Anda di halaman 1dari 21

DASAR

PEMAHAMAN
PERILAKU
SIKAP
KELOMPOK 3
ANGGOTA :

Sherina 203010216007
Alya Alestia 203010216008
Feryanur Ramadhan 203010216009
Vivie Wulandari 203020216022
Eka Rohma Dhani 203020216023
Sarma Intanida 203020216024
Selomita 203030216037
Tomi Sucipta Pratama 203030216038
Michael Julliam Exel 203030216039
Dewi Natalia 203030216052
Daniel Casvera 203030216053
Evi Anggraini Pasaribu 203030216054
Frandika Kusira AFB 118 029
PENGERTIAN SIKAP MENURUT PARA AHLI

Saifudin Azwar (2010 : 3), sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang
individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-
cara tertentu.

Gerungan (2004 : 160), sikap atau attitude sebagai suatu reaksi pandangan atau perasaan seorang individu
terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang
sama, hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan masing-
masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk perilaku individu terhadap objek.

Sarlito dan Eko (2009: 151), Sikap adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seorang individu
terhadap suatu objek. Objek yang disikapi individu dapat berupa benda, manusia atau informasi. Proses
penilaian seorang terhadap suatu objek dapat berupa penilaian positif dan negatif. Pengertian sikap juga
diuraikan oleh Slameto (1995: 191), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari oleh individu dalam hidupnya.

KESIMPULAN : sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang muncul dari seorang individu
terhadap suatu objek. Sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu perwujudan adanya kesadaran
terhadap lingkunganya.
KOMPONEN SIKAP

Sikap yang ditunjukkan seorang individu terhadap objek, mempunyai struktur yang terdiri dari beberapa
komponen. Saifudin Azwar (2010: 23-28) menjelaskan komponen dalam struktur sikap yaitu :

• Komponen Kognitif (Cognitive)


yaitu suatu kepercayaan dan pemahaman seorang individu pada suatu objek melalui proses melihat,
mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan pemahaman yang terbentuk memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai objek tersebut.
• Komponen Afektif (Affective)
yaitu komponen yang berhubungan dengan permasalahan emosional subjektif individu terhadap sesuatu.
• Komponen Perilaku atau Konatif (Conative)
yaitu kecenderungan berperilaku seorang individu terhadap objek yang dihadapinya.
Sikap individu perlu diketahui arahnya, negatif atau positif. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari
komponen-komponen yang muncul dari seorang insdividu. Sarlito dan Eko (2009 : 154) juga menjelaskan
bahwa sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu :

• Komponen Kognitif
Berisi pemikiran dan ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap, misalnya meliputi penilaian, keyakinan,
kesan, atribusi, dan tanggapan mengenai objek sikap.
• Komponen Afektif
Meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Komponen afektif pada sikap seseorang
dapat dilihat dari perasaan suka, tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
• Komponen Konatif
Dapat dilihat melalui respon subjek yang berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati.

KESIMPULAN KOMPONEN SIKAP : Komponen sikap mencakup tiga aspek yaitu, komponen kognitif, afektif
dan konatif. Komponen kognitif berupa pemahaman, pengetahuan, pandangan dan keyakinan seseorang
terhadap objek sikap. Komponen afektif yaitu perasaan senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Komponen konatif yaitu kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang menunjukan intensitas sikap
yaitu besar kecilnya intensitas bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
PEMBENTUKAN SIKAP

Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan. Sikap manusia terbentuk melalui proses
sosial yang terjadi selama hidupnya, dimana individu mendapatkan informasi dan pengalaman
Saifudin Azwar (2010: 31-38) menguraikan faktor pembentuk sikap yaitu pengalaman yang kuat, pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama, dan pengaruh faktor emosional.

