Anda di halaman 1dari 10

JENIS-JENIS MAKNA ( ‫الم َعانِي‬

َ ُ‫) َأْن َواع‬

Dosen Pembimbing:

Mugy Nugraha M.SI.

Disusun oleh Kelompok III D :

Anti Maghfiroh (11210210000120)

Zaky Fuad Yulianto (11210210000117)

Fanny Yulia Rahma  (11210210000101)

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB 

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA 

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan kita nikmat
sehat serta rahmat dan dengan kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Jenis-jenis makna”dalam ilmu dilalah .
Shalawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai zaman kecerdasan seperti sekarang ini.
Tanpa jasanyalah kita tidak akan sampai pada zaman canggih berteknologi seperti sekarang ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Mugy Nugraha M.SI. selaku dosen mata
kuliah Masyarakat Muslim Indonesia ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak dan rekan yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Dan harapan penulis semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini saya buat semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih luas kepada pembaca, terimakasih.

Jakarta, 10 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah5

Tujuan Penulisan Makalah5

BAB II : PEMBAHASAN6

Jenis jenis Makna6

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu Semantik adalah bagian penting dari ilmu bahasa, karena bahasa diperuntukkan
untuk mengungkapkan pengalaman, pe-mikiran dan berita yang berasal dari sipenu-tur.
Semua aspek bahasa bertujuan untuk menyatakan kepada orang lain perasaan dan
pemikiran sipenutur. Sebuah kata dapat kita dengar (bila diucapkan) atau kita baca (bila
ditulis). Kita mendengar sebuah kata dengan telinga, kita melihat sebuah kata dengan
mata. Sebuah kata terdiri dari beberapa buah huruf yang dapat kita lihat dengan mata.
Makna dari sebuah kata terdapat dalam pikiran kita dan kata tersebut ada obyek yang
dapat ditunjuk. Jadi pengertian dari kata tersebut (obyek) terdapat dalam alam sekitar kita
sep-erti seorang manusia, binatang atau sesuatu yang lain.

Jadi ada tiga pemahaman: kata, makna danb obyek, ketiga pemahaman ini berbeda
dan saling terkait. Suatu benda (konkrit atau abstrak) lebih dahulu ada sebelum ada kata
untuk pengertian benda tersebut, baru kemudian diciptakan sebuah kata untuk mak- sud
tersebut dan dalam waktu yang bersa- maan ada sebuah makna yang menunjukkan pada
benda tersebut.

Sebuah makna dari sebuah kata tidak terlepas dari kedudukan kata dalam sebuah
kalimat, karena pengucapan sebuah kata atau kalimat dalam sebuah bahasa dimaksudkan
untuk memindahkan pesan (isu) dari pembicara kepada lawan bicara. Pemakaian sebuah
ka-limat sempurna lebih berarti dari pemakaian sebuah kata. Oleh sebab itu Ilmu Dilalah
membicarakan makna sebuah kata atau sebuah kalimat. Secara garis besar makna terbagi
tiga : makna dari kata atau kalimat, makna dari pembicara dan makna dari lawan bicara.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Jenis-jenis makna

4
C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk Mengetahui Jenis-jenis makna .

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jenis-jenis makna

Jadi ada tiga pemahaman: kata, makna dan obyek, ketiga pemahaman ini berbeda dan
saling terkait. Suatu benda (konkrit atau abstrak) lebih dahulu ada sebelum ada kata untuk
pengertian benda tersebut, baru kemudian diciptakan sebuah kata untuk maksud tersebut dan
dalam waktu yang bersamaan ada sebuah makna yang menunjukkan pada benda tersebut. Sebuah
makna dari sebuah kata tidak terlepas dari kedudukan kata dalam sebuah kalimat, karena
pengucapan sebuah kata atau kalimat dalam sebuah bahasa dimaksudkan untuk memindahkan
pesan (isu) dari pembicara kepada lawan bicara. Pemakaian sebuah ka-limat sempurna lebih
berarti dari pemakaian sebuah kata. Oleh sebab itu Ilmu Dilalah membicarakan makna sebuah
kata atau sebuah kalimat.

Secara garis besar makna terbagi tiga : makna dari kata atau kalimat, makna dari
pembicara dan makna dari lawan bicara.

Seorang pegawai dalam sebuah perusa-haan telah mengerjakan kesalahan dalam tu-gas
yang dipercayakan kepadanya. Pimpinan perusahaan itu mengatakan kepada pegawai tersebut :
“Engkau telah melaksanakan tugas dengan baik sekali!” Pimpinan itu tidak ingin mengatakan
kepada pegawai tersebut “Kamu telah berbuat kesalahan”, tetapi dia menga-takan sebaliknya.
Apakah ucapan itu dimaksudkan sesuai dengan kandungan kalimat di atas? Tentu tidak. Yang
dimaksudkan oleh pimpinan itu adalah sebaliknya.

Jadi makna kalimat terbagi kepada :

1. Makna kalimat Yaitu pengertian yang sesuai dengan arti yang ada dalam
kalimat. Kalimat di atas berarti ; pegawai tersebut telah melaksanakan tugas dengan baik,
tanpa merujuk kepada makna dari pembicara atau situasi yang ada.

2. Makna dari Pembicara Makna inilah yang ingin disampaikan oleh pembicara
kepada lawan bicara. Kadang-kadang makna ini berbeda dengan kandungan kalimat yang
diucapkan oleh pembicara. Yang dapat menyingkap makna yang dimaksudkan oleh
pembicara adalah wajahnya di saat me-nuturkan kalimat tersebut, atau intonasinya,

6
pandangan matanya, situasi di saat kalimat itu dituturkan atau situasi sebelumnya,
hubungan antara situasi dengan pembicara dan lawan bicara. Situasi-situasi tersebut
saling mem-bantu atau yang satu mendominasi yang lain sehingga tersingkap makna
yang dimaksud oleh pembicara. Seorang pendengar atau la-wan bicara dapat menyakini
bahwa yang dia pahami sesuai dengan maksud penutur.

3. Makna dari Lawan BicaraKetika seorang pembicara mengucapkan sebuah


kalimat kepada lawan bicara, langsung saja lawan bicara tersinggung dan marah.
Pembicara menjadi heran kenapa lawan bic-ara bersikap demikian. Dia mengatakan :
Bukan itu yang aku maksud! Bisa jadi anda salah memahami. Pembicara ingin memuji,
tetapi lawan bicara menganggap itu suatu cercaan. Terjadilah miskomunikasi antara
pembicara dengan lawan bicara.

Melihat kepada ketiga makna di atas maka makna yang paling netral adalah makna
kalimat, karena tidak tergantung pada situasi tertentu atau keadaan pembicara dan lawan bicara.
Makna kalimat berlaku sesuai dengan hubungan makna kata-kata yang terdapat padanya.

Adapun jenis jenis makna Dalam buku Pengantar Linguistik Arab karya Dr. Ade
Nandang S., M,Ag. Dkk menjelaskan bahwa Fayez Dayyah di dalam bukunya menyebutkan ada
empat macam makna atau dilalah yaitu;

1. Dilalah Asasiyyah (makna leksikal)


Artinya ialah makna dasar yang terkandung dalam satu kata bagaimanapun
kata itu digunakan dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan perubahan sharfi dan
isytiqaqnya (proses pembentukan kata yang mengakibatkan lahirnya kata baru1).
Contoh : Kata dharaba dalam kamus Mu‟jam al-Wasith mempunyai lebih dari
30 makna, diantara makna maknanya adalah: bergerak, pergi, memukul, mendirikan,
berdenyut, mencetak, mencampur, mewajibkan dan lain-lainnya. Makna-makna
tersebut tidak tetap dan berubah-ubah sesuai dengan konteks yang melatar
belakanginya (Matsna, 2016:43)

2. Dilalah Nahwiyah (makna gramatikal)


Artinya ialah makna yang didasarkan pada susunan gramatika.
1
Muharom Azkia dkk, Perkembangan Kosakata Bahasa Arab Melalui Isytiqaq, 2020, hlm 126

7
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai hasil suatu proses
gramatikal. Sesungguhnya kata menuntut Batasan dan muncul sebagai bagian dari
kehidupan pikir dan sosial ketika ditempatkan dalam susunan gramatikal, dan
mempunyai hubungan fungsi seperti sebagai fail, maf’ul, hal, na’at, idhafat, tamyiz,
dan dzharaf.2
Contoh : ‫خطبت الطحان فى شأن تحسين عمله وزيادة مقدار إنتاجه‬
Pada kata ‫ان‬ff‫ الطح‬kedudukan tarkib-nya sebagai maf’ul bih muncul sebagai
bentuk hubungan sosial yaitu tempat saling mengingatkan dan tanggung jawab.

3. Dilalah Sharfiyyah (makna morfologi)


Artinya ialah makna yang didasarkan pada bentuk kata.
Menurut Imam Asrori bahwa dalam kajian morfologi terdapat istilah yang
disebut dengan morf dan morfem, dalam bahasa Arab sendiri kedua istilah itu
sepadan dengan al-sighah dan al-wazn. Makna yang terkandung atau yang
ditunjukkan al-wazn itulah morf, sedangkan al-sighah yang mengikuti al-wazn itulah
morfem.
Contoh : kata kâtibu merupakan morf dengan morfem fâil yang bermakna al-
musyarakah.

4. Dilalah Siyaqiyyah Mauqi’iyyah (makna kontekstual)


Artinya ialah makna suatu kata terkadang mengalami perkembangan sesuai
dengan aturan-aturang yang terjadi dalam perkembangan sesuai denga aturan-aturan
yang terjadi dalam perkembangan lafadz dan makna dengan berlalunya waktu,
adanya ruang lingkup, yang berbeda-beda seperti dalam ruang lingkup ilmiah, sosial
dan seni.

Para Linguis Arab membedakan konteks ke dalam empat jenis (Matsna, 2016: 47) yaitu
konteks bahasa, konteks emosional, konteks situasi dan konteks budaya.

2
Pengantar Linguistik Arab, Nandang Ade dkk, 2018, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, hlm 93

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara garis besar makna terbagi tiga : makna dari kata atau kalimat, makna dari
pembicara dan makna dari lawan bicara. 1. Makna kalimat Yaitu pengertian yang sesuai
dengan arti yang ada dalam kalimat. Kalimat di atas berarti ; pegawai tersebut telah
melaksanakan tugas dengan baik, tanpa merujuk kepada makna dari pembicara atau
situasi yang ada. 2. Makna dari Pembicara Makna inilah yang ingin disampaikan oleh
pembicara kepada lawan bicara. Kadang-kadang makna ini berbeda dengan kandungan
kalimat yang diucapkan oleh pembicara. Yang dapat menyingkap makna yang
dimaksudkan oleh pembicara adalah wajahnya di saat me-nuturkan kalimat tersebut, atau
intonasinya, pandangan matanya, situasi di saat kalimat itu dituturkan atau situasi
sebelumnya, hubungan antara situasi dengan pembicara dan lawan bicara. Situasi-situasi
tersebut saling mem-bantu atau yang satu mendominasi yang lain sehingga tersingkap
makna yang dimaksud oleh pembicara. Seorang pendengar atau la-wan bicara dapat
menyakini bahwa yang dia pahami sesuai dengan maksud penutur. 3. Makna dari Lawan
BicaraKetika seorang pembicara mengucapkan sebuah kalimat kepada lawan bicara,
langsung saja lawan bicara tersinggung dan marah. Pembicara menjadi heran kenapa
lawan bic-ara bersikap demikian. Dia mengatakan : Bukan itu yang aku maksud! Bisa
jadi anda salah memahami. Pembicara ingin memuji, tetapi lawan bicara menganggap itu
suatu cercaan. Terjadilah miskomunikasi antara pembicara dengan lawan bicara.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Muhammad Ali Khowali (2001) Ilmu Dilaalah (Ilmu Ma`na) Daarul faalah

10

Anda mungkin juga menyukai