Anda di halaman 1dari 6

PAS PRAGMATIK

Instruksi:
Tugas diketik dan dikumpulkan pada saat jadwal PAS minggu depan sesuai
dengan waktu dan hari perkuliahan kelas Pragmatik.
Batas waktu pengumpulan: Tanggal 31 Mei Pukul 11.00

Menurut Yule (2014: 82) tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang


ditampilkan lewat tuturan. Ada tiga jenis tindakan yang diwujudkan oleh seorang
penutur, konsep yang dimaksud yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Tindak tutur (speech act) merupakan teori yang mengkaji tentang makna
bahasa yang didasarkan pada hubungan antara tuturan dengan tindakan yang
dilakukan penuturnya. Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan
pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca serta apa yang dibicarakan.
Bertutur dapat dikatakan sebagai aktivitas, karena hal tersebut kemungkinan
memiliki maksud dan tujuan tertentu. Tuturan merupakan sarana utama
komunikasi dan memiliki makna yang nyata dalam komunikasi, dengan bentuk
ujaran yang melibatkan dua pihak dalam suatu kondisi tertentu (Chaer, 2010: 61)
Tindak lokusi adalah tindakan yang digunakan untuk menyatakan sesuatu
(Tarigan, 2009: 35). Menurut Rahardi (2009: 17), tindak tutur lokusi merupakan
the act of saying something yang mengutamakan isi tuturan yang disampaikan
oleh penutur. Jadi, tindakan lokusi merupakan penyampaian informasi yang
disampaikan oleh penutur. Tindak lokusi dapat dikatakan sebagai tindak tutur
yang paling mudah diindentifikasi, karena dapat dilakukan tanpa
mengikutsertakan konteks tuturan dalam situasi tutur (Wijana dan Rohmasi, 2011:
22).
Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung daya
melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu (Tarigan, 2009: 35).
Tindakan tersebut dapat berupa janji, tawaran atau pertanyaan dalam tuturan. Oleh
karena itu, tindak tutur ilokusi ini disebut juga sebagai the act of doing something.
Menurut Leech (dalam Sinaga dkk, 2013: 16), tindak tutur ilokusi merupakan
bentuk ujaran yang memiliki fungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
informasi dalam suatu tindakan.
Perlokusi adalah melakukan suatu tindakan dengan menyatakan sesuatu
(Tarigan, 2009: 35). Tindak perlokusi ini memiliki pengaruh terhadap mitra tutur
yang mendengarkan tuturan (Chaer, 2010: 28). Akibat pengaruh tersebut,
tanggapan dari mitra tutur tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga berupa
tindakan atau perbuatan. Tindak perlokusi disebut sebagai the act of affective
someone. Tindak tutur perlokusi merupakan efek bagi yang mendengarkan
(Wijana, 1996: 19).
Data Bahasa:

1. "Ikan paus adalah binatang menyusui".


2. "Rambutmu sudah panjang".
3. Rumahnya jauh".

1. Tindak lokusi adalah tindak-tutur untuk menyatakan sesuatu. Contoh: Ikan


paus adalah binatang menyusui. Kalimat di atas diutarakan oleh
penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi
untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memengaruhi mitratuturnya.
Informasi yang diutarakannya adalah termasuk jenis binatang apa paus itu.

2. Rambutmu sudah panjang : bila diutarakan oleh seseorang kepada


temannya yang baru saja merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi
untuk menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni
meminta maaf. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang
begitu penting karena besar kemungkinan mitra tutur sudah mengetahui
hal itu. bila diucapkan seorang lelaki kepada kekasihnya, mungkin
berfungsi untuk menyatakan kekaguman atau kegembiraan. Akan tetapi,
bila diutarakan oleh seorang ibu ke anak lelakinya atau ke seorang Ibu
kepada anak laki-lakinya. Kalimat ini dimaksud untuk menyuruh atau
memerintah agar sang anak memotong rambutnya. Dari apa yang terurai di
atas jelaslah bahwa tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena
terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan mitra tutur,
kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi dan sebagainya.

3. kalimat “rumahnya jauh” dapat menimbulkan makna perlokusi. Misalnya,


tuturan tersebut diujarkan oleh seorang teman yang mengundang teman
lainnya pada kegiatan pesta, tetapi teman tersebut tidak kunjung datang
sesuai jam yang telah ditentukan.
Identifikasi dan jelaskan data kebahasaan di atas terkait dengan tindak tutur di
atas!

Menurut Yule (2015: 198), kesantunan merupakan tindakan yang


menunjukkan kesadaran dan pertimbangan akan wajah seseorang. Pada saat
bertutur, kesantunan menjadi hal utama dalam memilih bentuk ujaran selain dari
maksud yang sebenarnya. Kesantunan dalam berbahasa diwujudkan dalam bentuk
dan cara yang berbeda-beda yang berkaitan dengan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari. Kesantunan dapat dikatakan sebagai suatu keinginan yang tulus untuk
berbuat baik kepada orang lain. Kesantunan dapat diwujudkan dengan mengikuti
prinsip-prinsip kerja sama dan mematuhi maksim-maksimnya. Suatu tuturan
dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan berbahasa.
Kesantunan ada kalanya dapat tercipta melalui pelanggaran maksim.
Konsep wajah atau muka yang dimaksud dalam hal ini adalah citra diri
(self image) yang harus diperhatikan oleh lawan tutur. Muka yang ditawarkan itu
berbeda-beda bergantung pada situasi pembicaraan (Wijana, 2009:60). Menurut
Chair dalam Ali (2015:67) ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam
memberikan tuturan, yaitu (1) identitas sosial budaya para partisipan (penutur dan
mitra tutur), (2) topik tuturan, dan (3) konteks waktu, situasi, dan tempat
penuturan berlangsung.
Menurut Yule (1996:61), yang mendasari teori tentang strategi
kesopanan berbahasa adalah konsep face”muka”. Konsep tentang muka penting
dalam kajian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Muka, citra diri yang
bersifat umum yang ingin di miliki oleh setiap warga masyarakat, meliputi dua
aspek yang saling berkaitan, (a) muka negatif, yang merupakan keinginan setiap
orang untuk wilayah, hak perseorangan, hak untuk bebas dari gangguan,
yaitu kebebasan bertindak dan kebebasan dari kewajiban melakukan sesuatu, dan
(b) muka positif, yakni citra diri atau kepribadian positif yang konsisten yang
dimiliki oleh warga yang berinteraksi (termasuk di dalamnya keinginan agar citra
positif ini diakui dan dihargai). Dengan demikian, ada dua tipe muka yaitu muka
negatif dan muka positif. Muka negatif adalah keinginan individu agar setiap
keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain, sedang muka positif adalah
keinginan setiap penutur agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain.
Dikatakan oleh Brown dan Levinson (1982:65-68) bahwa konsep tentang
muka ini bersifat universal, dan secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang
cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut Face
Threatening Acts Tindakan yang mengancam muka' dan disingkat menjadi FTA.
Tindakan yang mengancam muka dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur,dan tindakan yang
mengancam muka negatif lawan tutur. Berikut ini rangkuman contoh-contoh
tindakan yang pada tingkat tertentu melanggar muka negatif dan muka positif
lawan tutur dari Brown dan Levinson (1987):
Tindakan yang melanggar muka negatif meliputi tindakan yang
terkandung dalam:
a. Ungkapan mengenai: orders and requests, suggestions, advice,
remindings threats, warnings, dares ('perintah dan permintaan,
saran, nasihat, peringatan, ancaman, peringatan, tantangan').
b. Ungkapan mengenai offers, promises ("tawaran, janji").
c. Ungkapan mengenai compliments, expressions of strong (negative)
emotions toward H-e.g hatred, anger ("pujian, ungkapan perasaan
negatif yang kuat seperti kebencian dan kemarahan terhadap
lawan.tutur').
Tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur meliputi:
a. Ungkapan mengenai ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan atau
yang mempermalukan, keluhan,kemarahan, dakwaan, penghinaan").
b. Ungkapan mengenai pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan ") -
c. Ungkapan mengenai emosi yang tidak terkontrol yang membuat lawan
tutur merasa dibuat takut atau dipermalukan").
d. Ungkapan ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-hal yang bersifat
tabu ataupun yang tidak selayaknya dalam suatu situasi, yaitu penutur
menunjukkan bahwa penutur tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur
dan juga tidak mau mengindahkan hal-hal yang ditakuti oleh lawan
tutur").
e. Ungkapan mengenai ungkapan kabar buruk mengenai lawan tutur, atau
menyombongkan berita baik.
f. Ungkapan mengenai ungkapan tentang hal-hal yang membahayakan serta
topik yang bersifat memecah belah pendapat, seperti masalah politik, ras,
agama, pembebasan wanita. Dalam hal ini penutur menciptakan suatu
suasana yang dapat atau mempunyai potensi untuk mengancam muka
rawan tutur yaitu penutur membuat suatu atmosfir yang berbahaya
terhadap muka lawan tutur").
g. Ungkapan ungkapan yang tidak kooperatif dari penutur terhadap lawan
tutur, yaitu penutur menyela pembicaraan lawan tutur, menyatakan
halhalyangtidak gayut serta tidak menunjukkan kepedulian (Penutur
menunjukkan bahwa dia tidak mempedulikan keinginan muka negatif
maupun muka positif lawan tuturnya").
h. Ungkapan mengenai ungkapan-ungkapan mengenai sebutan ataupun
hal-hal yang menunjukkan status lawan tutur pada perjumpaan pertama.
Dalam situasi ini mungkin penutur membuat identifikasi yang keliru
mengenai lawan tuturnya yang melukai perasaannya atau
mempermalukannya baik secara sengaja ataupun tidak").