Sarlito dan Eko (2009: 152-154) juga menjelaskan mengenai pembentukan sikap, yaitu :

• Pengondisian Klasik
Terjadi ketika suatu stimulus atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga
rangsangan yang pertama akan menjadi isyarat bagi rangsangan yang kedua.
• Pengondisian Instrumental
Apabila proses belajar yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka perilaku
tersebut akan diulang kembali, namun sebaliknya apabila perilaku mendatangkan hasil yang buruk maka
perilaku tersebut akan dihindari.
• Belajar melalui Pengamatan (Observasi)
Berlangsung dengan cara mengamati orang lain, kemudian dilakukan kegiatan serupa.
• Perbandingan Sosial
Membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau
salah.
PEMBENTUKAN SIKAP

Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan sekitarnya melalui
proses yang kompleks. Gerungan (2004: 166-173) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap seorang individu, yaitu :

• Faktor internal
Pemilihan terhadap objek yang akan disikapi oleh individu, tidak semua objek yang ada
disekitarnya itu disikapi. Objek yang disikapi secara mendalam adalah objek yang sudah melekat dalam
diri individu. Individu sebelumnya sudah mendapatkan informasi dan pengalaman mengenai objek, atau
objek tersebut merupakan sesuatu yang dibutuhkan, diinginkan atau disenangi oleh individu kemudian hal
tersebut dapat menentukan sikap yang muncul, positif maupun negatif.

• Faktor Eksternal
 Interaksi Kelompok
 Komunikasi

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman terhadap sesuatu yang memberikan kesan menyenangkan atau baik
akan membentuk sikap yang positif, pengalaman yang kurang menyenangkan akan membentuk sikap negatif.
PERUBAHAN SIKAP
Perubahan sikap timbul ketika seseorang berubah pikiran dari positif menjadi negatif, dari sedikit positif
menjadi sangat positif atau dari tidak menentukan sikap hingga memilikinya.
Proses perubahan sikap dalam psikologi sosial bisa terjadi melalui beberapa pendekatan, antara lain
dengan pendekatan proses ganda. Proses ganda ini terjadi ketika seseorang melakukan :

• Proses Rendah Upaya


Perubahan sikap dalam psikologi sosial bisa terjadi ketika faktor-faktor yang memotivasi
seseorang untuk berpikir rendah dan melakukan proses usaha rendah. Proses rendah upaya ini terbagi
lagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
 Pengkondisian Klasik
Salah satu cara untuk menghasilkan perubahan sikap dalam psikologi sosial dengan berulang kali
mengasosiasikan objek sikap yang awalnya netral dengan stimulus lain yang sudah bermakna positif
atau negatif.
 Priming Afektif
Dalam proses ini melibatkan dua jenis rangsangan yang ditemui tepat sebelum menemukan objek
sikap baru dan tidak menemukan dengan cara mengikutinya. Reaksi terhadap stimulus positif atau
negatif ini akan menghasilkan perubahan sikap dalam psikologi sosial.
PERUBAHAN SIKAP
 Paparan yang Lebih
Paparan berulang terhadap suatu objek sikap yang pada akhirnya akan menghasilkan
perubahan sikap, misalnya dari positif menjadi negatif dan sebaliknya. Efeknya paling kuat
terjadi ketika objek diulang diluar kesadaran.
 Keseimbangan
Satu proses inferensial untuk perubahan perilaku melibatkan keseimbangan kognitif, yang
dicapai ketika orang – orang setuju dengan apa yang mereka sukai dan tidak setuju pada apa
yang tidak disukai.
 Atribusi
Pada tingkat yang paling umum, atribusi terkait dengan kesimpulan yang dibuat seseorang
mengenai dirinya sendiri dan orang lain setelah melihat perilaku dan situasi dimana terjadinya
hal tersebut.
 Heuristik
Aturan mengenai keputusan sederhana yang didasarkan pada pengalaman atau pengamatan
yang dilakukan sebelumnya. Aturan sederhana ini dapat digunakan untuk membentuk evaluasi
ketika motivasi dan kemampuan berpikir yang ada berada dalam tahap rendah.
PERUBAHAN SIKAP
• Proses Upaya Tinggi

