Anda di halaman 1dari 4

QAWAID TAFSIR

1. Definisi Qawaid Tafsir

Kata kaidah berasal dari bahasa arab, yakni Qaidah.Kata Qaidah at-tafsir
terdiri atas dua kata : qaidah dan at-tafsir. Qaidah merupakan bentuk feminism
(muannats) dari kata qa’id. Secara harfiah, qaidah (baca; kaidah)berarti dasar,
asas, panduan prinsip, peraturan, model, contoh dan cara. Qaidah dalam istilah
para ahli tafsir ialah hukum (aturan) yang bersifat menyeluruh atau umum (kulli)
yang dengan aturan-aturan yang umum itu bisa dikenali (dideteksi) hukum-hukum
yang particular (juz’i).

Adapun menurut istilah qawaid tafsir secara terminologi adalah hukum-


hukum atau aturan-aturan global yang membawa pada pengambilan kesilmpulan
makna-makna yang terkandung dalam alquran serta pengetahuan tentang
pengambilan manfaat darinya.

Sedangkan kaidah tafsir (qoidah at-tafsir) menurut khalid utsman al sabt


adalah (1) rangkaian aturan bersifat umum (global) yang mengantar (menurun) (2)
seseorang (mufassir) untuk (3) mengistimbath kan makna al-quran dan menggali
cara memperoleh atau (4) menghasilkan pemahaman 1.

M. Alfatih Suryadilaga menyimpulkan dari solusi Abd. Muin Salim yang


mengkombinasikan pendapat al zarkasyi, Zarqani, Muhammad Abduh dan Abd
Al Azhim Ma’ani, serta muhammad al gandur terkait pengertian tafsir tetapi tidak
memberikan pengertian kaidah tafsir. Selanjutnya alfatih suryadilaga mengatakan
bahwa qaidah at-tafsir adalah pedoman-pedoman yang disusun ulama dengan
kajian mendalam guna mendapatkan hasil maksimal dalam memahami makna-
makna alquran, hukum-hukum dan petunjuk yang terkandung didalamnya2

1 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir. (Bandung: Tafakur, Cet. 3, 2011), hlm.120.
2 M. Alfatih suryadilaga,dkk,metodologi ilmu tafsir,(yogyakarta: teras, cet.3,2010), hlm.54-55.
Dari dua penjelasan diatas, didapatkan 4 komponen yang terlibat
dalam merumuskan kaidah tafsir (termasuk pula dalan proses penafsiran),
yakni :

a. Aturan/pedoman, sebagai obyek kajian.

b. Mufassir/ulama, sebagai pelaku/subjek.

c. Menggali makna (istimbath)/kajian mendalam (sungguh), sebagai


proses ijtihad dan sebuah metodologi.

d. Memahami makna alquran sebagai tujuan kajian.

2. Ruang lingkup kajian dan objek kajian dari qawaid tafsir ?jelaskan!

Ruang lingkup kajian nya adalah :

 Mampu menjelaskan qaidah isim-fiil dalam tafsir quran

 Mampu menjelaskan dhomir dan athaf dalam tafsir quran

 Mampu menjelaskan taukid-tarodif dalam tafsir quran

 Mampu menjelaskan mantuq-mafhum dalam tafsir quran

 Mampu menjelaskan qaidah mujmal dan mubayyan dalam tafsir


quran

 Mampu menjelaskan qaidah nash dan mansukh dalam tafsir quran

Objek kajiannya adalah :

 Sejarah, tafsir zaman nabi, sahabat dan tabiin

 Asbabun nuzul dan tempat turun

 Qiraat dan munasabah

 Qawaid tafsir dan qawaid lughah

 Isim dan fiil


 Amr dan nahy

 Dhomir dan athaf

 Taukid dan tarodif

 Mantuq dan mafhum

 Mujmal dan mubayyan

 Nash dan mansukh

3. Apa target terakhir (tujuan) dari mata kuliah qawaid tafsir?

 Perkenalan memahami qaidah tafsir secara umum dan secara


khusus

 Memahami definisi qawaid tafsir, perbedaannya dengan qawaid


lughawi, ruang lingkup kajian, target dan manfaatnya

 Memahami nuzulul quran, tempat turun, ilmu munasabah dan


qiraat

 Tafsir zaman nabi, sahabat, tabiin, dan ulama salaf

 Mengetahui qawaid lughah sarana memahami tafsir alquran

 Isim,fiil, dhomir, athaf, taukid, taradif, qasam, amar, nahy,


annafyu, istifham, aam, khaa, muthlaq, muqayyad, mantuq,
mafhum, tikrar, nash, dan mansukh.

4. Apa hubungan dan perbedaannya qawaid tafsir dan qawaid


lughowi ?

Pertama, bahasa Arab merupakan syarat mutlak ataupun syarat wajib yang
harus dimiliki oleh setiap mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an. Karena
tidak berhak menafsirkan al-Qur’an tanpa mengetahui bahasa arab. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari berbagai macam karya ulama al-Qur’an
maupun tafsir yang mencantumkan syarat ilmu tersebut kepada mufassir
sebelum menafsirkan al-Qur’an.

Sebagaimana Al-Suyuti mensyaratkan 15 macam ilmu, al-Alusy 7 macam


ilmu dan Ustman al-Sabt 8 macam ilmu, yang harus dimiliki oleh para
mufassir salah satunya adalah ilmu bahasa arab mencakup (ilmu nahwu,
Sharf, Balaghah, Istiqaq, dan lain sebagainya)

Kedua, menurut Quraish Shihab bahasa arab atau ilmu alat adalah salah
satu faktor yang jika tanpanya mengakibatkan kekeliruan dalam
menafsirkan al-Qur’an; yang ia rangkum dalam enam faktor. Seperti
subyektifitas mufassir, kekeliruan dalam metode atau kaidah, sedikitnya
pengetahuan ilmu-ilmu alat, sedikitnya pengetahuan terhadap uraian ayat
maupun kondisi sosial masyarakat, dan tidak mengetahui siapa pembicara
atau mitra dan siapa yang dibicarakan.

Anda mungkin juga menyukai