Anda di halaman 1dari 2

B.

Politeness in Language (Kesantunan Bahasa)

Brown dan Levinson (1987) menyatakan “Politeness is the way to convey the utterance as
polite as possible which in this case is needed to minimize conflict with others.” Berdasarkan
pernyataan tersebut, ia mengatakan bahwa kesantunan merupakan suatu cara yang digunakan
dalam menyatakan suatu ujaran dengan sopan untuk menghindari terjadinya konflik dengan
lawan bicara. Brown dan Levinson (1987) juga menyatakan bahwa salah satu jenis kesantunan
yaitu permintaan maaf. Permintaan maaf sangat terkait dengan kesantunan karena ucapan yang
sopan sering digunakan dalam meminta sesuatu, menawarkan, menyatakan keluhan, dan
meminta maaf. Brown dan Levinson (1987) membagi dua jenis kesantunan, mereka menyebut
dua jenis kesantunan tersebut sebagai Positive Politeness (Kesantunan Positif) dan Negative
Politeness (Kesantunan Negatif).

1. Positive Politeness (Kesantunan Positif)


Wardhaugh (2015) menyatakan “Positive politeness, which serves to construct
and maintain the positive face of addressees, is most obviously created through the use of
compliments, which show appreciation.” Pada pernyataan tersebut, ia mengatakan bahwa
kesantunan positif merupakan suatu kesantunan yang membangun dan berusaha untuk
mempertahankan wajah atau mimik yang positif dari lawan bicara, seringkali juga
digunakan untuk sebuah pujian yang menampilkan suatu apresiasi.
Lain halnya dengan Holmes (2013), ia menyatakan bahwa “Positive politeness is
solidarity oriented. It emphasises shared attitudes and values.” Hal tersebut berarti
kesantunan positif merupakan suatu kesantunan yang berorientasi pada solidaritas yang
menekankan pada sikap dan nilai kebersamaan. Holmes (2013) juga memberikan suatu
contoh pada kesantunan yang positif yaitu ketika atasan menyarankan agar bawahan
menggunakan nama pertama (FN/First Name) ketika memanggil atasan. Ini merupakan
salah satu langkah kesantunan yang positif karena telah mengekspresikan solidaritas dan
meminimalkan perbedaan status.

2. Negative Politeness (Kesantunan Negatif)


Wardhaugh (2015) menyatakan “Negative politeness, which caters to the negative
face wants of the addressee, is most typically displayed through apologizing for any
possible imposition”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kesantunan negatif yaitu suatu
kesantunan yang menunjukan wajah negatif dari lawan bicara, hal ini sering kali
ditunjukkan melalui permintaan maaf atas sesuatu.
Lain halnya dengan Holmes (2013), ia menyatakan “Negative politeness involves
expressing oneself appropriately in terms of social distance and respecting status
differences.” Pada pernyataan tersebut, ia menyampaikan bahwa kesantunan negatif
merupakan suatu kesantunan yang melibatkan ekspresi diri secara tepat dalam hal jarak
sosial dan menghormati perbedaan status. Contohnya yaitu menggunakan Jabatan +
Nama Belakang (TLN / Title + Last Name) kepada atasan, dan kepada orang tua yang
tidak terlalu dikenal dengan akrab.

Holmes (2013) juga menyebutkan bahwa kesantunan juga dapat melibatkan dimensi
formalitas. Dalam situasi formal, cara yang tepat untuk berbicara dengan saudara akan
bergantung pada peran seseorang dalam konteks. Jika saudaranya bertindak sebagai hakim di
pengadilan hukum maka dengan memanggilnya Tom saja akan dianggap tidak sopan, sementara
jika sedang berada di meja makan, memanggilnya dengan sebutan Your Honour akan dianggap
tidak pantas atau lucu.

Anda mungkin juga menyukai