Anda di halaman 1dari 30

3.

Kesantunan Berbahasa
Faktor Sosial dan Situasional dalam
Berkomunikasi

• Faktor-faktor sosial: status sosial, jenis kelamin,


umur, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan
sebagainya.
• Faktor situasional meliputi siapa yang berbicara
dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana,
mengenai hal apa, dalam situasi yang bagaimana,
apa jalur yang digunakan, ragam bahasa mana
yang digunakan, serta tujuan pembicara
(Nababan, 1986).
Kaidah Kesantunan Berbahasa

• Menurut Chaer (2010: 10), terdapa tiga kaidah yang harus diikuti dalam
membentuk kesantunan berbahasa, yaitu
(1) Formalitas (formality)
(2) Ketidaktegasan (hesistancy), dan
(3) kesamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie).

Tuturan disebut santun jika,


• Tidak terdengar memaksa atau angkuh,
• Memberi pilihan tindakan kepada lawan tutur, dan
• Menyenangakan lawan tutur
Perilaku Berbahasa
• Perilaku berbahasa menunjukkan perilaku budaya manusia
• Kesantunan berbahasa tecermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda
verbal atau tatacara berbahasa
• Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam
masyarakat
• Tatacara berbahasa seseorang yang tidak sesuai dengan norma-norma budaya,
akan membuat orang tersebut mendapat nilai negatif, misalnya dituduh sebagai
orang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak
berbudaya.
Kesantunan berbahasa

• Kesopanan dan kehalusan ketika menggunakan


bahasa, baik dalam bentuk lisan atau tulisan.
Dalam masyarakat Indonesia, kesantunan
berbahasa sangat penting kerana melambangkan
kehalusan budi, kesopanan, dan tingkah laku
penutur dan masyarakat.
• Aspek berbudi bahasa dan pengetahuan yang
tinggi dalam bidang bahasa
Makna bahasa menunjukkan
bangsa

Tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa bahasa satu lebih baik


dari bahasa yang lain.

Maksud dari ungkapan itu adalah

• Kemampuan berkomunukasi dalam sebuah bahasa adalah kemampuan


menggali potensi bahasa dan menggunakannya secara baik, benar, dan santun.
• Hal tersebut merupakan cermin dari sifat dan kepribadian
pemakainya.
Indikasi Kesantunan Berbahasa
• Sikap menghargai, misalnya dengan
menggunaan sapaan yang tepat kepada
sasaran, penggunaan kosakata yang tepat
• Menyamankan mitra bicara dengan nada
suara yang lembut dan sesuai dengan situasi
• Menunjukkan rasa hormat kepada orang
lain dan memperlihatkan nilai-nilai yang
baik
Kesantunan berbahasa yang mengandungi
nilai-nilai murni dan perlakuan yang positif
perlu diterapkan dalam kalangan generasi
muda.
Pendapat tokoh-tokoh terhadap kesantunan bahasa.

• Lokaff (1990)
Kesantunan sebagai sistem relasi interpersonal
yang dirancang untuk memfasilitasi interaksi
dengan cara meminimalkan potensi konflik.
• Thomas (1995)
Kesantunan Berbahasa bertujuan membangun
heharmonisan antara penutur dan mitra tutur
• Brown dan Levinson (1987): upaya kerja sama untuk
menjaga muka.
• Dalam tiap interaksi, penutur dan mitra tuturnya akan
bekerja sama untuk menjaga muka atau tidak
mengancam muka / Face Threatening Acts (FTAs),
seperti tidak secara terang-terangan menyuruh,
menunjukkan kelemahan seseorang, meyalahkan, dan
sebagainya.
• FTAs jika harus dilakukan harus diujarkan dengan
ketentuan etika baik yang harus dikatakan secara
langsung maupun tidak langsung.
Prinsip Sopan Santun
• Kesantunan berbahasa dapat dilakukan dengan
cara pelaku tutur mematuhi
prinsip sopan santun berbahasa yang
berlaku di masyarakat pemakai bahasa itu.
• Tujuan mengikuti prinsip sopan santun adalah
menjaga hubungan baik dengan mitra tuturnya.
Prinsip (Maksim) Kesantunan (Leech)
• Maksim Kebijaksanaan
Peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu
mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan
keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.

• Maksim kedermawanan
Berikan keuntungan diri sendiri sekecil-kecilnya dan berikan keuntungan
untuk orang lain sebesar-besarnya.
• Maksim Penghargaan
Dalam maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan
untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain,
dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
Rahardi (2005: 63) menambahkan, dalam maksim
penghargaan dijelaskan bahwa,
Orang akan dapat dianggap santun apabila dalam
bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan
kepada pihak lain.
• Maksim Kesederhanaan (Kerendahan
Hati)
Mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri.
• Maksim Kesederhanaan dan Kerendahan hati
merupakan parameter kesantunan dalam
budaya Indonesia
• Maksim Pemufakatan
Para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan di dalam kegiatan
bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan
antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan
bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat
dikatakan bersikap santun.
• Maksim Kesimpatisan
Para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang
satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta
tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun.

Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan maka


penutur wajib memberikan ucapan selamat.

Jika lawan tutur mendapatkan kesusahan, atau musibah, penutur layak


turut berduka, atau mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda
kesimpatian.
Ciri-Ciri Tuturan Santun Berdasarkan prinsip
kesantunan
Semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula
keinginan orang itu untuk bersikap santun kepada lawan
tuturnya.
Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung, lebih santun
dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung.
 Memerintah dengan kalimat berita atau kalimat tanya
dipandang lebih santun dibandingkan dengan kalimat perintah
(imperatif).
(Chaer)
Ciri-Ciri Tuturan Santun Berdasarkan prinsip
kesantunan
• 1) Tuturan yang menguntungkan orang lain
2) Tuturan yang meminimalkan keuntungan bagi diri
sendiri.
3) Tuturan yang menghormati orang lain
4) Tuturan yang merendahkan hati sendiri
5) Tuturan yang memaksimalkan kecocokan tuturan
dengan orang lain
6) Tuturan yang memaksimalkan rasa simpati pada
orang lain
(Zamzani)
Mempraktikkan KESANTUNAN BERBAHASA
• 1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain.
2) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan
menyinggung
perasaan lain.
3) Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas
kebaikan orang lain.
4) Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain
melakukan
sesuatu.
5) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang
dihormati.
6) Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga.
PENYEBAB KETIDAKSANTUNAN TUTURAN
• Kritik secara langsung dengan kata-kata kasar
Contoh : Pemerintah memang tidak pecus mengelola uang. Mereka
bisanya hanya
mengkorupsi uang rakyat saja.

• Dorongan rasa emosi penutur


Contoh: Apa buktinya kalau pendapat anda benar? Jelas-jelas jawaban
anda tidak
masuk akal.

Tuturan di atas terkesan dilakukan secara emosional dan kemarahan.


• Protektif terhadap pendapat
Contoh: Silakan kalau tidak percaya. Semua akan
terbukti kalau pendapat saya yang
paling benar.
• Sengaja menuduh lawan tutur
Contoh: Hasil penelitian ini sangat lengkap dan bagus.
Apakah yakin tidak ada
manipulasi data?
• Sengaja memojokkan mitra tutur
Contoh: Katanya sekolah gratis, tetapi mengapa siswa masih
diminta membayar iuran sekolah?
Pada akhirnya masih banyak anak-anak yang putus sekolah.

Tuturan yang disampaikan penutur menjadikan lawan tutur


tidak dapat melakukan pembelaan. Tuturan di atas terkesan
sangat keras karena terlihat keinginan untuk memojokkan
lawan tutur.
Bagaimanakah cara Saudara Berkirim pesan
lewat media sosial
• Buatlah contoh WA atau SMS untuk dosen
untuk salah satu keperluan
perkuliahanpembimbingan. /
Kesantunan untuk Keperluan Berkomunikasi
di kampus
• Antarmahasiswa
• Mahsiswa-Dosen
• Antardosen
Etika Berkirim pesan pada dosen
• 1. Perhatikan kapan waktu yang tepat untuk menghubungi dosen. Pilihlah waktu
yang biasanya tidak dipakai untuk beristirahat atau beribadah. Contoh: hindari
menghubungi dosen di atas pukul 20.00 atau di saat waktu ibadah.

2. Awali dengan sapaan atau mengucapkan salam. Contoh: Selamat pagi


Bapak/Ibu, atau Assalamualaikum (apabila kedua belah pihak sesama muslim).

3. Ucapkan kata maaf untuk menunjukkan sopan santun dari kerendahan hati
Anda. Contoh: "Mohon maaf mengganggu waktu Ibu/Bapak".

4. Setiap dosen pasti menghadapi ratusan mahasiswa setiap harinya dan tidak
menyimpan nomor kontak seluruh mahasiswa. Maka, pastikan Anda
menyampaikan identitas Anda di setiap awal komunikasi/percakapan. Contoh:
"Nama saya Putri, mahasiswa Administrasi Negara Angkatan 2016, semester ini
mengambil mata kuliah Hukum dan Administrasi Negara di kelas Ibu/Bapak".
• 5. Gunakan bahasa yang umum dimengerti, tanda baca
yang baik dan dalam konteks formal. Hindari menyingkat
kata seperti 'dmn, yg, ak, kpn, otw, sy'. Hindari kata ganti
non formal seperti 'aku, ok, iye, dll'.

6. Tulislah pesan dengan singkat dan jelas. Contoh: "Saya,


memerlukan tanda tangan Bapak/Ibu di lembar
pengesahan saya. Kapan kiranya saya dapat menemui
Bapak/Ibu?"

7. Akhiri pesan dengan mengucapkan terima kasih atau


salam sebagai penutup.
Jenis kesantunan Nonverbal
Pergerakan ●
● Kepala
anggota ●



tangan
kaki
badan

Ekspresi ●



Air muka
Pergerakan mata

wajah senyuman

Keduduk ●



Cara berjalan
Menundukkan badan
Tangan di poket

an badan


● Silang kaki
Tugas 1
Bagaimana menurut Saudara perkembangan
kesantunan berbahasa di Indonesia, misalnya
pada ,
• penggunaan bahasa di media sosial
• penggunaan bahasa dalam acara-acara di televisi
• pesantunan berbahasa dalam diskusi ilmiah
Jelaskan pendapat Saudara dengan contoh.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai