Kata kaidah berasal dari bahasa arab, yakni Qaidah.Kata Qaidah at-tafsir
terdiri atas dua kata : qaidah dan at-tafsir. Qaidah merupakan bentuk feminism
(muannats) dari kata qa’id. Secara harfiah, qaidah (baca; kaidah)berarti dasar,
asas, panduan prinsip, peraturan, model, contoh dan cara. Qaidah dalam istilah
para ahli tafsir ialah hukum (aturan) yang bersifat menyeluruh atau umum (kulli)
yang dengan aturan-aturan yang umum itu bisa dikenali (dideteksi) hukum-hukum
yang particular (juz’i).
1 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir. (Bandung: Tafakur, Cet. 3, 2011), hlm.120.
2 M. Alfatih suryadilaga,dkk,metodologi ilmu tafsir,(yogyakarta: teras, cet.3,2010), hlm.54-55.
Dari dua penjelasan diatas, didapatkan 4 komponen yang terlibat
dalam merumuskan kaidah tafsir (termasuk pula dalan proses penafsiran),
yakni :
2. Ruang lingkup kajian dan objek kajian dari qawaid tafsir ?jelaskan!
Pertama, bahasa Arab merupakan syarat mutlak ataupun syarat wajib yang
harus dimiliki oleh setiap mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an. Karena
tidak berhak menafsirkan al-Qur’an tanpa mengetahui bahasa arab. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari berbagai macam karya ulama al-Qur’an
maupun tafsir yang mencantumkan syarat ilmu tersebut kepada mufassir
sebelum menafsirkan al-Qur’an.
Kedua, menurut Quraish Shihab bahasa arab atau ilmu alat adalah salah
satu faktor yang jika tanpanya mengakibatkan kekeliruan dalam
menafsirkan al-Qur’an; yang ia rangkum dalam enam faktor. Seperti
subyektifitas mufassir, kekeliruan dalam metode atau kaidah, sedikitnya
pengetahuan ilmu-ilmu alat, sedikitnya pengetahuan terhadap uraian ayat
maupun kondisi sosial masyarakat, dan tidak mengetahui siapa pembicara
atau mitra dan siapa yang dibicarakan.