Proses ini membutuhkan penggunaan sumber daya mental yang lebih besar
sehingga disebut upaya tinggi.
 Respons Kognitif
Sikap orang yang berubah melalui upaya kognitif tinggi menghasilkan beberapa aspek yang
penting untuk dipertimbangkan. Tanggapan secara kognitif terhadap suatu objek sikap dan
pesan persuasi jenis apapun yang diterima oleh topik tertentu.
 Proses Nilai – Harapan
Semakin besar kemungkinan suatu objek sikap dihubungkan dengan konsekuensi positif maka
sikap yang dihasilkan semakin positif.
 Proses Disonansi
Teori disonansi kognitif menyatakan bahwa orang mendapatkan motivasi agar dapat memiliki
sikap yang konsisten. Rata-rata orang yang mengalami ini akan merasakan peningkatan detak
jantung, telapak tangan yang berkeringat, dan lain sebagainya.
PERUBAHAN SIKAP DALAM PSIKOLOGI

Incongruent Change Congruent Change Education

Perubahan sikap Perubahan sikap Perubahan dari


yang yang tandanya perilaku yang
bertentangan dan melalui arah dilakukan melalui
ditandai dengan perubahan yang proses
perbedaan dari sejalan dengan pembelajaran
sikap semula sikap semula, sejak pemberian
atau berupa sikap informasi.
yang menguatkan
sikap awalnya
FUNGSI SIKAP
Dikatakan bahwa bagi individu, sikap mempunyai 4 fungsi penting (Katz, 1960), yaitu :

• Utilitarian function
Sebagai penyesuaian sosial dan membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat.
• Knowledge function
Membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam-
macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu
memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan
pengetahuan.
• Value-expressive function
Mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.
• Ego defensive function
Melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi, dan sebagainya dalam rangka mempertahankan
diri. Sikap ini mencerminkan kepribadian individu yang bersangkutan dan masalah-masalah yang
belum mendapatkan penyelesaian secara tuntas sehingga individu berusaha
mempertahankan dirinya secara tidak wajar karena ia merasa takut kehilangan statusnya
(Brigham, 1991).
PENGALAMAN
PRIBADI SUMBER PENGAMATAN

SIKAP

FAKTOR PROSES
SOSIAL BELAJAR
PENGUKURAN SIKAP
Variasi Hasil Pengukuran
Variasi hasil pengukuran tidak hanya ditimbulkan karena alat ukur yang digunakan, tetapi juga
dapat bersumber pada faktor lain, yaitu :
 Keadaan Objek yang Diukur
Merupakan hal yang ideal bila hasil pengukuran yang diperoleh benar-benar mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya dari objek yang diukur. Apakah suatu alat ukur dapat denga tepat mengukur atau
mengungkap apa yang ingin diungkap atau ingin diukur, hal ini berkaitan dengan validitas alat ukur.
 Situasi Pengukuran
Pengukuran sesuatu dalam situasi yang berbeda, juga dapat menimbulkan hasil pengukuran yang
berbeda. Demikian pula mengukur sikap seseorang dalam situasi yang berbeda, dapat menghasilkan
hasil pengukuran yang berbeda pula.
 Alat Ukur yang Digunakan
Bila butir-butir dalam alat ukur tersebut kurang atau tidak baik, maka hasil pengukurannya juga kurang
baik. Karena itu untuk mendapatkan alat ukur yang baik, maka dalam menyusun butir-butir dalam alat
ukur tersebut harus dipilih butir-butir yang baik pula.
PENGUKURAN SIKAP
Variasi Hasil Pengukuran

 Penyelenggaraan Pengukuran
Cara menyelenggarakan pengukuran juga dapat menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda. Misal
administrasi pengukuran yang tidak tetap dapat menyebabkan perbedaan hasil pengukuran. Karena itu,
dalam pengukuran administrasi pengukuran juga telah dibakukan. Demikian pula jika seorang pengukur
kurang menguasai alat ukur yang digunakan, maka hasil pengukuran akan berbeda.

