain, yaitu sebagian ayat al-Qur’an
menafsirkan ayat yang lain. Namun yang menjadikannya berbeda adalah analisis yang digunakan.
Analisis pemahaman terhadap sebuah konsep dari suatu teks dilakukan dengan cara mengaitkannya
dengan konsep dari teks-teks lain yang mendekati atau yang berlawanan (paradigmatik).
Fazlur Rahman
Metode tafsir yang dikembangkan oleh Fazlur Rahman dikenal dengan metode gerakan ganda
(double movements). Metode ini sangat terkait dengan kaidah khusus yang dikembangkan oleh Fazlur
Rahman dalam memaknai al-Qur’an. Menurutnya esensi al-Qur’an adalah moral yang menekankan pada
monoteisme dan keadilan sosial. Barawal dari kaidah ini dikembangkanlah metode gerakan ganda
Di samping dua pemikir di atas masih ada sederetan pemikir Islam kontemporer yang mengembangkan
kaidah penafsiran secara unik sesuai dengan perkembangan sosio-historisnya masing-masing. Seperti
Nasr Abu Zaid, Farid Esack, Mohammad Arkoun, Bint Syati’ dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai