Konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien dari latar belakang budaya
yang berbeda, sehingga proses konseling mudah dipengaruhi oleh hambatan budaya
konselor itu sendiri, sehingga mengakibatkan hasil konseling yang buruk. Agar efektif,
konselor harus peka budaya, memahami dan menghargai budaya, dan memiliki
keterampilan responsif budaya. Hambatan struktural merupakan hambatan yang muncul
dalam proses konseling dan terdapat dalam sebuah susunan terjadinya hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada konseling lintas budaya. Hambatan sttuktural dalam
konseling lintas budaya diantaranya adalah :
a. Pemindahan (tranference)
Istilah pemindahan dalam pengertian yang luas menunjukkan pertanyaan perasaan
klien terhadap konselor, apakah berupa reaksi rasional kepada pribadian konselor atau
proyeksi yang tidak sadar dari sikap sikap dan streotype sebelumnya. Transference mengacu
pada kepada perasaan apapun yang dinyatakan atau dirasakan klien(cinta, benci, marah)
terhadap konselor, baik berupa reaksi rasional terhadap kepribadian konselor ataupun
proyeksi terhadap tingkah laku awal dan sikap sikap selanjutnya konselor.
Penyebab terjadinya transference adalah konselor mampu memahami klien lebih dari
klien memahami diri mereka sendiri dan dikarenakan konselor mampu bersifat ramah dan
secara emosional bersifat hangat. Fungsi transference membantu hubungan dengan
memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan yang menyimpang,
mempromosikan atau meningkatkan rasa percaya diri klien, membuat klien menjadi sadar
tentang pentingnya dan asal dari perasaan ini pada kehidupan mereka di masa sekarang
melalui intepretasi perasaan tersebut.
b. Pemindahan balik
Pemindahan balik merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien,
baik yang disadari maupun tidak disadari- timbulnya pemindahan - balik bersumber dari
kecemasan konselor yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1. Masalah pribadi yang tak
terpecahkan. 2. Tekanan situasional yang berkaitan dengan masalah pribadi konselor. 3.
Komunikasi perasaan klien dengan konselor.
c. Rapport
Suatu hubungan yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan
kesukaan dan persamaan . Ada dua cara kita melihat orang lain, yaitu perbedaan dan
persamaan. Jika melihat perbedaan diwarnai oleh perasaan egosentrisme, yakni melihat orang
lain dari kelemahan, kesalahan, dan keburukannya serta menganggap diri sendiri yang paling
hebat, terhormat. Segi persamaan melahirkan sikap ingin mengangap saudara jika
menekankan perbedaan maka akan sulit mencapai rapport sebaliknya jika menekannkan
persamaan sikap resisten akan hilang.
d. Resistence
Suasana anti teraupetik klien yang ditandai dengan penolakan, ketidaksediaan dan
melelahkan, perasaan terpaksa dan kewajiban terhadap klien, perasaan menilai klien
baik/tidak baik. Konselor memproyeksikan perasaan-perasaan atau sikap klien berdasarkan
pada masa lalu atau hubungan konselor dengan orang lain sehingga berlawanan dengan
kondisi sekarang dalam melaksanakan konseling secara efektif.
e. Language
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-
wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan
dan pikiran perbedaan bahasa bisa menghambat proses konseling.