Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI SEPULUH PILAR UTAMA DEMOKRASI

PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK

OLEH

KELOMPOK IV
1. AHMAD FADLI RAMADHAN (I011201091)
2. MUHAMMAD YASSIR ANAS (I011201098)
3. NUR HAJAR (I011201105)
4. NURAULIA ZHAFIRAH (I011201119)
5. NURMISRAH (I011201084)
6. SYAHRUL RAMADHAN SYUKRI HB (I011201112)

PETERNAKAN C FAKULTAS PETERNAKAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Implementasi Sepuluh Pilar Utama Demokrasi Pancasila
dalam Bidang Politik”. Tersusunnya karya ilmiah ini tentunya tidak lepas dari peran serta
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan
ihklas kepada semua pihak.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-
kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang
selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam
karya ilmiah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon
dimaafkan.

Makassar, 6 Mei 2021

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................2
Implementasi Sepuluh Pilar Utama Demokrasi Pancasila dalam Bidang Politik............2
1. Demokrasi Yang Berketuhanan Yang Maha Esa.......................................................2
2. Demokrasi dengan Kecerdasan..................................................................................3
3. Demokrasi dengan Berkedaulatan Rakyat .................................................................3
4. Demokrasi dengan Rule Of Law................................................................................4
5. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan ................................................................6
6. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia .....................................................................7
7. Demokrasi dengan Peradilan Yang Merdeka ............................................................8
8. Demokrasi dengan Otonomi Daerah..........................................................................8
9. Demokrasi dengan Kemakmuran...............................................................................9
10. Demokrasi Yang Berkeadilan Sosial .........................................................................9
BAB III PENUTUP .........................................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................................11
B. Saran ..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat merumuskan UUD 1945, para pendiri negara (founding parents) telah
memikirkan secara mendalam mengenai bentuk dan hubungan yang ingin dibangun
antara negara dan agama di Indonesia. Mereka ingin negara Indonesia dibangun
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan seperti yang terkandung dalam Pembukaan dan
pasal-pasal UUD 1945. Indonesia dengan masyarakatnya yang majemuk, diperlukan
sikap saling menghormati dan mengedepankan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat, khususnya dalam kerukunan hidup atar umat beragama.
Hampir semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari
keabsahan politik. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena
masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Hal tersebut tidaklah
berlebihan, sebab sebagai suatu sistem, demokrasi telah dijadikan alternatif dalam
berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada hampir
sebagian besar negara di dunia. Dipilihnya demokrasi sebagai sistem kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena dua alasan. Pertama, hampir semua
negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental, dan
kedua demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi
peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya.
Indonesia sudah menjadikan demokrasi sebagai sistem politik, masyarakat
bebas berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih langsung atau memilih
sendiri pemimpinnya. Diperbolehkannya jalur independen atau calon perseorangan di
luar jalur politik mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) turut
meramaikan kehidupan demokrasi di Indonesia. Negara kita menerapkan demokrasi
Pancasila dimana demokrasi yang dilandasi nilai-nilai pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kesepuluh pilar utama demokrasi Pancasila dalam
bidang politik
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui implementasi kesepuluh pilar utama demokrasi Pancasila
dalam bidang politik

1
BAB II
PEMBAHASAN
Implementasi Sepuluh Pilar Utama Demokrasi Pancasila dalam Bidang Politik
Demokrasi merupakan sistem politik yang saat ini digunakan oleh hampir
seluruh bangsa dan negara di dunia. Sistem politik demokrasi bukan hanya digunakan
oleh negara-negara liberal yang memang menjunjung kebebasan tetapi ternyata sistem
politik demokrasi digunakan juga oleh negara-negara berfaham komunis yang
menjunjung kebersamaan atau kolektivitas. Negara komunis menyebut demokrasi
yang mereka gunakan adalah demokrasi proletar atau demokrasi rakyat. Berbeda
dengan negara kita Indonesia yang menganut sistem politik demokrasi pancasila,
dimana nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi harus dilandasi oleh nilai-nilai
pancasila. Dalam demokrasi pancasila selain dilandasi nilai-nilai pancasila, terdapat
sepuluh pilar utama demokrasi Pancasila yang diamanatkan oleh para pendiri bangsa
(faunding fathers).
1. Demokrasi Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Dalam hal ini demokrasi hendaknya mampu dijalankan sesuai dengan nilai-
nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga seluk-beluk
sistem dan perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan bisa direalisasikan
dengan asas yang semestinya dijalankan. Dengan adanya demokrasi yang
berketuhanan Yang Maha Esa berarti Indonesia sangat memberikan toleransinya
kepada masyarakat Indonesia untuk memeluk agama dan kepercayaanya masing-
masing. Contoh penerapan dalam kehidupan terkait dengan demokrasi
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam bidang politik antara lain:
a. Pemerintah menerima segala aspirasi rakyat dan segenap perilaku rakyat demi
mewujudkan cita-cita dan tujuan negara tanpa memandang latar belakang
yang berbeda khususnya keberagaman agama dan kepercayaan.
b. Menerima berbagai pendapat dan masukan yang diberikan oleh rakyat yang
mempunyai keberagamn agama dalam proses musyawarah untuk mencapai
mufakat tanpa menghilangkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
mampu menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan berpartisipasi
dalam kehidupan demokrasi.

2
2. Demokrasi dengan Kecerdasan
Contoh penerapan dalam kehidupan terkait dengan demokrasi berdasarkan
kecerdasan adalah kecerdasan menggunakan hak suara, andil (ikut serta), dan
berkompetisi dalam berpolitik. Kecerdasan demokrasi mencakup seluruh aspek
dari demokrasi yakni Rakyat, Pemerintah dan Sistem Negara. Tingkat realisasi
dan spesifikasi sikap dari kecerdasan ini terletak pada dimana anda di tempatkan.
Demokrasi ini menuntut untuk mendapatkan kecerdasan rohaniyah, aqliyah,
emosional, dan rasional. Karena demokrasi tidak diselenggarakan dengan otot
atau kekuatan dan naluri tetapi lewat aturan dan penyelenggaraan demokrasinya
menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Demokrasi dengan kecerdasan telah diterapkan di Indonesia contohnya yaitu
pemilihan pejabat dengan melakukan pemilu sehingga dapat mengurangi tingkat
kecurangan bila terjadi, pembuatan dan penetapan Undang-Undang dilaksanakan
terbuka dan tanpa saling adu kekuatan otot, memproses secara hukum segala
tindak kriminal sehingga tidak menggunakan cara kekerasan jadi Indonesia bisa
dikatakan melakukan demokrasi dengan kecerdasan.
3. Demokrasi dengan Berkedaulatan Rakyat
Demokrasi pancasila kekuasaan tertinggi ada pada tangan rakyat, jadi
prinsipnya rakyatlah yang memiliki kedaulatan. Kedaulatan rakyat ini dibatasi dan
dipercayakan kepada wakil rakyat, yaitu MPR (DPR/DPD) dan DPRD. Suara
rakyat dapat ditampung pada satu wadah, untuk kemudian disampaikan secara
jelas dan tepat melalui wakil rakyat. Kedaulatan rakyat merupakan kedaulatan
yang menggambarkan suatu sistem kekuasaan dalam sebuah negara yang
menghendaki kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Kedaulatan rakyat
merupakan cara untuk memecahkan masalah berdasarkan sistem tertentu yang
memenuhi kehendak umum yang tidak hanya ditunjukkan kepada hal terkait
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan peradilan, tetapi juga kekuasaan
dalam pembentukan peraturan.
Demokrasi yang berkedalutan rakyat sudah di terapkan di Indonesia,
sebagaimana telah di sebutkan dalam:
a. Alenia keempat pembukaan UUD 1945 yang menyatakan "..negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat..." kalimat ini secara tegas menyatakan
bahwa negara indonesia menganut prinsip kedaulatan rakyat.

