Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi sangat dibutuhkan kita berada dan bagi siapa saja. Kita sebagai makhluk
sosial membutuhkan suatu komunikasi agar dapat berinteraksi dengan orang lain, jika
kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik akan menimbulkan masalah bagi lawan
bicara kita.
Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar
dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi
organisasi dapat macet atau tidak berjalan secara efektif. Komunikasi yang efektif
adalah penting bagi semua organisasi. Dengan demikian komunikasi efektif sangat
penting pada setiap tingkat di dalam setiap organisasi dan berfungsi untuk mencapai
sasaran secara efektif. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya
komunikasi dalam organisasi maupun komunitas dapat macet atau tidak berjalan
organisasi tersebut.
Dalam berkomunikasi banyak hal yang menghambat dalam melakukan komunikasi,
baik secara fisik maupun psikis. Oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana
cara komunikasi yang baik dalam keadaan apapun. Dalam hal ini, kami akan
membahas tentang hambatan dalam berkomunikasi, serta beberapa cara
berkomunikasi melalui keterbatasan yang menghambat kita secara langsung dalam
berkomunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi Hambatan dalam Berkomunikasi?
2. Apa saja Hambatan Komunikasi pada Saluran ?
3. Bagaimana mengatasi Hambatan dalam Berkomunikasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hambatan - hambatan dalam berkomunikasi.
2. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi pada saluran.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam berkomunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN

D. Hambatan Komunikasi
Komunikasi adalah upaya untuk menghantarkan informasi. Dalam perjalanan
informasi tersebut menghadapi beberapa filter. Setidaknya ada tiga filter, yaitu:
selective perception, selective recall, dan selective exposure. Karena adanya filter
selective perception, maka tidak semua informasi yang diterima oleh panca indera itu
diteruskan ke otak. TIdak semua yang dilihat atau didengar, diolah oleh otak untuk
dipikirkan.1 Kecuali informasi yang penting dan menarik perhatian saja yang
dipikirkan. filter selective recall berperan untuk menyaring informasi dari otak ke
sistem nilai atau perasaaan. Tidak semua yang dipikirkan atau diketahui oleh
seseorang itu diberi emosi atau perasaan. filter selective exposure berperan untuk
membatasi tidak semua informasi dari sistem nilai atau perasaan diteruskan ke
anggota tubuh untuk ditindaklanjuti. Tidak semua yang kita benci atau sukai itu
diungkapkan secara eksplisit dengan perilaku yang berupa perbuatan dan perkataan.2
Nampak jelas, bahwa ketiga filter tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan kita
sehari-hari. Sangat melindungi kita secara fisikal-psikologis dalam berinteraksi
sehari-hari dengan lingkungan. Ketiga filter tersebut memberikan double-sided
effects. Di satu sisi berfungsi memberikan perlindungan, namun di sisi lain justru
menjadi hambatan dalam komunikasi. Karena itu, ada lima macam hambatan dari
efektivitas komunikasi baik juga dalam konteks presentasi, negosiasi maupun
mujadalah yaitu :
1. Hambatan Fisikal
Hambatan fisikal adalah hal-hal yang menghalangi rangsangan inderawi atau
stimuli mencapai panca indera dengan baik. Seperti lingkungan sekitar yang
sangat bising, ruangan yang gelap, tulisan yang kabur atau pun kualitas sinyal
internet yang buruk sehingga panca indera tidak dapat menangkap informasi
dengan baik.
2. Hambatan Intelektual
Hambatan intelektual adalah hal-hal yang menghalangi informasi mengalami
kesulitan untuk diteruskan dan diproses oleh otak. Informasi yang terlalu

1
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), 65.
2
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2010), 87.
banyak, penggunaan istilah atau bahasa asing yang tidak dimengerti,
pembahasan teoritis yang rumit, dan penggunaan simbol yang belum dikenal
merupakan contoh dari hambatan intelektual. Otak kesulitan untuk memahami
atau mencerna dengan baik pesan yang disampaikan.
3. Hambatan Emosional
Hambatan emosional adalah hal-hal yang menyebabkan informasi yang sudah
dipahami dengan baik namun tidak mendapatkan penerimaan yang terbuka
dari penerimanya. Ada tiga hal yang biasanya menjadi sumber hambatan
emosional, yaitu: suasana hati penerima, sikap negatif terhadap penyampai
pesan, dan cara yang tidak pas dalam penyampaian. Dalam suasana hati yang
H-A-L-T (hungry, angry, lonely, tired). Dalam kondisi lapar, marah,
keterasingan, atau lelah; seseorang cenderung untuk tertutup atau menolak
terhadap informasi yang bersifat negatif-evaluatif. Ketika seseorang menerima
informasi yang negatif dan evaluatif tentang dirinya mereka cenderung untuk
mempertimbangkan atau menilai kredibilitas dari penyampai pesan. Begitu
pula ketika individu tidak menyukai penyampai pesan; maka dia pun
cenderung untuk tertutup terhadap pesan yang disampaikan.
4. Hambatan Struktural
Hambatan struktural adalah hal-hal yang menghalangi informasi diterima atau
disetujui karena perbedaan posisi antara penyampai dan penerima. Penerima
memandang penyampai memiliki posisi yang lebih rendah daripada dirinya,
sehingga cenderung untuk tidak bersedia menerima informasi yang
disampaikan. Seperti hal aspek kehidupan yang lainnya, komunikasi juga
dipengaruhi oleh efek gravitasi. Pesan akan lebih mudah disampaikan dan juga
lebih terbuka untuk diterima bila berasal dari penyampai yang dipersepsi oleh
penerima lebih tinggi atau lebih baik. Orang tua lebih mudah menyampaikan
pesan kepada anak-anaknya daripada sebaliknya. Atasan lebih mudah untuk
menyampaikan masukan kepada bawahan daripada sebaliknya.
5. Hambatan Kultural
Hambatan kultural adalah hal-hal yang menyebabkan informasi tidak diterima
atau ditolak untuk ditindaklanjuti karena cara penyampaian yang tidak sesuai
dengan ekspektasi dari penerima pesan. Budaya yang berbeda di antara
penyampai dan penerima bisa jadi hambatan informasi itu diterima. Misalnya
saja bagi budaya lain, menggunakan tangan kiri untuk menunjuk ataupun
memberikan sesuatu kepada orang lain merupakan hal yang biasa saja atau
netral. Tetapi bagi masyarakat yang berbudaya Minang, memberikan sesuatu
menggunakan tangan kiri kepada orang lain dipersepsi sebagai penghinaan
atau perilaku tidak hormat. Walaupun mungkin yang diberikan itu berupa
makanan yang disukai ataupun uang dalam jumlah banyak, tetapi yang
menyampaikan menggunakan cara-cara yang buruk—misalnya menggunakan
tangan kiri, bisa jadi makanan dan uang tersebut ditolak untuk diterima. Bukan
karena makanannya tidak enak atau uangnya sedikit, tetapi karena cara
penyampaiannya yang tidak sesuai dengan harapan dari budaya yang
berkembang.3

Dengan memahami kelima hambatan utama dalam komunikasi tersebut,


individu maupun kelompok dapat mengembangkan pendekatan-pendekatan
yang lebih teknis untuk memastikan bahwa presentasi, negosiasi dan
mujadalah dapat berjalan dengan efektif.

E. Hambatan Komunikasi Pada Saluran

F. Mengatasi Hambatan Komunikasi


Komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas dari proses komunikasi baik pada
tingkat individu maupun pada tingkat organisasi. Komunikasi yang efektif terjadi
apabila perilaku komunikan (sasaran) sebagai reaksi dari kehendak pesan sesuai yang
diinginkan oleh komunikator. Banyaknya hambatan dari proses penyampaian atau
penerimaan pesan akan menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan oleh kehendak
pesan artinya komunikasi tidak efektif. Oleh karena itu, bila komunikasi efektif harus
berusaha mengatasi hambatan dalam berkomunikasi. Memperbaiki komunikasi dalam
organisasi berkaitan dengan melakukan proses yang akurat mulai dari penyandian,
penyampaian pesan, penguraian, dan umpan balik pada tingkat organisasi,
mencuiptakan dan memonitor saluran komunikasi yang tepat. Adapun beberapa cara
dalam mengatasi masalah komunikasi diantaranya:
1. Meningkatkan umpan balik, kesalahpahaman dapat dikurangi apabila proses
umpan balik dapat dilakukan dengan baik. Mekanisme umpan balik dalam
organisasi sama pentingnya dengan komunikasi antar pribadi.
3
A. Liliweri, Komunikasi Antarpersonal. (Jakarta: Kencana, 2015), 125.
2. Empati, pada dasarnya merupakan komunikasi yang dilakukan beroreantasi
pada penerima, komunikator harus menempatkan diri sebagai penerima
sehingga proses penyandian, penggunaan bahasa, disesuaikan dengan kondisi
penerima.
3. Pengulangan, hal ini dapat membantu pendengaran atau penerima untuk
menginterpretasikan pesan yang tidak jelas atau sulit untuk dapat memahami
pada saat pertama kali didengar.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana agar penerima pesan dapat memahami
isi pesan yang disampaikan.
5. Penentuan waktu yang efektif, agar pesan yang disampaikan tersusun dengan
baik ringkas dan mudah dipahami.
6. Mendengarkan secara selektif, komunikasi adalah masalah memahami dan
dipahami. Untuk mendorong seseorang mengemukakan keinginannya,
perasaannya, dan emosinya adalah mendengarkan secara seksama.4

4
S. Hanani, S, Komunikasi Antarpribadi:Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 89.

Anda mungkin juga menyukai