Disusun Oleh :
BURHANUDDIN,S.Ag
NIM :90256123011
2023
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta beserta segenap isinya.Salam dan Salawat bagi
junjungan kita Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat serta orang yang selalu
ada di jalan-nya.
Tak ada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan rasa syukur yang
tulus dari hati yang terdalam karena barkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya
Dan ucapan teriamah kasih kepada semua pihak Yang membantu penulisan
makalah ini terkhusus kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah PHI
Kontenporer yang senantiasa memberikan bimbingannya sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah tentang Penistaan agama,Radikalisme dan sikap
Intoleran.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan hambaNya
yang menjunjung tinggi persaudaraan dan perdamaian.Kami sudah berusaha
menghadirkan karya terbaik, namun sebagai manusia biasa tentunya kita tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan (No body is perfect). Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan labih lanjut.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amiiiiin…..
Penulis,
1
BAB. I
PENDAHULUAN
A,Latar Belakang
2
merespons dengan bijak dan efektif untuk mencapai perdamaian, toleransi, dan
kerukunan.
Melalui analisis yang cermat dan tinjauan literatur, makalah ini akan
mengeksplorasi peran pendidikan, dialog antaragama, upaya hukum, dan peran
individu dalam memerangi radikalisme, penistaan agama, dan intoleransi. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu ini, kita dapat bekerja bersama untuk
menciptakan masyarakat yang lebih aman, adil, dan inklusif.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang yang disampaikan diatas maka penulis akan merumus
masalah dalam tulisan ini sebagai berikut:
3
BAB.II
PEMBAHASAN
I PENGERTIAN
4
Penistaan berasal dari kata “nista” yang berarti hina, cela, rendah, noda. 3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa kata penistaan adalah
melecehkan, menista, hina, rendah, atau suatu perbuatan yang sangat tidak
4
enak didengar. Kata penodaan dan penistaan memiliki makna yang sama,
yakni menganggap sesuatu hal yang rendah, hina atau ternoda. Yang mana
kata-kata ini akan muncul ketika ada kebencian dalam diri seseorang.
Pelecehan atau penghinaan, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-
Istihza‟, yang berasal dari kata haza‟a– yuhazi‟u, yang berkonotasi sakhira
(melecehkan), sedangkan kata sabba dan syatmun juga memiliki arti cacian,
penghinaan, penodaan.5
Agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang
mempunyai akal, memegang peraturan tuhan dengan kehendaknya sendiri
untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.
Itulah pengertian “agama” menurut M. Taib Thahir Abdul Muin. 6 Banyak ahli
menyebutkan agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu “a” yang berarti tidak
dan “gama” yang berarti kacau. Maka agama berarti tidak kacau (teratur).
Dengan demikian agama itu adalah peraturan yang mengatur keadaan manusia,
maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan
hidup bersama.7
Penistaan agama adalah suatu perbuatan yang dilakukan melalui perkataan atau
sikap yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang menyalahgunakan
hal-hal terkait agama
3
Leden Marpaung, SH, Tindak Pidana Terhadap kehormatan, (Jakarta, PT: Raja
Grafindo Persada, 1997), hlm.11.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi revisi
ke 3; (Jakarta, Balai Pustaka, 2002), hlm. 784
5
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya :Pustaka
Proggessif, 1997), h. 501
5
Beberapa negara memiliki hukum yang melarang penistaan agama untuk
melindungi perasaan umat beragama dan mencegah potensi kerusuhan.
A. Penyebab radikalisme
1. Ketidak puasan Sosial dan Ekonomi: Ketidak puasan sosial dan ekonomi,
seperti ketida ksetaraan ekonomi, pengangguran, dan ketidak puasan
terhadap sistem politik yang ada, dapat memicu perasaan ketidak puasan.
Individu yang merasa terpinggirkan atau tidak menerima hak mereka
cenderung lebih rentan terhadap pemikiran radikal.
2. Identitas dan Kelompok: Faktor identitas seperti agama, etnis, atau budaya
dapat menjadi penyebab radikalisme. Individu mungkin merasa
terdiskriminasi atau terancam dalam identitas mereka dan bergabung
dengan kelompok radikal sebagai bentuk protes atau identitas yang lebih
kuat.
3. Politik Ekstrem: Politik ekstrem dan pemimpin ekstrem yang
menggunakan retorika radikal dapat memperkuat dan mempertebal sikap
radikal dalam masyarakat.
4. Pengaruh Luar: Pengaruh dari kelompok-kelompok radikal di luar negeri
atau kelompok teroris dapat memengaruhi individu untuk mengadopsi
6
pandangan radikal. Rekrutmen melalui internet dan media sosial dapat
memperkuat pengaruh ini.
5. Pendidikan dan Propaganda Radikal: Pendidikan atau propaganda yang
mempromosikan pemikiran radikal atau ideologi ekstrem dapat
mempengaruhi individu, terutama jika mereka terpapar pada usia muda.
Sekolah-sekolah radikal atau pusat pelatihan radikal sering digunakan
untuk mendoktrinasi individu.
6. Ketegangan Sosial dan Konflik: Keadaan konflik bersenjata, ketegangan
etnis, atau konflik politik dalam suatu wilayah atau negara dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan radikalisme tumbuh subur.
Radikalisme sering kali berkembang dalam situasi konflik.
7. Media Sosial dan Internet: Media sosial dan internet memungkinkan
penyebaran propaganda radikal, rekrutmen, dan komunikasi antar individu
yang berbagi pandangan radikal. Ini telah mempermudah proses
radikalisasi.
1. Keangkuhan
7
Keangkuhan yang dilahirkan oleh kenikmatan akan kemewahan duniawi.
Allah berfirman menyangkut mereka yang dilupakan-Nya pada hari akhir
nanti.
Allah berfirman dalam QS. Al-Jatsiyah : 35 8
ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُّ ُ ْ ُْ َ ُ ه
ْاَّلل ه ُز ًوا َوغ َّرتك ُم ال َح َياة الدن َيا ۚ فال َي ْو َم َل ُيخ َر ُجون ِمن َها َوَل ه ْم ُي ْست ْعت ُبون َ ْ ُ ْ َ َّ ُ ُ َّ َ ْ ُ َٰ َ
ِ ات ِ ذ ِلكم ِبأنكم اتخذتم آي
2. Ketidaktahuan
Ketidaktahuan itu baik karena informasi yang keliru, maupun karena tidak
diterimanya informasi sama sekali. Berkali-kali al-Qur‟an menegaskan
bahwa sikap buruk kaum musyrik adalah akibat mereka tidak tahu.
Allah berfirman Dalam Qs. al-Maidah : 58 9
َ ُ َّ َ َّ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َّ َ َّ َ ُ َ َ َ
ٱلصل َٰو ِة ٱتخذوها ه ُز ًوا َول ِع ًبا ۚ ذ َٰ ِلك ِبأن ُه ْم ق ْو ٌم َل َي ْع ِقلون َ ِوإذا ناد ْيت ْم ِإَل
(Artinya) Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang
demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau
mempergunakan akal (QS. Al-Maidah : 58)
3. Fanatik buta/Taqlid buta
Kata fanatik dalam bahasa Arab adalah ashabiyah atau ta‟asub. Dua kata
tersebut secara bahasa bermakana al-Mahamat wa al-Mudafa‟at (saling
menjaga dan melindungi). Sedangkan ta‟a dan radhiya „anhu (rela
terhadapnya), kesenangan yang berlebihan, dan tergila- gila. Adapun
definisi terminologinya, „ashabiyah adalah anggapan yang diiringi sikap
yang paling benar dan membelanya dengan membabi buta.
8
https://www.mushaf.id/surat/al-jasiyah/35
9
https://tafsirweb.com/1942-surat-al-maidah-ayat-58.html
8
4. Kebencian
Kebencian dalam al-Qur‟an dikenal dengan kata al-Baghda‟, menurut
alRaghib al-Asfahani, dalam kitab Mu‟jam Mufradat Alfaz al-Qur‟an
yang mengartikan kata al-Baghda‟ ialah kebencian yaitu larinya perasaan
dari sesuatu yang mencintai sesuatu. Kebencian adalah kebalikan dari
cinta.50 Islam memang tidak membuat larangan terhadap kebencian. Benci
dapat dibenarkan bahkan harus jika itu terkait pelanggaran terhadap aturan
agama. Namun, seringkali kebencian menjadi penghalang seseorang untuk
melihat kebenaran, sehingga kebencian perlu dietakkan di posisi yang
semestinya. Kebencian juga dapat merusak logika berfikir dan akal sehat.
Penolakan terhadap para nabi seringkali karena faktor kebencian tanpa
terlabih dahulu melihat substansi ajaran yang ingin disampaikan.10
C. Penyebab intoleran.
Intoleransi adalah sikap atau perilaku yang tidak dapat menerima atau
menghormati perbedaan, pandangan, atau keyakinan orang lain. Penyebab
intoleransi bisa sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Beberapa
faktor umum yang dapat menyebabkan intoleransi meliputi:
10
Nasiruddin, “Penistaan Agama Dalam al-Qur‟an”, Telaah Penafsiran Wahhab al-
Zahayli dalam Tafsir al-Munir, (Tesis, UIN Surabaya, Surabaya, 2017), h. 52
9
3. Ketidak amanan: Orang seringkali cenderung menjadi intoleran terhadap
apa yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap identitas, budaya, atau
keyakinan mereka sendiri. Ketidakamanan pribadi dapat memicu
intoleransi terhadap yang dianggap berbeda.
4. Faktor Politik dan Sosial: Faktor politik dan sosial seperti ketegangan
politik, konflik etnis, atau perpecahan sosial dapat menciptakan suasana
yang memperburuk intoleransi. Pemimpin politik atau media yang
memanfaatkan perbedaan untuk menciptakan ketegangan dapat memicu
sikap intoleran.
5. Pengaruh Kelompok: Kelompok tertentu atau komunitas yang
mempromosikan pandangan yang sempit atau intoleran dapat
memengaruhi individu untuk mengadopsi sikap serupa. Orang yang
terpapar kepada kelompok semacam itu dapat lebih rentan terhadap
intoleransi.
6. Pendekatan Sekat Sosial: Pendekatan sekat sosial, seperti diskriminasi atau
eksklusi dari kelompok tertentu, dapat memperkuat sikap intoleran. Orang
yang merasa disingkirkan atau dicampakkan oleh masyarakat cenderung
lebih rentan terhadap intoleransi.
7. Propaganda dan Retorika Negatif: Propaganda atau retorika yang
menghujat atau merendahkan kelompok atau individu tertentu dapat
memperkuat intoleransi. Media, termasuk media sosial, dapat menjadi
sarana untuk menyebarkan pandangan intoleran.
A.Damapak Radikalisme
10
Radikalisme yang merajalela ditengah kehidupan umat beragama bisa
menimbulkan beberapa dampak 11
3. Polarisasi Politik
11
Radikalisme adalah pandangan atau paham yang merugikan banyak aspek
kehidupan. Itulah pentingnya pendidikan, dialog, dan penguatan nilai-nilai
toleransi yang dapat menjadi langkah-langkah penting dalam menangani
tantangan radikalisme
B.Dampak Intoleransi
12
Intoleransi dalam agama dapat menimbulkan dampak negatif, seperti
Penistaan agama yang terjadi ditengah kehidupan umat beragama dapat dapat
memicu beberapa kondisi 13
12
https://unesa.ac.id/soroti-intoleran-kalangan-anak-muda-mahasiswa-
pe-ngopi-bersama-pakar-lintas-agama
13
https://www.bing.com/search?q=Penistaan&FORM=SSPRAC&PC=U53
1&lightschemeovr=1
12
3.Pembatasan Kebebasan Berbicara: Beberapa negara mungkin
merespon penistaan agama dengan memperketat pembatasan kebebasan berbicara.
Ini dapat memicu debat tentang batasan kebebasan berekspresi versus
perlindungan nilai-nilai keagamaan.
4.Polarisasi Masyarakat: Penistaan agama dapat memperdalam
polarisasi dalam masyarakat. Ini dapat menciptakan kelompok-kelompok yang
saling bertentangan dan memperumit dialog antar kelompok, menghambat
pemahaman dan toleransi.
5.Ancaman terhadap Keamanan Pribadi: Individu yang terlibat dalam
penistaan agama dapat menjadi target serangan atau ancaman dari penganut
agama yang merasa terhina. Ini dapat menciptakan situasi yang berbahaya bagi
keamanan pribadi mereka.
6.Dampak Psikologis: Bagi individu atau kelompok yang menjadi korban
penistaan agama, dampaknya bisa sangat merugikan secara psikologis. Stigma,
rasa takut, dan tekanan emosional dapat muncul sebagai konsekuensi dari
penghinaan terhadap keyakinan agama.
Penting untuk diingat bahwa penilaian terhadap penistaan agama dapat
bervariasi di berbagai budaya dan konteks hukum. Beberapa masyarakat
menganggap penistaan agama sebagai pelanggaran serius terhadap nilai-nilai
moral dan spiritual, sementara yang lain mungkin lebih mendukung kebebasan
berekspresi bahkan jika itu termasuk kritik terhadap agama. Kesadaran akan
kerentanan dan dampak yang mungkin terjadi bisa menjadi langkah awal untuk
mempromosikan dialog dan pengertian yang lebih baik antar kelompok dalam
masyarakat.
.IV.Pencegahan Radikalisme,Penistaan agama dan Intoleran
A.Pencegahan radikalisme
13
tindakan yang bersifat preventif dan proaktif untuk menghindari individu terlibat
dalam tindakan radikal atau ekstremis. Beberapa upaya pencegahan radikalisme
yang penting meliputi:
14
8. Kolaborasi Lintas-Sektoral: Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat
sipil, kelompok agama, dan lembaga pendidikan dapat meningkatkan
upaya pencegahan radikalisme. Ini memungkinkan berbagai pemangku
kepentingan untuk bekerja sama dan membagikan sumber daya dan
pengetahuan.
9. Mengatasi Isolasi Sosial: Upaya harus dilakukan untuk mengatasi isolasi
sosial dan alienasi yang dapat menyebabkan individu merasa terpinggirkan
dan rentan terhadap rekrutmen radikal.
10. Evaluasi Program: Program pencegahan radikalisme perlu dievaluasi
secara teratur untuk memastikan efektivitasnya dan membuat perubahan
jika diperlukan.
15
2. Penegakan Hukum: Lembaga penegak hukum harus melakukan
penyelidikan dan penuntutan terhadap individu yang terlibat dalam
penistaan agama sesuai dengan hukum yang berlaku.
3. Kerja Sama Internasional: Kerja sama antar negara dalam mengatasi
penistaan agama dan ekstradisi pelaku yang melarikan diri melintasi batas
negara penting untuk memberikan sanksi yang konsisten dan adil.
4. Pendidikan dan Kesadaran: Program-program pendidikan dan kesadaran
masyarakat harus diterapkan untuk mengedukasi masyarakat tentang
pentingnya menghormati perbedaan agama dan keyakinan. Ini juga dapat
membantu mencegah penistaan agama.
5. Perlindungan Saksi: Masyarakat yang melaporkan tindakan penistaan
agama seringkali memerlukan perlindungan dari ancaman atau tindakan
balasan. Jaminan perlindungan saksi adalah langkah penting.
6. Media dan Internet: Pengawasan media dan internet untuk menghindari
penyebaran konten penistaan agama adalah hal yang penting. Kolaborasi
dengan penyedia platform online untuk menghapus konten penistaan
agama adalah bagian dari upaya ini.
7. Dialog Antaragama: Mendorong dialog dan komunikasi yang positif
antar kelompok agama dapat membantu meredakan ketegangan dan
meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan dan praktik
agama.
8. Pemberdayaan Kelompok Terdampak: Masyarakat yang terdampak
oleh penistaan agama perlu diberdayakan untuk mengambil tindakan
hukum dan melaporkan insiden penistaan agama.
9. Pengadilan yang Adil: Pastikan bahwa sistem peradilan memberikan
perlindungan hukum yang adil bagi semua pihak yang terlibat dalam kasus
penistaan agama.
10. Pendekatan Pencegahan: Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Upaya pencegahan intoleransi dan ekstremisme dapat membantu
mengurangi insiden penistaan agama.
16
Tindakan hukum dan upaya penanggulangan penistaan agama perlu
memperhitungkan hak kebebasan berbicara dan kebebasan berpendapat, tetapi
juga harus memastikan bahwa penistaan agama tidak membahayakan hak asasi
manusia dan ketertiban sosial. Ini adalah tantangan yang kompleks yang
memerlukan perhatian serius dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah, lembaga hukum, dan masyarakat sipil.
17
6. Penggunaan Media: Media memiliki peran penting dalam membentuk
pandangan masyarakat. Oleh karena itu, media harus memainkan peran
yang positif dalam mengatasi intoleransi agama dengan tidak
menyebarkan retorika yang merusak dan merendahkan agama lain.
7. Komitmen Pemerintah: Pemerintah harus berkomitmen untuk
melindungi hak asasi manusia dan mengatasi intoleransi agama. Ini
termasuk mendukung kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta
melindungi minoritas agama dari diskriminasi.
8. Kolaborasi Lintas-agama: Mendorong kolaborasi antara kelompok-
kelompok agama dalam proyek-proyek sosial dan kemanusiaan dapat
membantu membangun kepercayaan antaragama dan meningkatkan
toleransi.
9. Pendekatan Sosial dan Ekonomi: Beberapa bentuk intoleransi agama
mungkin muncul sebagai akibat dari ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.
Upaya untuk mengatasi intoleransi juga harus memasukkan komitmen
untuk mengatasi ketidaksetaraan ini.
10. Pengawasan dan Pelaporan: Masyarakat perlu merasa aman untuk
melaporkan insiden intoleransi agama. Oleh karena itu, harus ada
mekanisme pengawasan yang efektif dan saluran pelaporan yang aman.
18
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Penistaan agama adalah tindakan yang melukai perasaan umat beragama dan
dapat mengganggu kerukunan antarumat beragama.
2. Radikalisme seringkali merupakan pendorong utama di balik tindakan
penistaan agama. Kelompok radikal dapat memanfaatkan penistaan agama
untuk memperkuat pandangan ekstrem mereka.
3. Sikap intoleran terhadap keyakinan dan agama orang lain dapat memicu
konflik dan ketegangan sosial.
4.Pendidikan, dialog antaragama, dan kesadaran akan pentingnya kebebasan
beragama dan berbicara dapat membantu mengurangi penistaan agama,
radikalisme, dan sikap intoleran.
5. Penting untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan
penghormatan terhadap kebebasan beragama sebagai langkah-langkah untuk
mengatasi masalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Haq Hamka Islam Rahmah untuk Bangsa (graham pena Jakarata) 2009
https://www.mushaf.id/surat/al-jasiyah
https://tafsirweb.com/1942-surat-al-maidah-ayat-58.
.https;// kumparan.com /Radikalisme: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampak yang
Ditimbulkan
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta : Titian Ilahi Press : 1997),
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT: Raja Persada, 1996),
RI Kemenag Radikalisme Agama Dan Tantangan Bangsa (Jakarta) 2014
Syaifuddin Lukman hakim,Moderasi Beragama(Yayasan Jakarta 2002
20