3
b. Pancasila sila keempat, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, dengan sila ini berarti
adanya pengakuan bangsa indonesia bahwa asas kerakyatan atau kedaulatan
rakyat merupakan asas dalam bernegara.
c. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: "Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar".
Demokrasi yang berkedaulatan rakyat cocok digunakan di Indonesia, karena
demokrasi ini menjadi dasar filsafat dan ideologi bangsa dan negara Indonesia
sehingga demokrasi ini memiliki sistem dari rakyat maka rakyat memiliki
kekuasaan tertinggi oleh rakyat dan untuk rakyat dalam pemerintahan, biasanya
rakyat menyampaikan aspirasinya melalui wakil-wakil rakyat di lembaga
pemerintahan. Demokrasi ini pun sangat memerlukan rakyat yang komplemen,
mendukung, serta terlibat dalam pembangunan suatu negara demi terciptanya
kemakmuran dan kesejahteraan negara Indonesia.
4. Demokrasi dengan Rule Of Law
Demokrasi dengan rule of law menjamin kepastian hukum, memberikan
keadilan hukum, melindungi dan mengembangkan kebenaran hukum, serta
mengembangkan kepentingan hukum atas dasar kekuasaan negara. Prinsip umum
dari demokrasi rule of law yaitu kebebasan diakui dan diterima oleh semua warga
negara. Keterlibatan warga negara mengenai pembuatan keputusan politik.
Kesamaan hak diantara sesama warga dalam menentukan haknya dalam
pemilihan umum.
 Syarat dasar Rule of Law dalam negara demokrasi
Hubungan demokrasi dengan rule of law lainnya berkaitan dengan adanya
beberapa syarat rule of law dalam masyarakat Indonesia yang memiliki dasar
negara demokrasi terselengara dengan prinsip hukum rule of law yang
diantaranya sebagai berikut ini.
1. Perlindungan konstitusional yang jelas
2. Independensi badan kehakiman
3. Pelaksanaan pemilihan umum secara terbuka yang dapat diikuti oleh
seluruh warga negara yang memenuhi syarat
4. Kebebasan untuk menyuarakan pendapat baik secara terbuka maupun
tertutup yang dilindungi oleh Undang-Undang

4
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi/dan tidak adanya larangan untuk
menjadi oposisi dan pemerintahan
6. Adanya pendidikan kewarganegaraan bagi warga negaranya yang diatur
dalam kurikulum.
Ulasan mengenai bahwa rule of law dilaksanakan di Indonesia yang
dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
1. Penerapan hukum di Indonesia
Dalam perkembangan dan sejarahnya, hukum di Indonesia tidak
sepenuhnya menganut pada sistem rechstaat yang artinya kepastian hukum
sebagai sendi utama namun juga ada unsur dan ciri-ciri rule of law atau
asas keteradilan dalam penerapan penegakan hukumnya yang disebut
sebagai negara hukum Pancasila. Dalam amandemen UUD 1945,
disebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Nilai-nilai Pancasila
menjadi dasar negara yang juga berkaitan dengan penegakan hukum.
2. Prinsip hukum rule of law di Indonesia
Ada tiga landasan prinsip yang dilaksanakan dalam sebuah negara
hukum diantaranya seperti kesetaraan di depan hukum yang diwujudkan
dengan jaminan perlindungan hak asasi manusia, supremasi hukum yang
terlihat dari kekuasaan kehakiman dan peradilan yang merdeka, serta
penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak menentang hukum itu
sendiri yang diwujudkan dalam legalitas hukum dalam segala bentknya.
3. Impelmentasi rule of law dalam pemerintahan
Beberapa contoh bentuk penerapan prinsip-prinsip rule of law yang
diimplementasikan sebagai perkembangan rule of law yang ada di negara
Indonesia diantaranya seperti:
- Adanya pemilihan umum secara langsung yang sudah dilaksanakan
sejak lama di Indonesia
- Setiap aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus ada Undang-
Undang yang menaunginya atau disebut dengan peraturan perundang
undangan
- Adanya lembaga lembaga negara untuk melegalitaskan hukum seperti
Polisi, KPK, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, lembaga
legislatif dengan tugas dan wewenang DPR serta beberapa lembaga
lainnya

5
- Setiap warga negara Indonesia memiliki kebebasan untuk berserikat
maupun menyatakan pendapat.
5. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan
Demokrasi pancasila menurut UUD 1945 ini mengalami pembagian dan
pemisahan kekuasaan (division division and seperation eperation of power )
dengan sistem pengawasan dan perimbangan (check and balance). Hal ini
dilakukan untuk menghindari penyelewengan kekuasaan yang bisa mengakibatkan
kerugian pada pemerintahan dan juga rakyat. Pemisahan kekuasaan juga disebut
dengan istilah trias politica yaitu sebuah ide bahwa sebuah pemerintahan berdaulat
harus dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas, mencegah satu
orang bebas, mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu
banyak. Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami
pergeseran setelah terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara
yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif dan
yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu:
a. Kekuasaan konstitutif (MPR)
Kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang yang
dimiliki oleh MPR. Hal ini diatur pada Pasal 3 ayat (1) UUD 45 yang
menyatakan “Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.”
b. Kekuasaan eksekutif (Presiden)
Kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggraan
pemerintahan negara. Ini tertuan pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945: “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.”
c. Kekuasaan legislatif (DPR)
Kekuasaan untuk membentuk undang-undang, sesuai pasal 20 ayat (1)
UUD 1945 yang menyatakan: “DPR memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.”
d. Kekuasaan yudikatif (MA dan MK)
Kekuasaan yudikatif atau kehakiman, menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan

6
yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”
e. Kekuasaan eksaminatif/inspektif (BPK)
Kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Pasal 23 E ayat (1)
UUD 1945 menyatakan: “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri.”
f. Kekuasaan moneter (BI)
Kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku
bank sentral di Indonesia. Pasal 23D UUD 1945: “negara memiliki suatu bank
sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
indepedensinya diatur dalam undang-undang.”
6. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia
Demokrasi yang mengakui HAM memiliki tujuan untuk menghormati hak
setiap rakyat Indonesia untuk bisa meningkatkan kualitas hidup dengan
menjunjung derajat manusia seutuhnya dan meningkatkan martabat. Isi Pasal 28 A
sampai dengan Pasal 28 J UUD 1945 hasil amandemen kedua, Ketetapan MPR
No. XVII/MPR/1998 tentang Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Undang-U
Manusia dan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pada intinya adalah sama yaitu berisi pengakuan dan jaminan akan hak asasi
manusia bagi masyarakat Indonesia.
a. Hak untuk hidup
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
c. Hak mengembangkan diri
d. Hak memperoleh keadilan
e. Hak atas kebebasan pribadi
f. Hak atas rasa aman
g. Hak atas kesejahteraan
h. Hak turut serta dalam pemerintahan
i. Hak wanita

7
j. Hak anak
k. Kewajiban dasar manusia
7. Demokrasi dengan Peradilan Yang Merdeka
Demokrasi Pancasila berarti menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan
yang independen atau merdeka dengan memberi kesempatan seluasnya kepada
pihak yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang paling
adil. Demokrasi ini membebaskan mahkamah agung beserta dengan hakim
menjalankan tugas yang diembannya dengan memberikan peluang yang seluas-
luasnya kepada badan pemerintah seperti pengadilan untuk mencari dan
menemukan hukum seadil-adilnya. Sistem demokrasi di Indonesia belum dapat
dikatakan merdeka seutuhnya, sebab kondisi peradilan di Indonesia semakin
memprihatinkan dan reformasi peradilan yang yang diharapkan tidak
membuahkan hasil sebab kekuasaan kehakiman Indonesia masih belum merdeka
dari suap atau yang dimaksud ialah KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) sehingga
timbul rasa ketidakpercayaan di hati rakyat.
8. Demokrasi dengan Otonomi Daerah
Demokrasi dengan otonomi daerah artinya otonomi daerah merupakan
pembatasan terhadap kekuasaan negara, khususnya kekuasaan legislatif dan
eksekutif di tingkat pusat dan lebih khusus lagi pembatasan atas kekuasaan
Presiden. UUD 1945 secara jelas memerintahkan pembentukan daerah-daerah
otonom pada provinsi dan kabupaten atau kota. Urusan pemerintahan diserahkan
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Dengan peraturan pemerintah, daerah-
daerah otonom dibangun dan disiapkan untuk mampu mengatur dan
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya
sendiri. Demokrasi ini telah diterapkan di Indonesia dan keberadaan demokrasi ini
sangat penting karna keberhasilan pembangunan daerah sangat bergantung pada
pelaksanaan desentralisasi yang baik dan benar, salah satu keuntungannya adalah
pemerintah lebih cepat, dengan demikian prioritas pembangunan dan kualitas
pelayanan masyarakat diharapkan lebih mencerminkan kebutuhan nyata
masyarakat di daerah. Contoh dari keberhasilannya di Kabupaten Wanosobo,
Jawa Tengah yaitu masyarakat dan LSM yang mendukung telah bekerjasama
dengan dewan setempat untuk merancang suatu aturan tentang pengelolaan
sumber daya kehutanan yang bersifat kemasyarakatan.

8
9. Demokrasi dengan Kemakmuran
Kemakmuran suatu bangsa atau negara bukan hanya ditentukan oleh besarnya
PDB negara tersebut, tetapi oleh pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi
seluruh rakyat, dan pembangunan seharusnya bukan hanya difokuskan pada suatu
daerah saja, namun harus menyangkup seluruh wilayah negara Indonesia.
Pembangunan juga seharusnya ditujukan demi mempermudah kehidupan seluruh
lapisan masyarakat Indonesia bukan hanya untuk segelintir kelompok orang-orang
elit saja. Demokrasi kemakmuran sudah dilaksanakan di Indonesia, contoh:
1. Bidang ekonomi, melakukan pemerataan pembangunan dengan pemusatan
pembangunan tidak lagi dilakukan di pulau Jawa namun di fokuskan pada
daerah 3T
2. Bidang politik, syarat untuk menjadi anggota legislatif maupun eksekutif tidak
memandang status sosial serta pembuatan parpol yang tidak dibatasi.
3. Bidang hukum, penerapan hukum di Indonesia semakin hari semakin
mengikuti apa yang Undang-Undang inginkan karena banyaknya dorongan
dari rakyat agar pelaksanaan hukum merata untuk semua pihak.
10. Demokrasi Yang Berkeadilan Sosial
Demokrasi yang berkeadilan sosial artinya demokrasi menurut UUD 1945
menggariskan keadilan sosial di antara berbagai kelompok, golongan dan lapisan
masyarakat. Tidak ada golongan, lapisan, kelompok, satuan atau organisasi yang
jadi anak emas yang diberi berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus. Negara
Pancasila adalah negara bangsa yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa
negara sebagai penjelmaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa, sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu
keadilan dalam hidup bersama (Keadilan Sosial).
Keadilan sosial tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia
sebagai makhluk yang beradab, sebagaimana dimaksud pada sila kedua. Manusia
pada hakikatnya adalah adil dan beradab, yang berarti manusia harus adil terhadap
diri sendiri, adil terhadap Tuhannya, adil terhadap orang lain dan masyarakat serta
adil terhadap lingkungan alamnya.
Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus
terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga hal yaitu:
a. Keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya

9
b. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk
mentaati peraturan perundangan
c. Keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan
keadilan antara warga satu dengan lainnya secara timbal balik.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep demokrasi Pancasila tidak bersumber dari paham individualisme yang
berkembang di barat meski tidak bisa di tampik nilai-nilai liberal yang membentuk
demokrasi di barat seperti kesetaraan hak warga negara, kebebasan berpendapat
sebagai pilar demokrasi yang utama berpengaruh kuat terhadap penngayaan
demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila yang dimunculkan adalah demokrasi
berdasarkan paham kebersamaan dan kekeluargaan, substansi dari demokrasi model
ini adalah sikap kritis terhadap kebijakan penguasa, musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam pengambilan keputusan politik dan kebiasaan tolong-menolong atau
gotong-royong. Praktek demokrasi Pancasila di Indonesia itu bercorak pada
nasionalisme religius bukan kepada nasionalisme sekuler. Hal ini dapat kita lihat pada
sikap sila pertama Pancasila yang mengakomodasi nilai-nilai Ketuhanan dalam
ideologi negara sebagai landasan dasar berbangsa dan bernegara.
B. Saran
Semoga makalah tentang Implementasi Sepuluh Pilar Utama Demokrasi
Pancasila dalam Bidang Politik dapat menjadi bahan referensi bagi semua pihak untuk
dapat mengetahui serta memahami bagaimana implementasi kesepuluh pilar utama
demokrasi Pancasila dalam bidang politik sehingga dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara senantiasa berlandaskan nilai-nilai pilar utama Pancasila
tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustam. 2018. “Konsepsi dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem


Perpolitikan di Indonesia”. Jurnal TAPIs, Vol 2 (No 12) : 80-90.

Asshiddiqie, Jimly. 2018. “Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi”. Jakarta:
Sinar Grafika.
Budiardjo Miriam. 2010. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta: Gramedia.

Budiardjo Miriam. 2012. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Edisi Revisi September cetakan ke
lima, Jakarta.

Gaffar. 2005. “Education for Democracy”. Bandung: Paper Internasional Seminar on


civic education.

Mariana, Dede. 2018. “Dinamika demokrasi Dan Perpolitikan Lokal Di Indonesia”.


Bandung: AIPI.

12

Anda mungkin juga menyukai