Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kelompok

PERGESERAN, PERLUASAN, PEMBATASAN MAKNA

SEMANTIK BAHASA INDONEIA

KELOMPOK: 10

ICAL RAMADAN (A1M119010)

HELIN ASRIANTI (A1M121057)

RATNA SARI (A1M121079)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan Inayahnya kepada kita semua. Sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhoNya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah berjudul ”Perluasan, Pembatasa, dan
Pergeseran Makna ” dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah perluasan
makna, pembatasan makna, dan pergeseran makna.

Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Karena beliau  adalah salah satu figur umat yang mampu
memberikan syafa’at kelak di Yaumil Akhir. Dan kepada semua pihak
yang terlibat dalam  pembuatan  makalah ini hingga selesai.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki


banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin

Kendari, 27 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah…….……………………………………………………...2
1.3. Tujuan…………………………………………………………………..…...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pergeseran Makna……………………………………………………………..3
2.2 Perluasan Makna………………………………………………………………9
2.3 Pembatasan Makna…………………………………………………………...11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………………….13
B. Saran…………………………………………………………………...........13
DAFTAR PUSTAKA…………….……………………………………………...14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Djajasudarma (1993:5), makna adalah pertautan yang ada di


antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata), Sedangkan menurut
Palmer (1976:30), makna hanya menyangkut unsur intrabahasa.

Dengan demikian makna merupakan aspek penting dalam sebuah bahasa


karena makna maka sebuah komunikasi dapat terjadi dengan lancar dan saling
mengerti.

Makna merupakan suatu konsep dalam pikiran manusia dengan referen di


luar bahasa yang menimbulkan reaksi dan pengertian tertentu. Makna dapat juga
dapat diartikan sebagai konsep abstrak pengalaman manusia. Akan tetapi,
penentuan konsep ini tidak dilakukan oleh perorangan, melainkan oleh
masyarakat pengguna bahasa yang berada di wilayah tertentu. Atas kesepakatan
tersebut, timbullah suatu konvensi sehingga tidak mengganggu proses komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Jika makna kata didasarkan pada pengalaman orang
perorang, tentu setiap kata akan memiliki banyak makna. Sebagai contoh, benda
yang biasa digunakan untuk menulis, yang terbuat dari arang dan kayu telah
disepakati bahwa namanya pensil. Namun, jika setiap orang memberi makna
sesuai dengan kemauan masing-masing bisa jadi benda tersebut diberi nama yang
lain. Hal seperti itulah yang menjadi salah satu penyebab terhambatnya proses
komunikasi.

Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk bahasa


Indonesia. Perkembangan itu dapat terjadi dalam berbagai segi, salah satunya
yaitu dalam hal makna suatu bahasa yang dapat mengalami pergeseran,
pembatasan, bahkan perluasan makna seiring perkembangan zaman.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan maalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perluasan makna


2. Apa yang dimaksud dengan pembatasan makna
3. Apa yang dimaksud dengan pergeseran makna

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa tu perluasan makna


2. Untuk mengetahui apa itu pembatasan makna
3. Untuk mengetahui apa itu pergeseran makna

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pergeseran Makna

Pergeseran makna merupakan perubahan makna suatu kata secara total


berbeda dengan makna leksikalnya. Makna kata tersebut berbeda-beda sesuai
dengan lingkungan, keadaan dan konteks di mana kata tersebut digunakan. Chaer
memberikan istilah perubahan total untuk menyatakan adanya pergeseran makna
pada suatu kata (Chaer, 2002). Ia menyatakan bahwa perubahan total adalah
berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Walaupun
sebenarnya masih terdapat kemungkinan persamaan makna sekarang dengan
makna asalnya, namun kemungkinan adanya persamaan itu jauh sekali.

Perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata yang berubah total atau
berubah sama sekali dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang
dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal tapi
keterkaitannya ini tampaknya sudah jauh sekali.

Sebagai contoh kata seni yang mulanya bermakna air seni atau kencing
sekarang digunakan sebagai istilah untuk sebuah karya atau ciptaan yang bernilai
halus seperti seni lukis, seni tari, seni suara.

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata pena, yang bermakna alat tulis yang
menggunakan tinta. Makna asal pena adalah bulu. Dengan demikian, kata pena
mengalami proses pergeseran makna, di mana maknanya telah berubah total dari
makna asalnya.

1. Jenis Perubahan Makna

Ada lima jenis perubahan makna menurut Chaer (2002:141) dalam


bukunya. Jenis-jenis perubahan makna tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
ini.

a. Perubahan Makna Meluas

3
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada
sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah
makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor kata tersebut menjadi
memiliki makna-makna lain. Contohnya pada kata saudara. Awalnya
saudara hanya bermakna ‘seperut atau sekandung’. Kemudian
maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang sepertalian darah’,
sehingga seluruh keluarga besar yang jauh jaraknya tetap disebut
saudara.

b. Perubahan Makna Menyempit

Perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada


sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas,
kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja
atau untuk sebuah keadaan saja. Misalnya kata sarjana yang pada
mulanya berarti ‘orang pandai’ atau ‘cendikiawan’, kemudian hanya
berarti ‘orang yang lulus dari perguruan tinggi’. Hal itu menunjukan
bahwa kata sarjana saat ini telah mengalami penyempitan makna karna
maknanya menjadi berkurang atau terbatas pada ‘orang yang lulus dari
perguruan tinggi’ saja.

c. Perubahan Makna Total

Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah


kata dari makna asalnya. Misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti
‘cerewet atau banyak cakap’ tetapi kini berarti ‘pidato atau uraian
mengenai suatu hal yang disampaikan di depan banyak orang’. Hal ini
memperlihatkan bahwa kata ceramah yang tadinya bermakna ‘cerewet
atau banyak cakap’ telah jauh berubah jika dibandingkan dengan
makna kata aslinya.

4
d. Perubahan Makna Penghalusan

Penghalusan (eufimia) adalah konsep makna mengenai kata atau


bentuk itu tidak berubah, namun gejala yang ditampilkannya kata-kata
atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus,
atau lebih sopan daripada yang digantikan. Misalnya kata penjara atau
bui diganti dengan kata/ungkapan yang maknanya dianggap lebih
halus yaitu ‘lembaga pemasyarakatan’.

e. Perubahan Makna

Pengasaran Pengasaran (disfemia) adalah usaha untuk mengganti


kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang
maknanya kasar. Misalnya kata atau ungkapan masuk kotak yang
digunakan untuk menggantikan kata ‘kalah’. Kata masuk kotak tentu
terdengar lebih kasar karen mengibaratkan kekalahan sebagai sesuatu
yang bisa dimasukan ke dalam benda kecil seperti kotak.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa


perubahan makna milik Chaer (2002) terbagi menjadi lima jenis
perubahan makna yang keseluruhannya sangatlah berbeda antara satu
sama lain. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan
tiga dari lima jenis perubahan makna milik Chaer (2002) tersebut yaitu
perubahan makna meluas, perubahan makna menyempit, dan
perubahan makna total atau keseluruhan.

2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Makna

Perubahan makna merupakan hal yang sering ditemukan dalam dunia


linguistik. Menurut Sutedi (2003:116) Perubahan makna suatu kata terjadi karena

5
berbagai faktor, seperti perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa
tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau pengaruh bahasa
asing. Namun, seecara umum penyebab terjadinya perubahan bahasa disebabkan
oleh dua hal, yaitu:
a. Faktor linguistic
Merupakan faktor yang berhubungan dengan bahasa itu sendiri
yang mengakibatkan perubahan makna. Misalnnya proses
pengimbuhan (afiksasi) dan penggabungan (komposisi).

b. Faktor nonlinguistik
Merupakan faktor nonkebahasaan atau faktor di luar bahasa yang
mengakibatkan perubahan makna.

Chaer (2002:132-140) lebih lanjut menjabarkan bahwa ada


beberapa faktor yang mengakibatkan perubahan makna itu terjadi,
yaitu:

a. Perkembangan IPTEK

Konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai karena


teori baru dalam suatu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam
perkembangan teknologi. Misalnya, perubahan makna kata pada
sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya imaginatif.

b. Perkembangan Sosial Budaya

Bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna makna yang


dikandungnya berubah. Misalnya, kata kakak yang berasal dari
bahasa melayu dan digunakan sebagai sebutan kepada saudara
yang lebih tua. Saudara yang lebih tua dalam hal ini lebih condong
kepada saudara perempuan. Namun pada masa sekarang ini kata
kakak tidak hanya digunakan untuk memanggil saudara perempuan
yang lebih tua, melainkan bisa juga digunakan untuk memanggil
saudara laki-laki yang lebih tua atau bahkan orang lain yang tidak
dikenal atau tidak diketahui namanya agar menunjukkan sikap
sopan.

c. Perbedaan Asosiasi

Makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau


peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Misalnya, kata
amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat-menyurat,

6
yang bermakna ‘sampul surat’. Amplop biasa dimasukkan surat
tetapi bisa pula benda lain, misalnya uang. Dalam kalimat ‘beri
saja amplop maka urusan pasti beres’, kata amlop di sini bukan
bermakna surat melainkan uang untuk sogokan.
d. Pengembangan Istilah

Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan


istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa
Indonesia yang ada jalan memberi makna baru, entah dengan
menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan, maupun memberi
arti baru. Misalnya kata papan yang semula bermakna lempengan
kayu tipis, kini diangkat menjadi istilah untuk makna perumahan.

e. Adanya Bidang Pemakaian

Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang


tertentu dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan dalam
bidang lain atau menjadi kosakata umum. Misalnya kata jurusan
yang berasal dari bidang lalu lintas seperti yang sering kita dengar
angkutan umum menggunakan jurusan untuk menentukan
tujuannya, kini digunakan juga dalam pendidikan dengan makna
bagian bidang ilmu.

f. Pertukaran Tanggapan Indera (Sinestesia)

Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran


tanggapan antara indera yang satu dengan yang lain. Misalnya kata
pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa lidah,
malah tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pedengaran
seperti tampak dalam ujaran kata-katanya sangat pedas. Oleh
karena itu banyak sekali orang yang apabila mendengar kata kasar
maka akan mengatakan bahwa kata yang dikeluarkan orang
tersebut pedas padahal kata pedas awalnya merupakan rasa yang
seharusnya ditanggap menggunakan indera perasa.

g. Perbedaan Tanggapan

Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis


mempunyai makna yang tetap. Namun karena pandangan hidup
dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat banyak
kata yang memiliki nilai rasa yang rendah atau dan nilai rasa yang
tinggi. Misalnya kata bini dewasa ini dianggap kata yang bernilai

7
rasa rendah karena sering diartikan oleh beberapa orang sebagai
bentuk rasa tidak hormat terhadap kaum istri atau wanita.

h. Adanya Penyingkatan

Banyak kosa kata yang sering digunakan, kemudian tanpa


diucapkan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya.
Misalnya kata meninggal dalam kalimat “Ayahnya meninggal”.
Semua orang yang mendengar hal ini tentu mengerti bahwa yang
dimaksud adalah Ayahnya meninggal dunia.

i. Proses Gramatikal

Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplukasi, dan komposisi


tidak hanya mengubah bunyi dan bentuknya saja namun juga dapat
menyebabkan pula terjadinya perubahan makna pada kosakata
gairaigo. Oleh sebab itu, kosakata gairaigo yang mengalami proses
gramatikal sedikit saja dapat mengalami perubahan makna.

Tarigan (1985:17) menyangkut bahwa kata-kata yang sesuai dapat


mengalami pergeseran makna dapat pula disebabkan oleh hilangnya motivasi atau
dorongan untuk menggunakan makna yang ada, akhirnya diupayakan makna lain
yang lebih bersifat konseptual dan lebih hidup.

Pergeseran makna terjadi pada kata-kata (frase) bahasa Indonesia yang


disebut eufenisme (melemahkan makna). Caranya dapat dengan mengganti simbol
(kata, frase) dengan yang baru dan maknanya bergeser, biasanya terjadi pada kata-
kata yang dianggap memiliki makna yang menyinggung perasaan orang yang
mengalaminya.