Data Bahasa:
a. Permisi, Pak Amir. Saya mau bertanya?
b. Hai Pak Amir, bisa ke sini sebentar?
c. Ruangan ini akan digunakan untuk pengajian pukul 20.00 tepat. Bersihkan
dulu ruangan ini! Cepat ya!
d. “Cepat! Bersihkan ruangan ini karena akan digunakan untuk pengajian
pukul 20.00 tepat.
e. Bagus juga topi Anda ini. Bisa saya pinjam?
f. Wow, seleramu bagus juga sobat. Tampaknya selera kita sama. Saya
senang sekali jika topi ini boleh saya pakai.
g. Suami: Saya akan mendatangi tetangga depan rumah kita agar tidak
menyulut mercon lagi.
Istri: Sebaiknya, Bapak memintanya untuk tidak menyulut mercon
sekarang karena orang masih salat Tarawih di masjid

Identifikasi dan jelaskan data kebahasaan di atas terkait dengan strategi


kesantunan berbahasa menurut Yule!

a. Permisi, Pak Amir. Saya mau bertanya? : Pada contoh menunjukkan si


penutur merasa lebih rendah status sosialnya daripada mitra tuturnya, dia
sebagai siswayang lebih muda dari segi usia dan mitratuturnya lebih
berkuasa.

b. Hai Pak Amir, bisa ke sini sebentar? : Pada contoh menunjukkan si


penutur merasa lebih rendah status sosialnya daripada mitra tuturnya, dia
sebagai siswayang lebih muda dari segi usia dan mitratuturnya lebih
berkuasa.

c. Ruangan ini akan digunakan untuk pengajian pukul 20.00 tepat. Bersihkan
dulu ruangan ini! Cepat ya! : diucapkan oleh seorang pembina yayasan
kepada santrinya. Kedua tuturan tersebut mengandung informasi yang
sama, tetapi berbeda dalam tingkatan kesopanan dalam tindak tutur lebih
santun.

d. “Cepat! Bersihkan ruangan ini karena akan digunakan untuk pengajian


pukul 20.00 tepat. : diucapkan oleh seorang pembina yayasan kepada
santrinya. Kedua tuturan tersebut mengandung informasi yang sama, tetapi
berbeda dalam tingkatan kesopanan dalam tindak tutur karena dalam
menyampaikan maksud imperatifnya didahului dengan informasi yang
melatarbelakangi imperatifnya. Sementara itu,langsung pada maksud
imperatif penutur, yaitu perintah membersihkan meja dengan cepat, lalu
diikuti informasi nonimperatif

e. Bagus juga topi Anda ini. Bisa saya pinjam? : Ungkapan di atas dapat
menimbulkan risiko penderitaan wajah yang berat ketika memperoleh
penolakan dari mitra tutur. Untuk meminimalkan risiko tersebut,
sebaiknya tuturan didahului dengan sedikit basa-basi.
f. Wow, seleramu bagus juga sobat. Tampaknya selera kita sama. Saya
senang sekali jika topi ini boleh saya pakai. : umumnya tindakan
penyelamatan wajah disampaikan dengan strategi kesopanan negatif.
Bentuk yang khusus digunakan ialah pertanyaan yang mengandung kata
kerja bantu yang berhubungan dengan perasaan.

g. Suami: Saya akan mendatangi tetangga depan rumah kita agar tidak
menyulut mercon lagi. : merupakan tindak tutur yang berisiko ancaman
wajah, Ada banyak cara seseorang melakukan tindak penyelamatan wajah.
Pada umumnya, cara tersebut diharapkan setiap orang dapat berusaha
untuk menghormati keinginan wajah orang lain.
h. Istri: Sebaiknya, Bapak memintanya untuk tidak menyulut mercon
sekarang karena orang masih salat Tarawih di masjid : merupakan tidak
tutur penyelamatan wajah. Ada banyak cara seseorang melakukan tindak
penyelamatan wajah. Pada umumnya, cara tersebut diharapkan setiap
orang dapat berusaha untuk menghormati keinginan wajah orang lain.

Selamat mengerjakan!

Anda mungkin juga menyukai