Materi 1 Presentasi
Materi 1 Presentasi
A. Pengantar
Konfrontasi sebagai salah satu ketrampilan microskills sering dianggap sebagai tindakan
bermusuhan dan agresif. Dalam konseling dan terapi, konfrontasi biasanya merupakan
proses yang lebih lembut di mana kita menunjukkan kepada konseli perbedaan antara atau
di antara sikap, pikiran, atau perilaku. Dalam konfrontasi, individu langsung dihadapkan
dengan fakta bahwa selain mungkin mengatakan apa yang mereka maksudkan, atau
melakukan selain dari apa yang mereka katakan (Happy KM, 2013; Bradley T. Erford, 2015).
Dalam berkomunikasi dengan konseli, sering kali diperoleh isi pembicaraan atau isi pesan
yang bertentangan. Seorang konselor dituntut mampu mengkomunikasikan pesan ganda
(pesan yang bertentangan) tersebut kepada konseli dengan cara-cara yang dapat diterima
oleh konseli. Keterampilan untuk mengkomunikasikan pesan ganda tersebut disebut
keterampilan konfrontasi (Suwarjo, 2008)
B. Tujuan
(1) mendorong konseli mengadakan penelitian diri secara jujur;
(2) meningkatkan potensi konseli;
(3) membawa konseli kepada kesadaran adanya diskrepansi; konflik, atau kontradiksi dalam
dirinya.
C. Materi
Menurut Bradley T Erford (2015) salah satu peningkatan skill guru bimbingan konseling
adalah penguasaan teknik Konfrontasi. Teknik konfrontasi sebagai bagian dari pendekatan
humanistik fenomenologis, pendekatan ini berasal dari kesadaran bahwa semua orang
memiliki kebebasan dan bertanggung jawab untuk tumbuh dan berkembang. Konfrontasi
menjadi bagian dari konseling yang dapat membantu menggerakkan konseli ke arah
perubahan hidup yang efektif .
Kondisi ini menarik peneliti untuk memberikan pelatihan teknik konfrontasi kepada guru
bimbingan konseling yang sekolahnya memiliki siswa autis Pemberian pelatihan teknik ini
merupakan modifikasi pelatihan teknik konfrontasi oleh peneliti kepada guru bimbingan
konseling (konselor). Pelatihan ini akan melatih guru bimbingan konseling dalam
menerapkan teknik konfrontasi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan siswa autis. Melihat permasalahan tersebut maka sebuah keharusan bagi sekolah
yang menerapkan sistem inklusi untuk memiliki guru bimbingan konseling yang memiliki
ketrampilan konseling yaitu teknik konfrontasi (Leaman D, 1978)
Konfrontasi merupakan teknik yang menantang konseli untuk melihat adanya inkonsistensi
antara perkataan dengan perilaku/perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide
berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya. (Leaman D, 1978; Gerald Corey,
2009; Happy KM, 2013; Ivey, Ivey & Zalaquett, 2014; Bradley T. Erford, 2015).
Konfrontasi adalah usaha sadar konselor untuk mengemukakan kembali dua pesan atau
lebih yang saling bertentangan yang disampaikan konseli. Konfrontasi merupakan salah satu
respon konselor yang sangat membantu konseli. Jika disampaikan secara tepat, konfrontasi
memungkinkan konselor mengemukakan dua pesan ganda konseli (pesan yang berlawanan)
tanpa menimbulkan kemarahan dan sikap bertahan konseli terhadap konselor. Konfrontasi
akan membantu konseli untuk menyadari dan menghadapi berbagai pikiran, perasaan dan
kenyataan yang terjadi pada dirinya, yang ingin disembunyikan atau diingkarinya.
Konfrontasi juga membantu konseli untuk mencapai kesesuaian (congruency), yaitu suatu
keadaan dimana kata-kata konseli sesuai dengan tingkah lakunya (Suwarjo, 2008)
Konselor perlu melakukan konfrontasi apabila pada diri konseli didapati adanya
1. pertentangan antara apa yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan,
2. pertentangan antara dua perkataan yang disampaikan dalam waktu yang berbeda,
3. pertentangan antara perasaan yang dia katakan dengan tingkah laku yang tidak
mencerminkan perasaan tersebut.
Dalam praktiknya, konfrontasi diungkapkan melalui kalimat gabungan yang mengandung
dua kondisi yang kontradiktif seperti,
”Anda mengatakan bahwa anda senang bersekolah di sekolahmu, tetapi anda sering
membolos”;
”Nanda mengatakan sangat senang dengan keputusan orang tua, tetapi Nanda menangis”;
”Tadi kamu katakan bahwa kamu tidak mencintainya, tetapi baru saja kamu juga
mengatakan bahwa kamu tidak bisa hidup tanpa dia.”
