Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

GERAKAN ISLAM RADIKAL DAN SALAFI JIHADISME

“Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam di Indonesia III”

Dosen Pengampu:
Dr. Suparman Jassin, S.Ag, M.Ag.
E. Roni Nurkiman, M.Ag.

Disusun oleh :
Fujiyani Lestari 1215010065
Ihsan Maulana 1215010081
Intan Aulia Pertiwi 1215010087
Islah Laelasari 1215010089

SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

PAGE \* MERGEFORMAT 1
2022

PAGE \* MERGEFORMAT 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Gerakan Islam Radikal Dan Salafi Jihadisme” ini dengan baik. Sholawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang yakni Agama Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
berperan dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar dalam penyusunan makalah ini belum
bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis butuhkan agar dapat menjadi pelajaran untuk penulisan makalah yang selanjutnya.
Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, 18 September 2023

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Pengertian Gerakan Radikal dalam Islam.............................................................................2
B. Faktor Terjadinya Gerakan Islam Radikal............................................................................5
C. Perkembangan Gerakan Radikalisme dalam Islam..............................................................7
1. Radikal dalam Islam Pra-Modern....................................................................................8
2. Gerakan Radikal dalam Islam Modern.............................................................................9
D. Pengertian Gerakan Jihadisme Salafi.................................................................................10
E. Faktor Terjadinya Salafi Jihadisme di dalam Islam...........................................................12
F. Perkembangan Gerakan Jihadisme Salafi di Indonesia......................................................13
BAB III.........................................................................................................................................19
PENUTUP....................................................................................................................................19
KESIMPULAN..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

PAGE \* MERGEFORMAT 1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salafisme muncul sebagai bentuk reformasi agama radikal, yang bertujuan untuk
menggantikan warisan keilmuan Islam tradisional. Meskipun reformasi agama telah lama
menjadi ciri khas dunia Muslim modern, formula reformasi kaum Salafi bersifat regresif. Hal
ini berbeda dengan semua aliran agama lain di dalam dan di luar Islam, aliran politik dan
intelektual, yang bersaing dengan liberalisme dan sekularisme, bahkan bertentangan dengan
epistemologi fundamentalis yang mendasari modernitas.

Sedangkan radikalisme adalah doktrin atau praktik yang dilakukan oleh mereka yang
menganut ideologi radikal atau ekstremis. radikalisme juga dapat dipahami sebagai gerakan
yang berupaya mengubah sepenuhnya tatanan sosial yang ada di masyarakat. Namun, saat ini
juga ada Islam radikal. Islam radikal merupakan salah satu bentuk ekstrem dari fenomena
revivalisme, meskipun revivalisme dalam bentuk aktivitas keislaman lebih bersifat inward-
looking dan bersifat individualistis. Oleh karena itu, dalam Islam radikal, aktivitasnya tidak
hanya diarahkan ke dalam tetapi juga ke luar. Dengan cara ini, Islam radikal menunjukkan
komitmen yang kuat tidak hanya untuk mentransformasikan kehidupan individu tetapi juga
kehidupan komunitas dan sosial. Aktivitas lahiriah ini memunculkan Islam radikal eksoteris
yang menekankan batas kompetensi dan impotensi berdasarkan fikih. Perjuangan
mempertahankan eksoterisme kemudian menjadi pokok bahasan penerapan hukum Islam.
Pada artikel kali ini akan dibahas lebih jauh bagaimana radikalisme dan gerakan jihad Salafi
muncul bahkan tumbuh di Indonesia.berkembang di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Gerakan Islam Radikal ?
2. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gerakan Islam Radikal ?
3. Bagaimana Gerakan Radikalisme Islam Berkembang ?
4. Bagaimana Perkembangan Jihadisme Salafi di Indonesia ?

3. Tujuan Penulisan
1. Memahami Pengertian Islam Radikal
2. Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gerakan Islam Radikal
3. Mengetahui Perkembangan Gerakan Radikalisme Islam
4. Memahami Gerakan Jihadisme Salafi di Indonesia.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerakan Radikal dalam Islam

Gerakan radikal sejatinya terjadi di setiap agama di dunia. Setiap agama selalu ada
kelompok minoritas yang militan, ekstrem, dan radikal. 1 Istilah radikalisme berasal dari
kata radikal yang berarti prinsip dasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan
bahwa radikal dapat berarti; secara menyeluruh; habis-habisan; amat keras; dan menuntut
perubahan. Juga di temukan beberapa pengertian radikalisme yang dijumpai dalam kamus
bahasa, yakni; (1) paham atau aliran yang radikal dalam politik; (2) paham atau aliran
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan; (3) sikap ekstrem di suatu aliran politik.

Istilah radikal mengacu pada gagasan dan tindakan kelompok yang berupaya
menggulingkan tatanan politik yang sudah mapan; negara atau rezim berupaya
melemahkan kekuatan politik dan legitimasi negara dan rezim lain; dan negara berupaya
mengatur atau mengubah hubungan kekuasaan yang ada dalam sistem internasional. Oleh
karena itu, istilah radikalisme pada hakikatnya berkaitan dengan konsep perubahan politik
dan sosial. pada berbagai tingkatan.2

Istilah radikal berasal dari bahasa Latin “radix”. Menurut The new Shorter Oxford
English Dictionary, yang berarti akar, sumber atau asal mula. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), radikal diartikan sebagai “pemahaman secara mendasar (sampai kepada
hal yang prinsip)” dan “maju dalam hal pola pikir atau tindakan”. Dalam perspektif ilmu
sosial, istilah radikal erat kaitannya dengan sikap atau posisi yang mendambakan
perubahan dengan jalan menghancurkan secara total, dan menggantinya dengan sesuatu
yang baru yang sama sekali berbeda.

Istilah Radikalisme Islam sering dikaitkan dengan istilah fundamentalisme, Islam


1
Gerakan Radikalisme Dalam Islam, Uin Banten, hlm 2, di unduh pada tanggal 24 September 2022, pukul 20:04 di
website http://reository.uinbanten.ac.id
2
M.Abduh Wahid, Fundamentalisme dan Radikalisme Islam, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, UIN Alauddin
Makasar, hlm 12, Di unduh padaa tanggal 26 Sep 2022 Pukul 19:58. D website https://journal3.uin-alauddin.ac.id

PAGE \* MERGEFORMAT 1
radikal, fanatisme, revivalisme, ekstremisme, dan terorisme. Akibat dari istilah-istilah
tersebut tidak selalu sama, namun mempunyai kesamaan sifat, yaitu kekerasan, baik
kekerasan dalam pikiran maupun kekerasan dalam tindakan atau gerakan. Dibandingkan
dengan istilah lain, Islam radikal seringkali disamakan dengan Islam fundamentalis..3

Thalib menyatakan bahwa istilah radikalisme Islam mengacu pada munculnya berbagai
gerakan Islam yang menggunakan berbagai bentuk kekerasan dalam rangka perjuangan
untuk mendirikan negara Islamí. Rahmat memberikan penjelasan bahwa radikalisme Islam
adalah suatu gerakan yang memiliki ciri radikal dengan tanda-tanda karakter yang keras
dan tidak kenal kompromi, dengan kecenderungan tidak kenal kompromi dalam
melaksanakan program-program tertentu yang berkaitan dengan kelompok Islam tertentu.,
bahkan dalam pandangan dunia (world view) khususnya Islam sebagai agama. Kesan
karakter gerakan yang keras tersebut bisa terlihat dari nama dan terminologi yang mereka
gunakan sebagai nama kelompok mereka yang berkonotasi kekerasan dan militeristik,
seperti Jundullah (tentara Allah), Laskar Jihad, dan Hizbullah (partai Allah) atau Front
Pembela Islam.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa radikalisme Islam adalah
sebuah gerakan berbasis Islam yang dimaksudkan untuk melakukan pembaruan dalam
masalah sosial, politik, atau keagamaan, dilakukan dengan cara drastis, keras, dan tanpa
kompromi kepada pihak-pihak yang dianggap musuh, dengan satu prinsip bahwa hanya
Syariat Islam yang mampu mengatasinya sehingga pendirian Negara Islam dan penerapan
Syariat Islam menjadi ide perjuangannya.4

Jika kita merujuk pada pengertian di atas, kita dapat melihat bahwa berpikir progresif
sangat penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menunjukkan sikap bijaksana
sebelum mengambil keputusan. Namun hal ini bertentangan dengan makna Radikalisme.
Sebab radikalisme merupakan ideologi ekstremis yang kerap menggunakan paksaan dan
kekerasan agar apa yang diinginkan (diyakini) orang lain dapat diterima dengan cara apa

3
Gerakan Radikalisme Dalam Islam, Uin Banten, hlm 2, di unduh pada tanggal 24 September 2022, pukul 20:04 di
website http://reository.uinbanten.ac.id
4
Nurjannah, Faktor pemicu munculnya Radikalisme Islam atas nama Dakwah, Dosen Fak. Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta hlm 180, di unduh pada 26 september 2022 pada pukul 20:26 di website
https://media.neliti.com/media/publications/76812-ID-faktor-pemicu-munculnya-radikalisme-isla.pdf

PAGE \* MERGEFORMAT 1
pun. Kelompok penganut radikalisme ini tidak hanya berhubungan dengan negara (politik),
tapi terkadang juga antar agama, etnis, budaya bahkan intra agama. Gerakan progresif
umumnya bersifat besar dan tidak toleran, dan memandang kebenaran hanya milik
kelompoknya saja. Dalam kondisi seperti itu, gerakan-gerakan radikalisme sangat
berbahaya bagi tatanan suatu negara dan peradaban manusia. Adanya radikalisme
menjadikannya musuh bersama dan harus ditindak secara serius.5

Yang dimaksud dengan Islam radikal adalah seorang muslim yang kaku dan sempit
pemahamannya terhadap Islam serta mempunyai pandangan eksklusif terhadap agama lain.
Kelompok radikal akan ada di dalam setiap agama apapun, termasuk di agama Islam
sekalipun. Islam Radikal merupakan bentuk ekstrem dari gejala revivalisme, jika
revivalisme dalam bentuk kegiatan keislaman lebih berorientasi ke dalam dan karenanya
bersifat individual. Maka pada Islam radikal, kegiatan itu tidak hanya diarahkan ke dalam,
tetapi juga di arahkan keluar. Dengan cara ini, Islam radikal menunjukkan komitmen yang
kuat tidak hanya untuk mentransformasikan kehidupan individu tetapi juga kehidupan
komunitas dan sosial. Kegiatan lahiriah tersebut telah melahirkan Islam radikal yang
bersifat eksoteris yang menekankan batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
berdasarkan fiqh. Perjuangan mempertahankan eksoterisme inilah yang kemudian
dijadikan subjek penerapan hukum Islam.

Adapun penggunaan istilah fundamentalis ini terkait dengan gerakan dibawah Protestan
di Amerika pada awal abad ke-20. Pemeluk Kristen-Protestan yang pertama kali
menggunakan istilah fundamentalisme, karena mereka ingin kembali kedasar ajaran agama
dengan penafsiran kitab suci secara harfiah. Menurut Esposito, Seorang pakar Islam
mengembangkan istilah fundamentalisme dengan mengaitkannya pada tiga hal berikut: 1)
Dikatakan beraliran fundamentalis, apabila mereka menyerukan panggilan untuk kembali
ke ajaran agama yang mendasar atau pondasi agama yang murni. 2) Pemahaman dan
persepsi tentang fundamentalisme sangat dipengaruhi oleh kelompok Protestan Amerika,
yaitu sebuah gerakan Protestan abad ke-20 yang menekankan penafsiran Injil secara literal

5
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag, Radikal dan Radikalisme,Sekolah Tinggi agama Islam Negeri Bengkalis
Kampus Melayu,hlm 2, di unduh pada tanggal 26 september 2022 pukul 20:13 di website
https://kampusmelayu.ac.id/2019/kolom-ketua/radikal-vs-radikalisme/

PAGE \* MERGEFORMAT 1
yang fundamental bagi kehidupan ajaran agama Kristen. 6 Dalam agama Kristen,
fundamentalisme muncul karena ingin menghindari bahaya modernisme yang dianggap
mencemari kesucian agama dan ingin kembali pada teks Kitab Suci (Alkitab), sedangkan
dalam Islam, fundamentalisme juga diartikan sebagai pemahaman yang bertujuan untuk
melestarikan ajaran dasar Islam, menjauhi segala bentuk takhayul.Fundamentalisme adalah
paham yang berjuang untuk menegakkan kembali norma-norma dan keyakinan agama
tradisional untuk menghadapi sekularisme., bid'ah dan khurafat seperti yang dilakukan oleh
Ahmad bin Hanbal dan Ibn Taimiyah7

Fundamentalisme sendiri memiliki makna dari beberapa perspektif sebagai berikut: 1)


Dalam perspektif Barat, fundamentalisme berarti paham orang-orang kaku ekstrim serta
tidak segan-segan berperilaku dengan kekerasan dalam mempertahankan ideologinya. 2)
Sementara dalam perspektif Islam, fundamentalisme berarti tajdid (pembaruan)
berdasarkan pesan moral Al-Quran dan Sunnah. Kedua istilah tersebut digunakan untuk
menunjukkan gejala kebangkitan Islam yang diikuti dengan militansi dan fanatisme yang
terkadang sangat ekstrim8.

B. Faktor Terjadinya Gerakan Islam Radikal

Faktor pendorong hadirnya kelompok radikal erat kaitannya dengan kemiskinan, kesenjangan
sosial, ketidakadilan ekonomi dan politik. Perilaku elite politik yang tidak menyesuaikan diri dengan
pentingnya rakyat dan menghiraukan kepentingan rakyat menjadi lahan subur bagi tumbuhnya
radikalisme dan fundamentalisme Islam. Dahulu radikalisme Islam seringkali didorong oleh kelemahan
umat Islam dalam aqidah, syariat, dan perilaku, sehingga radikalisme Islam adalah wujud dari tajdid
(pembaruan), islah (perbaikan), dan jihad (perang) yang bertujuan untuk mendekatkan umat Islam.
kembali. dengan semangat Islam. Namun akar radikalisme Islam saat ini sangatlah jelas.

Hasan melihat radikalisme Islam sebagai rencana baru untuk merespon mengenai dominasi Barat di
dunia Islam, yang kemudian melahirkan aktivisme berkedok agama, menuntut reposisi peran Islam

6
Gerakan Radikalisme Dalam Islam, Uin Banten, hlm 4, di unduh pada tanggal 24 September 2022, pukul 20:04 di
website http://reository.uinbanten.ac.id
7
Dr. HM. Zainuddin.MA , Agama: Antara Fundamentalis dan Moderat, di unduh pada tanggal 26 September 2022
pada pukul 20:18 di website https://uin-malang.ac.id/r/151101/agama-antara-fundamentalis-dan-moderat.
8
Gerakan Radikalisme Dalam Islam, Uin Banten, hlm 5, di unduh pada tanggal 24 September 2022, pukul 20:04 di
website http://reository.uinbanten.ac.id

PAGE \* MERGEFORMAT 1
dalam ruang politik negara, yang diprakarsai oleh Hasan al-Banna. , pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir,
dan Abul Aíla Maududi, pendiri Jamaat-e-Islami.Di Indo-Pakistan. Radikalisme Islam juga menjadi bahasa
protes yang diaplikasikan oleh masyarakat yang tersisih alur modernisasi dan globalisasi. Mubarak
mengidentifikasi dua faktor utama radikalisme agama, khususnya dalam Islam, yaitu deprivasi relatif
dan terkikisnya nilai-nilai akibat modernisasi. Ancok menyatakan, radikalisme Islam bermula dari
ketidakadilan, ketidakadilan prosedural, memecah belah, dan interaktif. Misalnya, beberapa gerakan
radikalisme Islam telah memunculkan persepsi ketidakadilan prosedural dan ketidakadilan distribusi
yang dilakukan blok Barat pimpinan AS melalui instrumen ekonomi dan politik berupa lembaga IMF,
Bank Dunia, dan WTO.

Ketidakadilan timbal balik juga terjadi karena blok Barat menggunakan standar ganda dalam
hubungannya dengan Israel, yang sangat berbeda dengan cara blok Barat memperlakukan negara-
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Menurut Emna Laisa, faktor penyebab Islam
radikal adalah sebagai berikut:

1. Faktor agama, yaitu semacam pemurnian ajaran Islam dan pelaksanaan khilafah Islam di muka
bumi. Menumbuhkan semangat Islamisasi global telah muncul sebagai solusi utama terhadap
berbagai permasalahan yang dianggap oleh kelompok radikal sebagai akibat dari semakin
menjauhnya agama masyarakat.

2. Faktor Sosial Politik Di sini jelas terlihat ternyata umat Islam tidak mendapatkan manfaat dari
peradaban global yang mengarah pada perlawanan terhadap kekuasaan yang berkuasa.
Penyimpangan dan kesenjangan sosial yang merugikan komunitas Muslim menyebabkan gerakan-
gerakan radikal yang dipicu oleh perasaan dan emosi keagamaan.

3. Faktor pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan sedikitnya pengetahuan terhadap


informasi yang diterima, ditambah dengan kurangnya landasan agama, menyebabkan seseorang
dengan mudah menerima informasi keagamaan dari orang yang dianggap baik, tanpa mencernanya
terlebih dahulu. menjadi bumerang jika informasi tersebut berasal dari orang yang salah.

4. Faktor budaya, umat Islam meyakini bahwa Barat sengaja melakukan proses marginalisasi
terhadap seluruh aspek kehidupan umat Islam untuk menjadikan umat Islam terbelakang dan
tertindas. Barat dengan sekularismenya merupakan bangsa yang mencemari budaya Timur dan
Islam, serta dianggap sebagai ancaman terbesar bagi kelangsungan moralitas Islam.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
5. Faktor ideologi anti-Barat, Westernisasi merupakan suatu gagasan yang mengancam umat Islam
dalam penerapan syariat Islam sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan untuk mengikuti
syariat Islam. Meskipun motivasi dan gerakan anti-Barat tidak dapat disalahkan pada keyakinan
agama, jalur kekerasan radikal sebenarnya mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk
memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban

C. Perkembangan Gerakan Radikalisme dalam Islam

Perkembangan gerakan radikal tampaknya lebih banyak dipengaruhi respon Islam


atas Barat. Walaupun tema-tema yang berkaitan dengan inward oriented tetapi menjadi
concern dan pilihan ideologis mereka. Paling tidak ada dua masalah besar yang menjadi
perhatian kelompok ini.

Pertama, mereka menolak sekularisme masyarakat Barat yang memisahkan agama


dan politik, gereja, dan masjid dari Negara. Kesuksesan Barat melakukan sekularisasi
dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya, karena dapat mengancam Islam sebagai agama
yang tidak hanya mengurusi persoalan akhirat saja, tetapi sekaligus duniawi. Kedua,
banyak umat Islam yang menginginkan agar masyarakat mereka diperintah sesuai dengan
al-Qur’an dan syari’at Islam sebagai aturan bernegara. Oleh krena itu, dewasa ini tidak
mengherankan, apabila muncul gerakan bawah tanah yang bercitacita membangun
khilafah Islamiyah dengan mengusung tema-tema kedaulatan Tuhan, jihad, revolusi
Islam, keadilan sosial, dan sebagainya.

Tema-tema tersebut diorientasikan pada masa lampau, khususnya generasi awal


Islam sebagaimana yang dipraktikkan ole Nabi Muhammad saw dan para sahabat. Karena
mereka menganggap bahwa masayarakat Islam dewasa ini mengalami kemunduran,
karena tidak lagi melakasanakan ajaran agamanya secara murni. Karenanya agenda di
atas harus dilakukan untuk melawan hegemoni Barat sambil membayangkan romantisme
masa lalu, agar kejayaan Islam dapat tercipta di zaman modern ini.

Oleh kerena itu tidak mengherankan, apabila muncul kembali gerakan yang bercita-
cita membangun khilafah Islamiyah dengan mengusung tema-tema kedaulatan Tuhan,
jihad, revolusi Islam, keadilan sosial, dan sebagainya.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
1. Radikal dalam Islam Pra-Modern

Gerakan radikal muncul pada abad ke-12 H di Semenanjung Arabia dibawah


pimpinan Muhammad bin Abd al-Wahhab (1703-1792) yang kemudian dikenal
sebagai gerakan Wahabi. Inilah yang kemudian membentuk Salafisme awal ,
dengan Ibnu Taimiyah sebagai tokoh utamanya. Meski mereka mengklaim
mengikuti kaum salaf, figur-figur terkemuka dari generasi awal Islam hingga abad
ke-2 H, tetapi pada praktiknya Salafisme cenderung mengikuti Mahzab Hambali
yang cendeurng ketat dan literal.

Pada mulanya gerakan ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam serta
mengajak kembali pada ajaran Al-Qur’an dan sunah Nabi, sebagaimana yang
diamalkan oleh generasi umat Islam awal (salaf) . Namun, pada perkembangan
selanjutnya , gerakan salafiyah tidak hanya menyentuh dimensi purifikasi credo dan
ritual, namun juga menyentuh dimensi intelekual dan politik. Bahkan, sebagaimana
yang dicatat oleh para pengamat terhadap Mahzab Hambali , bahwa sejak masa
Ibnu Taimiyah, kelompok Islam ini meulai tradisi mengecam hingga mengkafirkan
kelompok-kelompok muslim yang tidak mengikuti pandangan Ibnu Taimiyah.

Hal ini tidak hanya terbatas terhadap kaum Syiah yang di serang keras dalam
bukunya Mimhaz As-Sunah, tetapi juga terhadap kelompokkelompok Sunni lain
seperti Asy’ariyah, Hanafiyah, kaum Sufi dan pengecaman ini kemudian diteruskan
oleh para Taimiyah termasuk Ibnu Qayyim Aljauziyah. Demikaian pula sejarah
mencatat gerakan ini juga melakukan tindak kekerasan dengan menghancurkan
monumen-monumen historis di Mekkah dan Madinah.

2. Gerakan Radikal dalam Islam Modern

Gerakan radikal yang masih dalam ingatan adalah peristiwa pengeboman


menara kembar World Trade Center di New York pada tanggal 11 September 2001.
Amerika Serikat menuduh al-Qaeda ada dibelakang serangan yang mematikan itu
Kelompok Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden yang dibentuk pada 23
februari 1998. Pembentukan gerakan ini bertujuan untuk memerangi Yahudi dan

PAGE \* MERGEFORMAT 1
kekuatan salib yang ditunjukan langsung kepada Amerika dan Israel. Amerika.

Dalam pandangan mereka telah menggantikan peran imperialisme Barat atas


Timur Tengah yang dimulai sejak abad ke-16 ketika kepemimpinan Turki Utsmani
memberi Inggris hak untuk tinggal di Timur Tengah sebagai kaum Kristen. Serta
peranan Amerika dalam mengendalikan negara-negara Arab dan keterlibatan
Amerika dalam membela Israel. Keberadaan kaum Yahudi dalam negara Israel dari
Deklarasi Balfour 1917. 23 Sepenuhnya telah mengabaikan 1.200 tahun sejarah
kaum Arab dan muslim di Palestina.

Kemunculan kembali gerakan radikal Islam, berawal pada akhir perang dingin
antara kekuatan blok Amerika Serikat dan blok Uni Soviet 1989 di Afganistan.
Ketika Uni Soviet menguasai Afganistan, timbul akal Amerika untuk mengusir Uni
Soviet dari Afganistan. Maka dibentuklah perlawanan terhadap Uni Soviet dengan
menggunakan orang-orang muslim garis keras di Afganistan. Dilatihlah mereka
dengan dibekali senjata-senjata, mobil, media massa baik cetak maupun elektronik.
Setelah Uni Soviet keluar dari Afganistan komplotan-komplotan ini berkembang
terus dengan bermacam- macam kelompok diantaranya Al-Qaeda, Jabhatun Nusro
dan lain-lain. Yang terakhir terdengar kini menamakan ISIS (Islamic State Iraq and
Syiria) Negara Islam Irak dan Suriah.

ISIS mendeklarasikan pembentukannya pada 29 Juni 2014 dan mengangkat


Abu Bakar al-Baghdadi sebagai pemimpin. Menurut Prof. Harun Nasution ISIS
merupakan Khawarij masa kini (Neo-Khawarij) yang mengadopsi ajaran, pengaruh
dan corak keberislaman Khawarij yang telah musnah. Beberapa ideology ISIS yang
diadopsi dari kaum Khawarij.

 Paham takfiri, mengkafirkan siapa saja yang tidak sekeyakinan dengannya.

 Segala persoalan harus dengan kekerasan dan pembunuhan pada siapa saja
yang berbeda dengan mereka, sekalipun itu sesama muslim.9

9
Gerakan Radikalisme Dalam Islam, Uin Banten, hlm 22-28, di unduh pada tanggal 24 September 2022, pukul 20:04
di website http://reository.uinbanten.ac.id

PAGE \* MERGEFORMAT 1
D. Pengertian Gerakan Jihadisme Salafi

Salafi-jihadisme atau jihad-Salafisme adalah ideologi agama-politik transnasional


yang didasarkan pada kepercayaan pada jihad "fisik" dan gerakan Salafi yang
bertujuan untuk kembali ke apa yang diyakini oleh para pengikutnya sebagai Islam
Sunni yang sebenarnya. Salafi-Jihadi diambil dari dua kata; Salafi dan Jihadi. Dalam
bahasa Arab, kelompok ini disebut al-salafiyyah al-jihadiyyah. Istilah ini mirip dengan
yang digunakan dalam bahasa Inggris, Salafi-Jihadism.

Embrionya mulai tumbuh secara bertahap di Arab Saudi sebagai bentuk perkawinan
aktivisme Ikhwanul Muslimin dan puritanisasi ala penganut Wahhabi. (Huda, 2020)
Salafi-Jihadi lahir di medan Perang Afghanistan selama tahun 80-an yang melibatkan
banyak aktor dan kepentingan. Secara bertahap mulai menyebar ke seluruh dunia
setelah berakhirnya Perang Afghanistan. Indonesia menjadi salah satu tempat
menyebar paham Salafi Jihadi.

Istilah "Salafi jihadis" Dan "jihadis-Salafisme" diciptakan oleh sarjana Gilles Kepel
pada tahun 2002 untuk menggambarkan "Ideologi islam campuran" yang
dikembangkan oleh Islam internasional untuk relawan Afghanistan anti-Soviet, jihad
yang telah terisolasi dari asal-usul kelas nasional dan sosial mereka. Konsep ini
digambarkan oleh Martin Kramer sebagai istilah akademis yang "pasti akan
[disederhanakan] menjadi jihadisme atau gerakan jihadis dalam penggunaan populer."
Praktisi disebut sebagai "Salafi jihadis" atau "Jihadis salafi". Mereka kadang-kadang
digambarkan sebagai variasi dari Salafi, dan terkadang terpisah dari "Salafi yang baik"
yang gerakannya menjauhkan diri dari kesetiaan politik dan organisasional apa pun
yang berpotensi memecah belah bagi komunitas Muslim dan gangguan dari studi
agama10.

Praktisinya disebut sebagai "Salafi jihadis" atau "Jihadis salafi". Mereka kadang-
kadang digambarkan sebagai ragam dari Salafi, dan terkadang dibedakan dari "Salafi
yang baik" yang gerakannya menjauhkan diri dari keterlibatan politik dan organisasi apa
pun yang berpotensi memecah belah komunitas Muslim dan mengganggu pengkajian

10
https://artsandculture.google.com/

PAGE \* MERGEFORMAT 1
agama Islam. Ilmuwan Salafi tradisional kebanyakan mencela jihadisme Salafi sebagai
ideologi campuran yang jauh dari Salafi yang murni. Demikian pula ilmuwan Salafi
kontemporer seperti Albani, Ibnu Utsaimin, Ibnu Baz, Shalih bin Fauzan al-Fauzan,
dan Muqbil ibnu Hadi mengutuk pemberontakan terhadap pemerintah sebagai
"pembaruan yang paling merusak", dan melarang Muslim "mengeksekusi sendiri sebuah
aturan" yang berada di bawah yurisdiksi suatu pemerintahan. Sementara itu, para jihadis
Salafi bersikeras bahwa mereka tidak memecah belah umat Islam karena, menurut
mereka, pemerintah negara-negara mayoritas Muslim dan negara-negara yang mengaku
Islamis yang mereka serang telah menyimpang dari Islam dan benar-benar murtad atau
munafik.

Pada tahun 1990-an, jihadis radikal Al-Gama'a al-Islamiyya melakukan serangan


terhadap polisi, pejabat pemerintah dan wisatawan di Mesir, dan Kelompok Islam
Bersenjata Aljazair adalah kelompok utama dalam Perang Saudara Aljazair. Serangan
jihadis Salafi yang paling terkenal adalah serangan al-Qaeda pada 11 September 2001 di
Amerika Serikat. Meskipun Salafisme hampir tidak ada di Eropa pada tahun 1980an,
pada pertengahan tahun 2000an para jihadis Salafi telah memperoleh "kehadiran yang
semakin besar di Eropa, setelah melakukan lebih dari 30 serangan teroris di negara-
negara Uni Eropa sejak tahun 2001".."Sementara banyak yang melihat pengaruh dan
aktivitas para Jihadis salafi menurun setelah tahun 2000 (setidaknya di Amerika Serikat),
yang lain melihat gerakan ini tumbuh, setelah Musim Semi Arab dan kehancuran kontrol
negara di Libya dan Suriah.11

E. Faktor Terjadinya Salafi Jihadisme di dalam Islam

Adanya gerakan Salafi diawali dengan gerakan yang di cetuskan Muhammad bin Abdul
Wahhab tahun 1703 hingga 1794 M, yang kemudian diketahui dengan gerakan Wahhabi.
Gerakan Ibnu Abdul Wahhab menyerukan semua masyarakat Islam untuk kembali pada
landasan Islam yang murni yaitu Al-Qur'an dan Sunnah, serta membersihkan tauhid dari segala
bentuk kesyirikan. Motif yang membuat pelaku atau kelompok melakukan aksi teroris yaitu
dimana mereka merasa terpisah dari kelompok mayoritas, sehingga melakukan aksi kriminalitas

11
DOKTRIN TERORISME DALAM PEMIKIRAN SALAFIJIHADIS (PERSPEKTIF KRITIK IDEOLOGI HORKHEIMER),
Skripsi, diunduh pada tanggal 27 September 2022 puku 21:04. Di website http://digilib.uinsby.ac.id/

PAGE \* MERGEFORMAT 1
guna menggapai rasa hormat. Kelompok ini kerap disebut sebagai kelompok teroris di dunia
luar, khususnya di Amerika dan sekutunya. Kelompok ini juga memusuhi dunia luar. Salah satu
faktor yang berkontribusi terhadap adanya kelompok Salafi adalah sejenis reformasi agama
radikal yang bertujuan mengubah warisan keilmuan Islam tradisional, menggantikannya dengan
Islam bernuansa modern. Namun menurut kelompok Salafi, perubahan faktor yang
berkontribusi terhadap lahirnya kelompok Salafi adalah sejenis reformasi agama radikal yang
bertujuan mengubah warisan keilmuan Islam tradisional, menggantikannya dengan Islam yang
lebih modern. Namun menurut kelompok Salafi, perubahan faktor yang berkontribusi terhadap
lahirnya kelompok Salafi adalah sejenis reformasi agama radikal yang bertujuan mengubah
warisan keilmuan Islam tradisional, menggantikannya dengan Islam yang lebih modern.

Namun menurut kelompok Salafi, perubahan faktor yang berkontribusi terhadap lahirnya
golongan Salafi adalah sejenis reformasi agama radikal yang bertujuan merubah warisan
keilmuan Islam tradisional, menggantikannya dengan Islam yang lebih modern. Namun
menurut kelompok Salafi, perubahan ini bersifat surut. Dalam situasi ini, perkembangan agama,
politik, dan intelektual menjadi memberontak, bersaing dengan liberalisme dan sekularisme,
bahkan bertentangan dengan landasan epistemologis yang melandasi modernitas. Terkait
dengan makna kata “Salafi” dan pandangan barat dan timur gerakan Islam tersebut. Peneliti
ingin mengkaji doktrin teroris dari cara berpikir Salafi-Jihad yang dikenal sebagai gerakan Islam
yang keras, radikal, revivalis atau internasional yang tidak toleran terhadap agama fundamental
lain, terutama orang-orang yang berpikiran sama di luar kelompoknya. Selain itu, peneliti
mengkritisi teori terorisme cara berpikir Salafi-jihadi dengan menggunakan kritik ideologi
Horkheimer.

Al-Qaeda berupaya menciptakan negara Islam dengan karakter diri gerakan pemikiran
politik Islam yang dikenal sebagai Jihadi-Salafisme, atau disingkat Jihadisme. Pemimpin
kelompok mengikuti gerakan ini secara eksplisit. Misalnya, dalam pidatonya pada tahun 2007,
pemimpin Muslim Abu Umar al-Baghadi berbicara kepada "para pemimpin kelompok Sunni dan
khususnya pemuda Jihadisalafisme (al-Salafiyyah al-Jihadiyya) di seluruh dunia." Pada tahun
yang sama, sebuah kelompok proksi mendeklarasikan ISIS sebagai bagian dari “aliran Jihad-
Salafisme, kelompok Salafi-Jihad adalah gerakan ideologis yang terpisah dari Islam Sunni.
Kelompok ini mencakup jaringan global ulama, situs web, media, dan pendukung lainnya .12
12
DOKTRIN TERORISME DALAM PEMIKIRAN SALAFIJIHADIS (PERSPEKTIF KRITIK IDEOLOGI HORKHEIMER),

PAGE \* MERGEFORMAT 1
F. Perkembangan Gerakan Jihadisme Salafi di Indonesia

Pada abad ke-21 masalah terorisme merupakan salah satu isu yang dianggap
sebagai anacaman keamanan yang serius bagi negera-negara modern. Kampanye “War
on Terror” merupakan respon Amerika Serikat atas serangan yang dilakukan oleh
kelompok Al-Qaeda atas dua gedung kembar WTC di kota New York, Amerika Serikat.
Amerika Serikat membentuk program pemberantas dan penanggulangan teroroisme,
mengirim pasukan khusus apabila ada negara yang dicurigai sebagai tempat
persembunyian teroris, termasuk upaya menangkap terduga dalang serangan 11
Sepetmber 2011. Amerika serikat telah mendapat banyak dukungan dari berbagai dunia
sehingga memutuskan untuk membuat program pemberantas dan penanggulangan
terorisme.

Pada awal reformasi banyak yang meragukan telah terjadi tindakan kekerasan dan
terorisme yang dijalankan oleh sebuah organisasi yang bernama Al Jamaah al Islamiyah
(JI). Atau dugaan bahwa pihak-pihak yang terlibat hanya untuk kepentingan politik yang
lebih besar dengan menggunakan nama JI. Mulai dari kalangan pelopor Islam, Publik
meragukan apakah benar bahwa Imam Samudera telah mengelurakan buku dengan judul
“Aku Melawan Teroris” atau ada orang lain atau kelompok yang memiliki tujuan lain
dengan cara menulis buku? Apakah benar anggota Al Jamaah al Islamiyah memilki
agenda besar berupa membangun kembali khilafah ala minhajin nubuwah dengan
menggunakan siasat itu? Banyak yang bertanya- tanya ketika terjadi kasus terorisme di
Indonesia.

Ada pula kasus terorisme yang ada di Indonesia. Yaitu aksi bom oleh Imam
Samudra beserta kawan-kawan dengan memiliki keyakinan pada doktrin radikal yang
asal muasalnya dari PUJPI serta cara pemikiran teologi yaitu salafisme jihadis. Greg
Fealy dan Anthony Bubalo mengevaluasi bahwa kelompok PUPJI ini dipengaruhi oleh
pemikiran Al-Qaedah. Doktrin radikal ini tumbuh seiring dengan berkembangnya
kelompok islamis dengan cara kekerasan untuk memperluas daerah kekuasaan di
beberapa negara dan lebih utama di Mesir pasca kekalahan perang Arab-Israel pada tahun
1967-1990-an.
Skripsi, diunduh pada tanggal 27 September 2022 puku 21:04. Di website http://digilib.uinsby.ac.id/

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Pada tahun 1970-1980- an terjadi ketegangan antara hubungan aktivis Islam dengan
pemerintah. Pada sepuluh tahun ini muncul gerakan yang dinamakan “komando Jihad”, “
Teror Warman”, peristiwa Priok dan Talangsari. Dan pada tahun 1990-an hubungan
antara pelopor Islam dengan kekuasaan atau sering disebut dengan tahun bulan madu
karena hubungan keduanya harmoni. Sedangkan era reformasi muncul kekerasan dengan
mengatasnamakan Islam.

a) NII sebagai Embrio

Ulasan detail tentang masuknya paham Salafi-Jihadi ke Indonesia telah ditulis


oleh Solahudin dalam bukunya yang kaya informasi, Dari NII Sampai JI: Salafi-
Jihadisme di Indonesia (Komunitas Bambu: 2011). Gerakan Salafi-Jihadi hari ini
merupakan kelanjutan dari gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang dipimpin
SKM. Kartosoewiryo. Perubahan penting terjadi pada menjelang tahun 80-an ketika
Pemerintah Indonesia berupaya memberangus gerakan subversif melalui kebijakan
Asas Tunggal Pancasila.

Kebijakan ini mengharuskan berbagai organisasi di Indonesia mencantumkan


Pancasila sebagai dasar organisasi. Pada mulanya kebijakan ini ditolak, tetapi pada
akhirnya berbagai organisasi masyarakat sipil menerimanya. Di antara yang terus
menyuarakan penolakan adalah Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir.
Keduanya aktivis NII di Solo, Jawa Tengah. Sikap keras keduanya menyebabkan
mereka diburu oleh aparat. Mereka harus melarikan diri keluar daerah. Mereka
memilih Lampung, salah satu basis pendukung NII di Sumatera, sebelum kemudian
pindah ke Malaysia.

Di Malaysia, keduanya membangun jaringan lintas Negara melalui bantuan


Mohammad Natsir, eks pemimpin Masyumi yang mendirikan Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII). Jaringan internasional M. Natsir membantu Abdullah
Sungkar bertemu berbagai tokoh di Arab Saudi dan Afghanistan. Ketika terjadi
Perang Afghanistan, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir menjadi tokoh
penting dalam mobilisasi para pendukung NII di Indonesia berangkat ke
Afghanistan. Tujuan utama militan Nusantara ini bukan untuk mengikuti perang,
tetapi untuk mendapatkan pelatihan militer secara lebih leluasa untuk selanjutnya

PAGE \* MERGEFORMAT 1
mereka akan kembali ke negara asal.

b) JI Sebagai Organisasi dengan Paham Salafi-Jihadi

Pertemuan dengan berbagai faksi militan dari seluruh dunia Islam ini memberi
pengaruh luar biasa terhadap penguatan ideologi Salafi yang sebelumnya telah
tertanam dalam diri pengikut NII. Hal ini ditandai dengan konflik internal antara
Abdullah Sungkar yang berkecenderungan Salafi-modernis dengan Ajengan Masduki
yang merupakan pemimpin NII di Indonesia yang berhaluan tradisionalis. Ketika
konflik ini terjadi, para pengikut Ajengan Masduki harus pulang ke Indonesia.
Sedangkan pengikut Abdullah Sungkar tetap dapat mengikuti pelatihan di
Afghanistan.

Praktis, pada tahap selanjutnya, hanya mereka yang berpaham Salafi dalam
barisan Abdullah Sungkar. Setelah berakhirnya perang Afghanistan, para militan asal
Indonesia kembali ke home base mereka di Malaysia. Mereka mendirikan organisasi
militan yang lebih kuat dan berjangkauan lebih luas, dengan mengadopsi unsur-unsur
penting bahkan hingga soal nama dari sebuah organisasi militan Mesir, Jamaah
Islamiyyah (JI). Ya, organisasi ini menjadi pembawa paham Salafi-Jihadi ke
Indonesia. Membantu tumbuhnya berbagai organisasi Salafi-Jihadi di Indonesia, baik
dari aspek ideologi maupun kemampuan tempur. JI merupakan organisasi rahasia
yang bertujuan mendirikan Negara Islam regional di kawasan Asia Tenggara dan
Australia. Ini yang membedakan JI dengan NII. Organisasi ini percaya bahwa tujuan
mereka dapat terwujud dengan melakukan jihad, yaitu berperang melawan individu
maupun institusi yang dinilai sebagai musuh agama.

Jihad telah menjadi ideologi penting dalam gerakan ini. Unsur lain yang tidak
kalah penting adalah pandangan dan sikap keagamaan yang menekankan pada
pemurnian agama (puritanisme). Unsur kedua ini menjadi persamaan pengikut
organisasi ini dengan kaum Muslim modernis atau para pengikut Salafi-Wahhabi di
Indonesia pada umumnya. Sedangkan unsur jihad menggunakan kekerasan melawan
otoritas resmi (baca; pemerintah) merupakan titik pembeda antara keduanya. Muslim
modernis dan Salafi-Wahhabi tidak punya pretensi melakukan gerakan subversif
melawan Negara.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Sebagai ‘organisasi’ yang menyebarkan paham Salafi-Jihadi, JI telah berperan
aktif melakukan pelatihan terhadap anak-anak muda dan memberikan mereka
petualangan yang sebenarnya sebagai seorang ‘mujahid’. Beberapa orang yang saya
temui menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya sampai bertemu dengan para
aktivis jihad JI, lalu dengan mudah terlibat dalam aksi terorisme di Indonesia, dan
kemudian mendekam di penjara karena keterlibatan mereka dalam jaringan pelaku
teror.

Narasumber saya adalah orang-orang yang pernah mendekam di penjara karena


kasus semacam ini. Biasanya, mereka hanya anak pengajian yang dikelola jaringan
pengikut Salafi-Politik. Lalu ketika menemukan momentum seperti konflik antar
agama, sebagaimana terjadi di Ambon dan Poso, mereka akan segera diberangkatkan
dalam kelompok-kelompok kecil ke lokasi konflik. Mereka dikumpulkan di suatu
tempat, berlatih berbagai macam keterampilan survival, bela diri, penggunaan senjata
api, pembuatan bom, membaca peta, dan berbagai kecapakan kemiliteran lainnya.
Mereka memang dipersiapkan untuk menjadi seorang ‘tentara’.

Selain pelatihan kecapakan militer, mereka juga dibekali materi keagamaan; di


sinilah mereka diperkenalkan lebih jauh tentang pemikiran ‘akidah’ seperti apa yang
harus tertanam dalam diri, posisi politik mereka, tujuan besar perjuangan mereka,
serta bagaimana tujuan itu dicapai. Jelas, mereka mengembangkan wacana politik-
keagamaan yang mengarah kepada kebencian terhadap pemerintah. Kasus Ambon
dan Poso menunjukkan bahwa konflik komunal antar penganut agama sangat rentan
dimanfaatkan pengikut Salafi-Jihadi seperti JI untuk memperkuat sumber daya baru
melalui perekrutan, pelatihan dan penggalangan dana atas nama solidaritas
keumatan.

Selain membawa para pemuda dari pulau Jawa yang telah mendapatkan
radikalisasi tingkat dasar, Salafi-Jihadi JI juga menjadikan penduduk lokal sebagai
sasaran perekrutan. Atas nama solidaritas umat, mereka merekrut pera pemuda yang
keluarganya menjadi korban dalam konflik. Kebencian yang tertanam dalam situasi
konflik menjadi modal penting yang mendorong para pemuda itu dengan mudah
menerima berbagai tawaran JI. Dengan bergabung bersama komunitas ‘militer’

PAGE \* MERGEFORMAT 1
semacam ini, anggota baru akan mendapatkan perasaan aman, solidaritas kelompok,
kemampuan menjaga diri dan kesempatan membalas dendam.

Pada umumnya, para narasumber saya selalu merasa bahwa para instruktur
yang pernah melatih mereka sebagai orang-orang yang berkharisma, penuh
kewibawaan, punya kecakapan militeristik, punya pengetahuan agama yang mantap
dan pernah berperang di luar negeri. Ini membuat para instruktur itu sangat
dihormati. Pandangan semacam ini dapat saya temukan dalam narasi semua
narasumber sumber yang saya wawancara. Hal ini membentuk satu ikatan tersendiri
antar orang-orang yang pernah mengikuti pelatihan militer di dua wilayah konflik
tersebut. Pada umumnya, para peserta pelatihan militer ini mengaku tidak tahu
tentang latar belakang organisasi para instruktur mereka. Tetapi, para instruktur ini
tahu bahwa mereka membawa misi JI untuk menyebarkan paham dan merekrut
anggota baru.

Petualangan Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia telah membantu terbentuknya


sejumlah organisasi jihad yang lebih kecil. Di antara yang organisasi jihad yang
kemudian menjadi penerus perjuangan JI melalui agenda jihad untuk menegakkan
syariat dan negara Islam adalah Komite Aksi Penanggulangan Akibat Krisis
(KOMPAK), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Jamaah Tauhid Wal Jihad, Mujahidin
Indonesia Barat (MIB), dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kita akan membahas
satu-persatu berbagai organisasi jihad ini dalam tulisan berikutnya. Yang perlu
diperhatikan, apapun nama dan tujuan jangka pendek organisasi ini, mereka
berangkat dari satu ideologi; Salafi-Jihadi.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pengertian Islam radikal adalah orang Islam yang mempunyai pikiran yang kaku dan
sempit dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif dalam memandang agama-agama
lainnya. Kelompok radikal akan ada di dalam setiap agama apapun, termasuk di agama Islam
sekalipun. Islam Radikal merupakan bentuk ekstrem dari gejala revivalisme, jika revivalisme
dalam bentuk kegiatan keislaman lebih berorientasi ke dalam dan karenanya bersifat individual.

Menurut Emna Laisa faktor penyebab terjadinya Islam radikal adalah 1) Faktor Agama, 2)
Faktor social-Politik, 3) Faktor Pendidikan, 4) Faktor Kultural, 5) Faktor Ideologis Anti
Westernisasi.

Faktor yang memengaruhi munculnya kelompok Salafisme yakni bentuk pembaruan


kegamaan yang radikal, dengan mempunyai tujuan mengubah peninggalan keilmuan Islam
Tradisional dengan menggantikannya sebagai Islam yang lebih modern.

Ada banyak sekali perkembangan Gerakan Jihadisme Salafi di Indonesia salah satunya
adalah aksi bom oleh Imam Samudra beserta kawan-kawan dengan memiliki keyakinan pada
doktrin radikal yang asal muasalnya dari PUJPI serta cara pemikiran teologi yaitu salafisme
jihadis.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/76812-ID-faktor-pemicu-munculnya-radikalisme-
isla.pdf

https://uin-malang.ac.id/r/151101/agama-antara-fundamentalis-dan-moderat

https://kampusmelayu.ac.id/2019/kolom-ketua/radikal-vs-radikalisme/

https://journal3.uin-alauddin.ac.id

http://digilib.uinsby.ac.id/

http://reository.uinbanten.ac.id

https://artsandculture.google.com/

PAGE \* MERGEFORMAT 1

Anda mungkin juga menyukai