Djajasudarma (1993), mengatakan pemakai bahasa dalam hal ini selalu


memanfaatkan potensinya untuk memakai semua unsur yang terdapat di dalam
bahasanya. Pemakai bahasa beusaha agar lawan bicara tidak terganggu secara
psikologis, oleh karena itu muncul pergeseran makna. Dikatakan pergeseran
makna bukan pembatasan makna karena dengan penggantian lambang (simbol)

8
makna semula masih berkaitan erat tetapi ada makna tambahan (eufenisme)
menghaluskan (pertimbangan akibat psikologis bagi lawan bicara atau orang yang
mengalami makna yang diungkapkan kata atau frase yang disebutkan).

2.2 Perluasan Makna

Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam kurun waktu yang relatif
singkat tetapi dapat juga dalam kurun waktu yang lama. Makna-makna lain yang
terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih berada dalam lingkup
poliseminya artinya masih ada hubungannya dengan makna asalnya. Makna
meluas disebut juga generalisasi.

Menurut Chaer, apa yang dimaksudkan dengan penambahan atau peluasan


makna adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada
mulanya hanya memiliki satu makna, tetapi kemudian kerana berbagai faktor
memiliki makna-makna lain.

Menurut Tarigan, Perluasan makna (generalisasi) yaitu suatu perubahan


makna kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, atau dari yang lebh
sempit ke yang lebih luas. Atau yang dimaksud dengan perubahan kata yang
meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada
mulanya hanya memiliki sebuah makna akan tetapi kemudian karena berbagai
faktor jadi memiliki makna-makna lain.

Perluasan makna dapat terjadi pula dengan menambah unsur lain,


misalnya, kata kepala ‘bagian tubuh yang di atas leher (dahulu). Sekarang
maknanya meluas, misalnya, kepala bagian, kepala sekolah, kepala kantor pos,
kepala rumah sakit, suster kepala (untuk membedakan dari kepala suster). Makna
kepala pada bentuk-bentuk tersebut masih tampak, yakni berasosiasi dengan atas,
sebab kepala di dalam konstruksi tersebut menunjukkan orang yang memiliki
jabatan tertinggi (atas – pemimpin).

Berikut contoh perluasan makna dengan menambah unsur lain:

9
Kata Makna Lama Makna Baru
Kepala Bagian badan sebelah atas Kepala bagian, kepala
sekolah, kepala kantor pos,
kepala rumah sakit
Benih Selalu dihubungkan dengan Benih perkara, benih
masalah pertanian (bibit); persengketaan, benih
bibit jagung, bibit kacang, kesengsaraan, yang
bibit padi, dan sebagainya. maknanya ‘sumber’ (benih)
Memancing Kegiatan menangkap ikan Memancing kerusuhan,
sama dengan ‘mengail’ memancing perkelahian, dan
sebagainya

Berikut adalah beberapa contoh kata perluasan makna:

Kata Makna Lama Makna Baru


Adik Saudara kandung yang lebih Kata sapaan kepada laki-laki
muda (laki-laki atau atau perempuan yang lebih
perempuan) muda
Anak Generasi kedua atau Semua orang yang dianggap
keturunan pertama lebih muda, orang yang
termaksud dalam suatu
golongan
Bapak Orang tua laki-laki Orang yang dipandang
sebagai orang tua atau orang
yang dihormati
Ibu Wanita yang telah melahirkan Sapaan takzim kepada
seseorang perempuan baik yang sudah
bersuami maupun yang
belum
Manuskrip Naskah tulisan tangan yang Naskah, baik tulisan tangan
menjadi kajian filologi (dengan pena, pensil)

10
maupun ketikan
Papan Kayu (besi, batu, dan Tempat tinggal atau rumah
sebagainya) yang lebar dan
tipis
Saudara Orang yang seibu seayah Sapaan kepada orang yang
diajak berbicara

Ekspresi atau kata-kata yang disebutkan terdahulu sebagai contoh


adalah sebagian kecil yang membuktikan adanya perluasan makna. Perluasan
makna umum dihubungkan dengan pemakaian kata secara operasional.
Masyarakat bahasa mengambil manfaat baik dengan jalan analogi atau melalui
peristiwa tertentu meluaskan makna kata-kata atau ekspresi-ekspresi tertentu.

2.3 Pembatasan Makna

Telah diketahui bahwa jika seseorang memperkatakan sesuatu, terdapat


tiga hal yang oleh Ulmann diusulkan istilah: name, sense, dan thing. Soal makna
terdapat dalam sense. Apabila seseorang mendengar kata tertentu, ia dapat
membayangkan bendanya atau sesuatu yang diacu, dan apabila seseorang
membayangkan sesuatu, ia segera dapat mengatakan pengertiannya itu.
Hubungan antara nama dengan pengertian, itulah yang disebut makna (Ullman,
1972).
Stevenson berpendapat bahwa jika seseorang menafsirkan makna sebuah
lambang berarti ia memikirkan sebagaimana mestinya tentang lambang tersebut,
yakni suatu keinginan untuk menghasilkan jawaban tertentu dengan kondisi-
kondisi tertentu pula. Dengan mengetahui makna kata, baik pembicara,
pendengar, penulis, maupun pembaca yang menggunakan, mendengar atau
membaca lambang-lambang berdasarkan sistem bahasa tertentu, percaya tentang
apa yang dibicarakan, didengar atau dibaca (Shipley, 1962).
Menurut Chomsky, kompetensi merupakan suatu potensi yang tidak
terbatas, sedang penampilan (performance) terbatas pada faktor-faktor fisik dan
temporal (Chomsky, 1965).

11
Berdasarkan uraian tersebut, menjadi sulit memberikan batasan tentang
makna. Tiap linguis memberikan batasan makna sesuai dengan bidang ilmu yang
merupakan keahliannya. Karena kata dan kalimat yang mengandung makna, dan
makna dimiliki oleh pemakai bahasa. Pemakai bahasa bersifat dinamis yang
terkadang memperluas makna suatu kata ketika ia berkomunikasi sehingga makna
kata dapat saja berubah.

Makna kata dapat mengalami pembatasan, atau makna yang dimiliki lebih
terbatas dibandIngkan dengan makna semula.

Berikut adalah beberapa contoh kata pembatasan makna:

Kata Makna Lama Makna Baru


Madrasah Sekolah Sekolah agama islam
Pendeta Orang pandai, petapa Pemuka atau pemimpin
agama atau Jemaah (dalam
agama hindu atau protestan),
rohaniawan, guru agama
Sarjana Orang pandai Gelar yang dicapai oleh
seseorang yang telah
menamatkan Pendidikan
tingkat terakhir di perguruan
tinggi.
Sastra Tulisan, huruf Tulisan yang memiliki nilai
seni
Tukang Ahli atau bisa mengerjakan Tukang kayu, tukang catut,
sesuatu tukang tambal, dan seterusnya
Skripsi Semua tulisan tangan Tulisan (mahasiswa) yang
disusun sebagai persyaratan
untuk memperoleh gelar

12
Saudara, semula maknanya terbatas pada ‘saudara seayah dan seibu
(skandung)’,kemudian saudara menjadi pronomina sapaan bagi mereka yang
seusia dengan pembicara atau lebih rendah usianya dari pembicara. Tetapi
maknanya dapat terbatas dengan menambahkan unsur lain misalnya, saudara
sepupu, saudara kandung, saudara tiri.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Peluasan makna adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang
pada mulanya hanya memiliki satu makna, tetapi kemudian kerana berbagai
faktor memiliki makna-makna lain.

Makna kata dapat mengalami pembatasan, atau makna yang dimiliki lebih
terbatas dibandingkan dengan makna semula.

Pergeseran makna merupakan perubahan makna suatu kata secara total


berbeda dengan makna leksikalnya.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan penulis, sehingga


kritikan yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amilia, fitri. Dkk. 2017. Semantik Konsep dan Contoh Analisis. Malang: Madani.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, A. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna.

Bandung: ERESCO

Tarigan, H. G. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa

Ulman, S. 1972. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT

Refika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai