Anda di halaman 1dari 8

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPB

No. Kpts- 214 /E00000/2016-S0


Tanggal 10 Juni 2016

PANDUAN
HAMBATAN KOMUNIKASI BAHASA

RUMAH SAKIT PERTAMINA TANJUNG


2 0 1 6

BAB I
1
PENDAHULUAN
HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-
pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat, bahasa atau dialeknya beragam, juga
budayanya, atau ada hambatan lainnya yang membuat proses mengakses dan menerima
perawatan sangat sulit. Rumah sakit mengidentifikasi hambatan hambatan tersebut dan
menerapkan proses untuk mengeliminasi atau mengurangi hambatan bagi pasien yang berupaya
mencari perawatan. Rumah sakit juga mengambil tindakan untuk mengurangi dampak dari
hambatan hambatan yang ada pada saat memberikan layanan.

BAB II
DEFINISI

A. Pengertian
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain, 1994:489),
Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), Gangguan ini
masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas komunikasi salah
satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai
hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi
efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya

2
relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu
diketahui juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.

B. Jenis-jenis hambatan
a. Hambatan Fisik Dalam Proses Komunikasi
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna
netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus saling
berkomunikasi secara m
aksimal. Bantuan panca indera juga berperan penting dalam komunikasi ini.
Contoh: Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini maka
perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada pasien lain. Perawat
harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara pada pasien tuna rungu.
Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara maka sebaiknya
ia mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut) agar si
komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si pasien tuna wicara isa membawa
rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa yang sebetulnya ia ucapkan.

b. Hambatan Semantik Dalam Proses Komunikasi


Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi hambatan
semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator,
maupun komunikan.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1. Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi
2. Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki)
3. Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki
empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara denotatif sedangkan komunikan menangkap secara
konotatif maka komunikasi kita gagal.

c. Hambatan Psikologis Dalam Proses Komunikasi


Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-
unsur dari kegiatan psikis manusia.

Hambatan psikologi dibagi menjadi 4 :

1. Perbedaan kepentingan atau interest


Kepentingan atau interst akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau
menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara

3
gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui
makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang
mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian kita
dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah kita akan
meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian. Lebih jauh Effendi
mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja tetapi juga
menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat
heterogen. Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan.
Kepentingan atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat
ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan
demikian, komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya,
apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting oleh
komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa
agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.

2. Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau
kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu
pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa faktor dari hambatan : personal dan
situasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada komunikan, maka
komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya
komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang controversial, reputasinya baik artinya
ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan.
Dengan kata lain komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas
yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.

3. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative
(Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan keterangan-
keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa itu berwatak lembut.
Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip
tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apapun tidak dapat diterima
oleh komunikan.

4
4. Motivasi
Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
(Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan dan arah
pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun
berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
Motif dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Motif Tunggal
Contoh: Motif seseorang menonton acara Seputar Indonesia yang disiarkan RCTI
adalah untuk memperoleh informasi.
b. Motif Bergabung
Contoh: (kasus yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain motif
menonton televisi adalah untuk memperolh informasi sekaligus mengisi waktu luang.

C. Jenis jenis Hambatan Lain


1. Ada delapan hambatan penting untuk komunikasi lintas budaya dalam keperawatan:
a. Kurangnya pengetahuan
b. Ketakutan dan ketidak percayaan,
c. Rasisme
d. Bias dan etnosentrisme
e. Stereotip, perilaku,
f. Ritual
g. Hambatan bahasa
h. Perbedaan dalam persepsi dan harapan.

a. Kurangnya pengetahuan
Selain itu, perawat yang tidak belajar tentang perilaku yang diterima dalam budaya yang
berbeda dapat atribut perilaku pasien (misalnya, diam, penarikan) untuk alasan yang
salah atau penyebab mengakibatkan penilaian yang salah dan intervensi.
b. Ketakutan dan ketidakpercayaan Rothenburger (1990) telah mengidentifikasi tujuh tahap
penyesuaian bahwa individu melewati selama pertemuanawal mereka dengan orang dari
budaya yang berbeda yang mereka tidak tahu atau mengerti.
Tahap-tahap ini:
Ketakutan: Setiap orang memandang orang lain sebagai berbeda dan, oleh karena
itu, berbahaya. Biasanya ketika orang-orang menjadi lebih baik mengenal satu sama lain,
ketakutan secara bertahap menghilang, hanya untuk digantikan oleh sukai.

Tidak menyukai: Orang-orang dari budaya yang berbeda sering curiga dari masing-
masing orang lain tindakan dan motif karena mereka kurang informasi

Penerimaan: Biasanya jika dua orang dari berbagi budaya yang berbeda
pengalaman cukup baik selama periode waktu

5
Respect: Jika individu dari beragam budaya berpikiran terbuka, mereka akan
memungkinkan mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas dalam satu sama lain

Percaya: Orang setelah dari beragam budaya telah menghabiskan cukup berkualitas
waktu bersama, mereka biasanya mampu saling percaya.

Menyukai: Untuk mencapai tahap akhir, individu-individu dari beragam budaya harus
mampu berkonsentrasi pada kualitas manusia yang mengikat orang bersama-sama,
bukan perbedaan yang menarik orang terpisah.

c. Rasisme
Rasisme di Amerika keperawatan adalah penghalang transkultural komunikasi antara
perawat dan pasien, dan antara perawat dan penyedia perawatan kesehatan lainnya.
Tipe-tipenya:
1. Rasisme individu: Diskriminasi karena karakteristik biologis
2. Rasisme Budaya: Menganggap budaya sendiri lebih superior
3. Kelembagaan rasisme: Lembaga (universitas, bisnis, rumah sakit, sekolah
keperawatan) memanipulasi atau mentolerir kebijakan yang tidak adil membatasi
peluang ras tertentu, budaya, atau kelompok.

d. Bias Dan Etnosentrisme


Apapun latar belakang budaya mereka, orang memiliki kecenderungan untuk menjadi
bias terhadap nilai-nilai budaya mereka sendiri, dan merasa bahwa nilai-nilai mereka
benar dan nilai-nilai dari orang lain adalah salah atau tidak baik.

e. Stereotipe
Sebuah stereotip budaya adalah asumsi beralasan bahwa semua orang dari kelompok
ras dan etnis tertentu yang sama. Sindrom tempat budaya buta adalah bentuk stereotip
yang masalah untuk banyak perawat dan dokter. Sindrom tempat budaya buta keyakinan
bahwa "Hanya karena klien terlihat dan berperilaku dengan cara yang anda lakukan,
Anda berasumsi bahwa tidak ada perbedaan budaya atau hambatan potensial
untuk perawatan " (Buchwald, 1994).

f. Perilaku Ritualistik
Ritual adalah prosedur dalam mengerjakan tugas

D. Hambatan Bahasa
Bahasa menyediakan alat-alat (kata) yang memungkinkan oranguntuk mengekspresikan mereka
pikiran dan perasaan
a. Bahasa asing,
b. berbeda dialek dan regionalisms, dan
c. Idiom dan "berbicara jalanan."

6
Bahasa asing, dialek dan Regionalism. Bahkan ketika perawat dan pasien berbicara bahasa
yang sama, kesalahpahaman dapat muncul. tapi ketika pasien datang dari negara
atau rumah tangga di mana bahasa Inggris bukan asli lidah, hambatan bahasa yang
dihasilkan dapat membawa komunikasi untuk berhenti, menghasilkan frustrasi dan konflik.
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tidak mahir dalam Inggris, Anda
akan perlu penerjemah. Seorang juru terampil dapat membantu anda, anda pasien, dan
keluarga pasien anda mengatasi kecemasan dan frustrai yang dihasilkan oleh hambatan
bahasa

E. Konflik Persepsi Dan Harapan


Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik
mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan serius. di bidang kesehatan
situasi perawatan, kesalahpahaman seringkali muncul ketikaperawat dan pasien memiliki
persepsi yang berbeda dan harapan, dan akibatnya salah menafsirkan satu sama lain.
Harapan bahwa pasien memiliki perawat dan dokter juga pada umumnya melihat anggota
keluarga mereka untuk sebagian besar perawatan mereka, dari pada kepada perawat.

F. Upaya-Upaya Dalam Mengatasi Hambatan Berkomunikasi


Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
1. Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut pada si komunikan apakah ia sudah mengerti apa yang si
komunikator bicarakan.
Contoh: Perawat bertanya pada pasien Apakah sudah mengerti, Pak?
2. Meminta penjelasan lebih lanjut
Sama halnya dengan poin pertama hanya saja disini si komunikator lebih aktif berbicara
untuk memastikan apakah ada hal lain yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh: Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?
3. Mengecek umpan balik atau hasil
Memancing kembali si komunikator dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau
pesan yang telah disampaikan kepada komunikan.
Contoh: Tadi obatnya sudah diminum , Pak? Sebelumnya si komunikator telah
berpesan pada komunikan untuk meminum obat.
4. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh: Obatnya diminum 3 kali sehari ya sambil menggerakkan tangan.
5. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
Dalam hal ini komunikator lebih mendekatkan diri dengan berbincang mengenai hal-hal
yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini (keluhan tentang penyakitnya).
6. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Si komunikator sebaiknya menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau
yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu.

7
8

Anda mungkin juga menyukai