Brown dan Levinson (1987) menyatakan “Politeness is the way to convey the utterance as
polite as possible which in this case is needed to minimize conflict with others.” Berdasarkan
pernyataan tersebut, ia mengatakan bahwa kesantunan merupakan suatu cara yang digunakan
dalam menyatakan suatu ujaran dengan sopan untuk menghindari terjadinya konflik dengan
lawan bicara. Brown dan Levinson (1987) juga menyatakan bahwa salah satu jenis kesantunan
yaitu permintaan maaf. Permintaan maaf sangat terkait dengan kesantunan karena ucapan yang
sopan sering digunakan dalam meminta sesuatu, menawarkan, menyatakan keluhan, dan
meminta maaf. Brown dan Levinson (1987) membagi dua jenis kesantunan, mereka menyebut
dua jenis kesantunan tersebut sebagai Positive Politeness (Kesantunan Positif) dan Negative
Politeness (Kesantunan Negatif).
Holmes (2013) juga menyebutkan bahwa kesantunan juga dapat melibatkan dimensi
formalitas. Dalam situasi formal, cara yang tepat untuk berbicara dengan saudara akan
bergantung pada peran seseorang dalam konteks. Jika saudaranya bertindak sebagai hakim di
pengadilan hukum maka dengan memanggilnya Tom saja akan dianggap tidak sopan, sementara
jika sedang berada di meja makan, memanggilnya dengan sebutan Your Honour akan dianggap
tidak pantas atau lucu.