 Pembacaan atau Penilaian Hasil Pengukuran


Bila seorang pengukur tidak dalam kondisi sehat baik secara fisik maupun psikis maka seharusnya tidak
disarankan memberikan penilaian atau skoring. Misalnya jika seorang pengukur atau tester sedang
lelah atau mengantuk, maka konsentrasinya akan berkurang dan hal ini sangat berpengaruh terhadap
hasil skoring.
PENGUKURAN SIKAP
Alat Ukur yang Baik
Alat ukur dapat dinyatakan baik bila alat ukur tersebut valid dan reliabel. Validitas, dalam
pengertiannya yang paling umum, adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi
ukurnya. Artinya, sejauh mana alat ukur itu mampu mengukur atribut yang ia rancang untuk
mengukurnya. Alat ukur yang hanya mampu mengungkap sebagian dari atribut yang seharusnya atau
justru mengukur atribut lain, dikatakan sebagai alat ukur yang tidak valid. Karena validitas sangat erat
berkaitan dengan tujuan ukur, maka setiap alat ukur hanya dapat menghasilkan data yang valid untuk
satu tujuan ukur pula. Validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap alat ukur.
Apakah suatu alat ukur berguna atau tidak sangat ditentukan oleh tingkat validitasnya. Oleh karena itu,
sejak tahap awal perancangan alat ukur sampai dengan tahap administrasi dan pemberian skornya,
usaha-usaha untuk menegakkan validitas harus selalu dilakukan. Dalam rangka itulah perancang perlu
mengenali beberapa faktor yang dapat mengancam validitas alat ukur. Suatu alat yang baik juga harus
reliabel atau andal, artinya alat tersebut harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tetap atau
stabil. Persoalan yang menyangkut reliabilitas alat ukur adalah menyangkut persoalan kestabilan hasil
pengukuran.
PENGUKURAN SIKAP
Pengukuran Sikap Secara Langsung tak Berstruktur

Pengukuran sikap langsung tak berstruktur ini merupakan cara pengukuran sikap yang cukup
sederhana, dalam arti tidak diperlukan persiapan yang cukup mendalam guna mengadakan pengukuran
sikap tersebut bila dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Misal untuk mengetahui sikap sementara
penduduk terhadap masalah kesehatan dengan cara mengadakan observasi di lapangan, ataupun
dengan wawancara. Berdasarkan hasil observasi ataupun wawancara tersebut kemudian ditarik
kesimpulan tentang bagaimana sikap penduduk terhadap kesehatan.
PENGUKURAN SIKAP
Pengukuran Sikap Secara Langsung yang Berstruktur

Pengukuran Sikap Model Thurstone

Apabila kita menghendaki jenis data satu tingkat lebih tinggi atau data interval maka kita dapat
menggunakan skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal appearing interval.

Ada beberapa langkah awal yang harus dilakukan, seperti :


• penetapan tujuan atau kawasan ukur,
• melakukan pendefinisian secara konseptual,
• menyusun definisi operasional,
• mengidentifikasi indikator perilaku,
• membuat blue print alat ukur, dan
• penyusunan item-item per indikator yang juga disusun dengan
item favorable dan unfavorable sebanyak mungkin.
PENGUKURAN SIKAP
Pengukuran Sikap Secara Langsung yang Berstruktur

Pengukuran sikap model Likert

Model skala Likert paling banyak digunakan untuk pengukuran perilaku. Skala yang terdiri dari
pernyataan dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-lambat, baik-buruk dan
sebagainya. (tergantung dari tujuan pengukuran). C. Bird menyebutnya sebagai Method of Sumated
Ratings.
Skala ini biasanya digunakan untuk beberapa alasan, yaitu :
• menggambarkan secara kasar posisi individu dalam kelompoknya (posisi relatif),
• ingin membandingkan skor subyek dengan kelompok normatifnya, dan
• Ingin menyusun skala pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai