Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KOTA BAUBAU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit harus seringkali melayani komunitas dengan berbagai keagamaan. Ada pasien
– pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat, bahasa atau dialeknya
beragam juga budayanya, atau ada hambatan lainnya yang membuat proses mengakses
dan menerima perawatan sangat sulit.rumah sakit mengidentifikasi hambatan – hambatan
tersebut dan menerapkan proses untuk mengeliminasi atau mengurangi hambatan bagi
pasien yang berupaya mencari perawatan . rumah sakit juga mengambil tindakan untuk
mengurangi dampak dari hambatan-hambatan yang ada pada saat memberikan layanan.

BAB II

PENGERTIAN

Hambatan dapat di artikan sebagai halangan atau rintangan yang di alami (bedudu
Zain,1994:489), dalam konteks komunikasi di kenal pula gangguan (mekanik maupun
semantik ), gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effedy , 1993:45
), efektifitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar
hambatan komunikasi yang terjadi.

Di dalam setiap kegiatan komunikasi sudah dapat di pastikan akan menghadapi berbagai
hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi
efektifitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi massa jenis hambatannya
relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu
di ketahui juga bahwa komunikasi harus bersifat heterogen.

A. Jenis – jenis hambatan


a. Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu),
tuna netra,tuna wicara.maka hal ini baik komunikator maupun komunikan harus
saling berkomunikasi secara maksimal.bantuan panca indra juga berperan penting
dalam komunikasi ini.
Contoh : apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut dalam hal
ini maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada
pasien lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

berbicara pada pasien tuna rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien.apabila si
pasien mengalami tuna wicara maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca indranya
(misa :gerakan tangan,gerakan mulut)
Agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si pasien tuna
wicara ia membawa rekan untuk menterjemahkan pada si komunikan apa yang
sebetulnya ia ucapkan.
b. Hambatan semantik dalam proses komunikasi
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi
hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang
digunakan oleh komunikator, maupun komunikan
Hambatan semantik di bagi 3, diantaranya :
1. Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara. Contoh :
partisipasi menjadi partisisapi.
2. Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata – kata yang
pengucapannya sama. Contoh : bujang (sunda : sudah ; sumatera : anak laki-
laki)
3. Adanya pengertian konotatif contoh : secara denotative, semua setuju bahwa
anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif,
banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia,
bersahabat dan panjang ingatan.jadi apabila ini disampaikan secara denotatif
sedangkan komunikan menangkap secara konotatif maka komunikasi kita gagal
c. Hambatan psikologis dalam proses komunikasi
Di sebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut
merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi di bagi menjadi 4 :
1. Perbedaan kepentingan atau interest
Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam
menganggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan
perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
Effendi (1981:43) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila kita
tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikit pun,
maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian kita di
hadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah
kita akan memilih makanan. Berlian baru akan di perhatikan kemudian. Lebih
jauh effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita
saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku
kita.
Sebagaimana telah di bahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa
bersifat heterogen. Heterogonitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya
perbedaan kepentingan.kepentingan atau interest komunikan dalam suatu
kegiatan komunikasi sangat di tentukan oleh manfaat atau kegunaan
pesankomunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian komunikan melakukan
seleksi terhadap pesan yang di terimanya.
Kondisi komunikan seperti ini perlu di pahami oleh seorang komunikator.
Masalhnya apabila kamu komunikator ingin agar pesannya dapat di terima dan
di anggap penting oleh komunikan maka komunikator harus berusaha
menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan dari
komunikan .
2. Prasangka
Menurut Sears prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseotang
atau kelompok lain sikap serta perilakunya terhadap mereka untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai prasangka maka sebaiknya kita
bahas terlebih dahulu pengertian persepsi. Persepsi adalah pengalaman objek
pribadi peristiwa faktor dari hambatan : personal dan situasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang merupakan prasangka pada
komunikan maka mkomunikator yang akan menyampaikan pesan melalui
media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang
controversial reputasinya baik artinya dia tidak pernah terlibatdalam suatu
peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan. Dengankata lain
komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas yang
tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

3. Streotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative
(Gerungan,1983:169). Jadi streotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjekjektif.
Contoh : orang batak itu berwatak keras sedangkan orang jawa itu berwatak
lembut.
Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki
streotipe tertentu pada komunikannya, maka dapat di pastikan pesan apapun
tidak dapat di terima oleh komunikan.
4. Motivasi
Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-
alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu (Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan
dan arah pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan
komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
Motif di bagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Motif Tunggal
Contoh : Motif seseorang menonton acara “seputar Indonesia” yang
disiarkan RCTI adalah memperoleh informasi
b. Motif bergabung
Contoh : (kasus yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain
motif menonton televisi adalah memperoleh informasi sekaligus mengisi
waktu luang.
d. Jenis – jenis hambatan lain
Ada delapan hambatan penting untuk komunikasi lintas budaya dalam keperawatan
:
1) Kurangnya pengetahuan
Selain itu, perawat yang tidak belajar tentang prilaku yang diterima dalam
budaya yang berbeda dapat atribut prilaku pasien (misalnya, dia,penarikan)
untuk alasan yang salah atau penyebab mengakibatkan penulaian yang salah
atau pengebab mengakibatkan penilaian yang salah dan intervensi.
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

2) Ketakutan dan ketidak percayaan


(Rothenburger:1990) telah mengidentifikasi tujuh tahap penyesuaian bahwa
individu melewati selama pertemuan awal mereka dengan orang dari budaya
yang berbeda yang mereka tidak tahu atau mengerti.
Tahap – tahap ini :
Ketakutan : setiap orang memandang orang lain sebagai berbeda dan, oleh
karena itu, berbahaya. Biasanya ketika orang – orang menjadi lebih baik
mengenal satu sama lain, ketakutan secara bertahap menghilang, hanya untuk
di gantikan oleh sukai.
Tidak menyukai : orang – orang dari budaya yang berbeda sering curiga dan
masing-masing orang lain tindakan dan motif karena mereka kurang informasi.
Penerimaam : biasanya jika dua orang dari berbagai budaya yang berbeda
pengalaman cukup baik selama periode waktu.
Respect :jika individu dari beragan budaya berpikiran terbuka, mereka akan
memungkinkan mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas dalam satu
sama lain
Percaya : orang setelah dari beragam budata telah menghabiskan cukup
berkualitas waktu bersama, mereka biasanya mampu saling percaya.
Menyukai :untuk mencapai tahap akhir, individu-individu dari beragam budaya
harus mampu berkonsentrasi pada kualitas manusia yang mengikat orang
bersama-sama, bukan perbedaan yang menarik orang terpisah.

3) Rasisme
Rasisme di Amerika keperawatan adalah penghalang transkultural komunikasi
antara perawat dan pasien, dn antara perawat dan penyedia perawatan
kesehatan lainnya.
Tipe-tipenya
1. Rasisme individu : diskriminasi karena karakteritis biologis
2. Rasisme budaya : menganggap budaya sendiri lebih superior
3. Kelembagaan rasisme : lembaga (universitas, bisnis, rumah sakit, sekolah
keperawatan) memanipulasi atau mentolerirkebijakan yang tidak stabil
membatasipeluang ras tertentu, budaya, atau kelompok.
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

4) Bias dan etnosentrisme


Apapun latar budaya mereka, orang memiliki kecendrungan untuk menjadi bias
terhadap nilai-nilai budaya mereka sendiri, dan merasa bahwa nilai – nilai
mereka benar dan nilai-nilai dari orang lain adalah salah atau tidak baik.

5) Stereotip
Sebuah stereotip budaya adalah asumsi beralasan bahwa semua orang dari
kelompok ras dan atnis tertentu yang sama. Sindrom tempat budaya buta
adalah bentuk streotip yang masalah untuk banyak perawat dan dokter.
Sindrom tempat budaya buta keyakinan bahwa “hanya karena klien terlihat dan
berprilaku dengan cara yang anda lakukan, anda berasumsi bahwa tidak ada
perbedaanbudaya atau hambatanpotensi untuk perawatan” (buchwald,1994)

6) Perilaku Ritualistik
Ritual adalah prosedur dalam mengerjakan tugas

7) Hambatan bahasa
Bahasa menyediakan alat-alat (kata) yang memungkinkan orang untuk
mengekspresikan mereka pikiran dan perasaan
a) Bahasa asing
b) Berbeda dialek dan regonalisme,
c) Idiom dan “ berbicara jalanan”
Bahasa asing, dialek, dan regionalisme, bahkan ketika perawat dan pasien
berbicara bahasa yang sama, kesalahpahaman dapat muncul, tapi ketika
pasien datang dari negara atau rumah tangga dimana bahasa inggris bukan asli
lidah, hambatan bahasa yang di hasilkan ndapat membawa komunikasi
berhenti, menghasilkan frustasi dan konflik.
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tidak mahir bahasa
inggris, anda akan perli penerjemah. Seorang juga trampil dapat membantu
anda,anda pasien dan keluarga pasien anda mengatasi kecemasan dan frustasi
yang di hasilkan oleh hambatan bahasa.
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

8) Perbedaan dalam persepsi dan harapan.


Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi ,
upaya terbaik mereka dapat di gagalkan oleh kesalah pahaman dan konflik
bahkan serius di bidanh kesehatan situasi perawatan, kesalah pahaman
seringkali muncul ketika perawat dan pasien memiliki persepsi yang berbeda
dan harapan, dan akibatnya salah menafsirkan satu sama lain pesan

Harapan bahwa pasien memiliki nperawat dan dokter juga dapat menyebabkan
masalah komunikasi lintas budaya. Sebagai contoh, pasien Jepang pada
umumnya melihat anggota keluarga mereka untuk sebagian besar perawatan
mereka, daripada kepada perawat.

e. Upaya – upaya dalam mengatasi hambatan berkomunikasi


Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat di tanggulangi dengan cara sbb :
1. Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut pada si komunikan spsksh ia sudah mengerti apa yang si
komunikator bicarakan.
Contoh : perawat bertanya pada pasien “Apakah sudah mengerti, pak ?”
2. Meminta penjelsan lebih lanjut
Sama halnya dengan poin pertama hanya saja di sini si komunikator lebih aktif
berbocara untuk memastikan apakah ada hal lain yang perlu di tanyakan lagi.
Contoh : “Apa ada hal lain yang kurang jelas,Bu?”
3. Mengecek umpan balik atau hasil
Memancing kembali si komunikator dengan mengajukan pertanyaan mengenai
hal atau pesan yang telah di sampaikan kepada komunikan.
Contoh :”tadi obatnya sudah diminum,pak?” sebelumnya si komunikator telah
berpesan kepada komunikan untuk meminum obat.
4. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat.
Contoh “ obatnya di minum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Drs. H. La Ode Manarfa No.- Tlp.(0402) 2825356 Fax.(0402) 2825357
Email : rsudkotabaubau@gmail.com

5. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima


Dalam hal ini komunikator lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal – hal yang menyangkut keluarga, keadaanya saat ini (keluhan
tentang penyakitnya)
6. Membuat pesan singkat,jelas dan cepat
Si komunikator sebaiknya menyampaikan hanya hal – hal yang berhubungan
pasien (atau yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisie dan tidak mebuang-
buang waktu.

Anda mungkin juga menyukai