Studi kasus merupakan penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer dalam
konteks kehidupan nyata (Yin, 1981a, 2009). Groat & Wang (2013) membuat pengertian tentang
studi kasus untuk penelitian arsitektur dengan mengubah menjadi penyelidikan empiris yang
menyelidiki suatu fenomena atau pengaturan. Dengan menghapus kata kontemporer dan
menambahkan pengaturan, pengertian ini mengakomodasi inklusi eksplisit dari fenomena historis
dan pengaturan historis.
Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And Research Design” mengungkapkan
lima tradisi penelitian, yaitu: biografi, fenomenologi, grounded theory study, studi kasus dan
etnografi. Salah satu tradisi yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah lama
dipandang sebagai metode penelitian yang “amat lemah”. Para peneliti yang menggunakan studi
kasus dianggap melakukan “keanehan” dalam disiplin akademisnya karena tingkat ketepatannya
(secara kuantitatif), objektivitas dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai (Robert, 1989).
Lebih lanjut Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu : (1)
mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi; (2) Kasus tersebut merupakan sebuah “sistem yang
terikat” oleh waktu dan tempat; (3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam
pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons
dari suatu peristiwa dan (4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan
waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus (Ibid, hlm. 36-37)
Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip Mulyana (2013: 201-202), keistimewaan Studi
Kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Studi Kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan
subjek yang diteliti,
2. Studi Kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca
dalam kehidupan sehari-hari (everyday real-life),
3. Studi Kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan
subjek atau informan,
4. Studi Kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak
hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan
(trustworthiness),
5. Studi Kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas,
6. Studi Kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas
fenomena dalam konteks tersebut.
Menurut Winkel (1991: 660) “tujuan studi kasus adalah untuk memahami individu secara mendalam
tentang perkembangan individu dalam penyesuaian dengan lingkungan.”
Menurut Suryabrata (2003: 80) “tujuan studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu, kelompok, lembaga, dan
masyarakat.”
Daftar pustaka :
• Groat, L. N., & Wang, D. (2013). Architectural Research Methods (2nd ed.). New Jersey: John Wiley
& Sons, Inc.
• Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.(Washington : COSMOS Corporation,
1989), hlm. 1
• Yin, R. K. (1981a). The Case Study as a Serious Research Strategy. Knowledge: Creation, Diffusion,
Utilization, 3(1), 97–114. https://doi.org/10.1177/107554708100300106