Konfrontasi digunakan hanya melalui kata-kata yang merupakan penyimpulan dari
perkataan, dan atau perbuatan konseli. Dengan kata lain, konfrontasi mendiskripsikan pesan
konseli, mengobservasi tingkah laku konseli, dan bukti-bukti lain yang sedang terjadi pada
konseli. Konfrontasi tidak boleh berisikan tuduhan, penilaian, atau pemecahan masalah
(Suwarjo, 2008).
Konfrontasi dalam wawancara konseling dimaknai sebagai pemberian tanggapan
terhadap pengungkapan kontradiksi dari konseli. Konfrontasi yang efektif
tidak menyerang konseli, tetapi merupakan tanggapan khusus dan terbatas tentang
perilaku konseli yang tidak konsisten. Tujuan : untuk memahami makna khusus dari
konfrontrasi ( pernyataa kembali yang bersifat kontradiksi ) dalam konteks konseling
dan menggunakan dalam situasi interpersonal. Penggunaan keterampilan ini
mensyaratkan beberapa tingkat kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah
dikembangkan melalui keterampilan‐
keterampilan lain. Nada suara, cara mengintroduksi konfrontasi, sikap badan dan ekspresi w
ajah, serta tanda‐tanda non verbal lainnya merupakan faktor‐faktor utama dalam
menerapkan keterampilan ini (Sugiarto, 2009)
Contoh materi yang secara umum diberikan konfrontasi dalam
proses konseling adalah :
a. Kontradiksi antara isi pernyataan dan cara mengatakan.
Konselor: ”Bagaimana kabar Anda hari ini?”
Konseli : “Oh..(suara datar) dalam keadaan baik‐baik saja” (suara rendah, sikap
dan posisi tubuh tampak gelisah)
Konselor: ”Anda mengatakan baik‐baik saja, tetapi suara dan sikap Anda nampak
menunjukkan kegelisahan?”
b. Tidak konsisten antara apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan oleh konseli.
C.Tidak konsisten antara apa yang dikatakan konseli dengan reaksi
yang diharapkan oleh konselor.
contoh :
Konseli : “Saya amat mencintai suami tetapi .................” “ Saya mau pekerjaan itu, tapi saya
ng harus pisah dengan keluarga.”
Konselor : “Disatu pihak saudara mencintai dia, tapi dipihak lain anda tidak
mau menikah dengannya.”(konfrontasi perasaan mendua terhadap pacarnya). “ Anda
merasa tidak aman jika dia mendekati wanita lain, tetapi anda mempunyai
kesanggupan dan bangkit dan lari dari dia” (konfrontasi antara perasaan tidak aman
dengan kekuatan untuk meninggalkan pacarnya.”
“Saudara mengatakan bahwa tidak menyesal dia pergi dengan
kekasih barunya, tapi saya tidak melihat pada air muka, posisi duduk, dan tangan saudara
yang dipangku, manandakan anda masih mencintainya.” (konfrontasi terfokus pada
perbedaan kata yang diucapkan denganbahasa tubuh).
Konseli : “Oh..., saya baik-
baik saja.” (suara rendah, wajah tidak cerah, posisi tubuh gelisah).
Konselor : “Anda katakan baik
baik saja tapi kelihatannya ada sesuatu yang kurang beres .” , atau ...
Konselor : “Saya lihat ada perbedaan antara ucapan anda dengan kenyataan diri.”
Konseli : “Yaah… keadaan saat ini telah membuat saya sangat gugup dan tegang.
Setiap kami berdua pergi keluar; selalu saja pacar saya itu menemui wanita
lain. Hal ini menimbulkan perasaan tidak aman pada diri saya. Kadang‐
kadang saya mau memukulnya. Kami sering bertengkar. Akan tetapi dia
selalu menolak tuduhan saya. Suatu malam di sebuah klub malam saat
kami minum berdua, dia menemui seorang wanita , sampai saya putuskan
pulang sendiri.”
Konselor : “Anda merasa tidak aman ketika melihat dia. Saya merasakan perasaan
Anda. Akan tetapi anda mempunyai kekuatan untuk bangkit dan pergi
meninggalkannya.”
Konselor : “Saya merasakan perasaan cemas yang anda alam. Saya ikut terluka
dengan peristiwa tersebut. Namun saya terkesan dengan kekuatan anda
untuk bangkit meninggalkan dia.”
Daftar pustaka
Happy Karlina Marjo, (2013). Penerapan Microskills dalam Domain Multicultural. Jurnal
Konseling dan Pendidikan. Volume 1 Nomor 1, Februari 2013, Hlm 58-66
Leaman, D. R.. Confrontation in Counseling. Personnel & Guidance Journal; Jun 78, 56(10).
Bradley T. Erford (2015). 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor. Edisi Kedua. Terj.
Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Sugianto, 2009. Pelatihan keterampilan konseling, UNY
Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling