Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENISTAAN AGAMA,RADIKALISME DAN SIKAP


INTOLERAN

MATA KULIAH : PEMIKIRAN HUKUM ISLAM KONTENPORER


Dosen : Dr.H .Anwar Sadat,M.Ag

Disusun Oleh :

BURHANUDDIN,S.Ag
NIM :90256123011

PROGRAM MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM


STAIN MAJENE

2023

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta beserta segenap isinya.Salam dan Salawat bagi
junjungan kita Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat serta orang yang selalu
ada di jalan-nya.
Tak ada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan rasa syukur yang
tulus dari hati yang terdalam karena barkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya
Dan ucapan teriamah kasih kepada semua pihak Yang membantu penulisan
makalah ini terkhusus kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah PHI
Kontenporer yang senantiasa memberikan bimbingannya sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah tentang Penistaan agama,Radikalisme dan sikap
Intoleran.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan hambaNya
yang menjunjung tinggi persaudaraan dan perdamaian.Kami sudah berusaha
menghadirkan karya terbaik, namun sebagai manusia biasa tentunya kita tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan (No body is perfect). Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan labih lanjut.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amiiiiin…..

Majene 8 November 2023

Penulis,

1
BAB. I

PENDAHULUAN

A,Latar Belakang

Masyarakat modern saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan kompleks


yang mempengaruhi keamanan, stabilitas, dan harmoni sosial. Di tengah
perkembangan teknologi dan globalisasi yang menghubungkan kita dengan
berbagai budaya dan ideologi, kita juga menyaksikan peningkatan fenomena yang
mengancam ketertiban sosial, yaitu radikalisme, penistaan agama, dan intoleransi.
Tiga isu ini memunculkan berbagai permasalahan yang berdampak luas, baik
dalam skala lokal maupun global.

Radikalisme, dalam berbagai bentuknya, memiliki potensi untuk


mengancam keamanan nasional, sosial, dan agama. Kelompok-kelompok radikal
seringkali memanfaatkan ideologi yang ekstrem untuk menghasut kekerasan dan
mengancam kebebasan individu serta masyarakat. Sementara itu, penistaan agama
telah menjadi sumber konflik dan ketegangan sosial yang signifikan. Perilaku
yang merendahkan agama dapat memicu reaksi keras dan menyulut konflik,
seringkali dengan dampak yang merugikan bagi masyarakat.

Intoleransi agama, yang mencakup perilaku diskriminatif dan prasangka


terhadap kelompok-kelompok agama tertentu, juga menjadi perhatian serius.
Intoleransi bisa memicu ketidaksetujuan, konflik, dan terpisahnya komunitas
dalam masyarakat modern yang semestinya lebih inklusif dan harmonis.

Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk membahas isu-isu


radikalisme, penistaan agama, dan intoleransi dengan mengidentifikasi penyebab,
dampak, dan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menghadapinya.

Tujuan utama adalah untuk menyajikan pemahaman yang lebih mendalam


tentang tantangan ini dan mendiskusikan bagaimana masyarakat modern dapat

2
merespons dengan bijak dan efektif untuk mencapai perdamaian, toleransi, dan
kerukunan.

Melalui analisis yang cermat dan tinjauan literatur, makalah ini akan
mengeksplorasi peran pendidikan, dialog antaragama, upaya hukum, dan peran
individu dalam memerangi radikalisme, penistaan agama, dan intoleransi. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu ini, kita dapat bekerja bersama untuk
menciptakan masyarakat yang lebih aman, adil, dan inklusif.

B. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang yang disampaikan diatas maka penulis akan merumus
masalah dalam tulisan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian Radikalisme,Penistaan agama dan Intoleran


2.Apa menjadi Penyebab Munculnya Radikalisme,Penistaan agama dan
Intoleran
3.Apa Dampak Radikalisme,Penistaan agama dan Intoleran
4. Bagaimana Penanganan Radikalisme,Penistaan agama dan Intoleran

3
BAB.II
PEMBAHASAN
I PENGERTIAN

A Radikalisme menurut bahasa berarti paham atau aliran yang


menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan
cara kekerasan atau drastis. namun, dalam artian lain, esensi radikalisme
adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu
radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu
cenderung menggunakan kekerasan.1
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan
kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan
mereka. Sementara Islam merupakan agama kedamaian yang mengajarkan
sikap berdamai dan mencari perdamaian. Islam tidak pernah
membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama,
2
paham keagamaan serta paham politik
B. Intoleransi: Intoleransi adalah sikap atau perilaku yang tidak dapat
menerima perbedaan, pandangan, atau keyakinan orang lain. Ini melibatkan
ketidak mampuan untuk menghormati atau menghargai keragaman dalam
masyarakat. Intoleransi bisa muncul dalam berbagai konteks, seperti agama,
ras, etnis, , atau pandangan politik. Intoleransi agama, misalnya, adalah
ketidak mampuan untuk menghormati atau mengakui hak individu untuk
memilih dan menjalani keyakinan agamanya sendiri tanpa ada tekanan atau
diskriminasi.
C. Penistaan Agama: Penistaan agama adalah tindakan atau penyataan yang
dianggap melecehkan atau menghina suatu agama atau keyakinan agama. Ini
bisa meliputi penghinaan terhadap simbol-simbol agama, tokoh agama, atau
ajaran agama. Penistaan agama sering kali merupakan masalah sensitif dan
dapat menyebabkan ketegangan dan konflik antar kelompok agama.

1 Kasjim Salenda, Terorisme dan Jihad (Jokyakarta: al-Zikra, 2011), h. 93.


2 Zainuddin Fanani, Radikalisme Keagamaan & Perubahan Sosial, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2003, h. 27C.

4
Penistaan berasal dari kata “nista” yang berarti hina, cela, rendah, noda. 3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa kata penistaan adalah
melecehkan, menista, hina, rendah, atau suatu perbuatan yang sangat tidak
4
enak didengar. Kata penodaan dan penistaan memiliki makna yang sama,
yakni menganggap sesuatu hal yang rendah, hina atau ternoda. Yang mana
kata-kata ini akan muncul ketika ada kebencian dalam diri seseorang.
Pelecehan atau penghinaan, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-
Istihza‟, yang berasal dari kata haza‟a– yuhazi‟u, yang berkonotasi sakhira
(melecehkan), sedangkan kata sabba dan syatmun juga memiliki arti cacian,
penghinaan, penodaan.5
Agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang
mempunyai akal, memegang peraturan tuhan dengan kehendaknya sendiri
untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.
Itulah pengertian “agama” menurut M. Taib Thahir Abdul Muin. 6 Banyak ahli
menyebutkan agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu “a” yang berarti tidak
dan “gama” yang berarti kacau. Maka agama berarti tidak kacau (teratur).
Dengan demikian agama itu adalah peraturan yang mengatur keadaan manusia,
maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan
hidup bersama.7
Penistaan agama adalah suatu perbuatan yang dilakukan melalui perkataan atau
sikap yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang menyalahgunakan
hal-hal terkait agama

3
Leden Marpaung, SH, Tindak Pidana Terhadap kehormatan, (Jakarta, PT: Raja
Grafindo Persada, 1997), hlm.11.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi revisi
ke 3; (Jakarta, Balai Pustaka, 2002), hlm. 784
5
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya :Pustaka
Proggessif, 1997), h. 501

6 Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT: Raja Persada,


1996),
7
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi
Historis, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press : 1997), h. 10

5
Beberapa negara memiliki hukum yang melarang penistaan agama untuk
melindungi perasaan umat beragama dan mencegah potensi kerusuhan.

Penting untuk memahami bahwa setiap tindakan radikalisme, intoleransi, atau


penistaan agama harus dilihat dalam konteks tertentu, dan sikap atau tindakan
semacam itu sering kali menjadi penyebab ketegangan sosial dan konflik. Dalam
masyarakat yang beragam, penting untuk mempromosikan dialog, toleransi, dan
penghormatan terhadap perbedaan agar menciptakan perdamaian dan harmoni.

II. Penyebab Radikalisme,Penistaan Agama dan Intoleran

A. Penyebab radikalisme

Penyebab radikalisme bisa bervariasi dan kompleks, tergantung pada konteks


sosial, politik, dan budaya. Beberapa faktor umum yang dapat menyebabkan
radikalisme termasuk:

1. Ketidak puasan Sosial dan Ekonomi: Ketidak puasan sosial dan ekonomi,
seperti ketida ksetaraan ekonomi, pengangguran, dan ketidak puasan
terhadap sistem politik yang ada, dapat memicu perasaan ketidak puasan.
Individu yang merasa terpinggirkan atau tidak menerima hak mereka
cenderung lebih rentan terhadap pemikiran radikal.
2. Identitas dan Kelompok: Faktor identitas seperti agama, etnis, atau budaya
dapat menjadi penyebab radikalisme. Individu mungkin merasa
terdiskriminasi atau terancam dalam identitas mereka dan bergabung
dengan kelompok radikal sebagai bentuk protes atau identitas yang lebih
kuat.
3. Politik Ekstrem: Politik ekstrem dan pemimpin ekstrem yang
menggunakan retorika radikal dapat memperkuat dan mempertebal sikap
radikal dalam masyarakat.
4. Pengaruh Luar: Pengaruh dari kelompok-kelompok radikal di luar negeri
atau kelompok teroris dapat memengaruhi individu untuk mengadopsi

6
pandangan radikal. Rekrutmen melalui internet dan media sosial dapat
memperkuat pengaruh ini.
5. Pendidikan dan Propaganda Radikal: Pendidikan atau propaganda yang
mempromosikan pemikiran radikal atau ideologi ekstrem dapat
mempengaruhi individu, terutama jika mereka terpapar pada usia muda.
Sekolah-sekolah radikal atau pusat pelatihan radikal sering digunakan
untuk mendoktrinasi individu.
6. Ketegangan Sosial dan Konflik: Keadaan konflik bersenjata, ketegangan
etnis, atau konflik politik dalam suatu wilayah atau negara dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan radikalisme tumbuh subur.
Radikalisme sering kali berkembang dalam situasi konflik.
7. Media Sosial dan Internet: Media sosial dan internet memungkinkan
penyebaran propaganda radikal, rekrutmen, dan komunikasi antar individu
yang berbagi pandangan radikal. Ini telah mempermudah proses
radikalisasi.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini tidak selalu menyebabkan


radikalisme pada setiap individu. Kombinasi faktor-faktor ini dan pengaruh sosial
lebih lanjut dapat memainkan peran dalam menentukan sejauh mana seseorang
akan mengadopsi pandangan radikal. Pencegahan radikalisme melibatkan
pemahaman dan penanggulangan faktor-faktor tersebut, serta mempromosikan
pendidikan, dialog, dan toleransi sebagai alternatif terhadap radikalisme.

B. Penyebab Penistaan agama

Penistaan agama adalah tindakan atau penyataan yang dianggap


melecehkan atau menghina suatu agama atau keyakinan agama. Penyebab
penistaan agama bisa bervariasi, dan dalam banyak kasus, penistaan agama terjadi
karena faktor-faktor individu atau situasional. Beberapa penyebab umum
penistaan agama meliputi:

1. Keangkuhan

7
Keangkuhan yang dilahirkan oleh kenikmatan akan kemewahan duniawi.
Allah berfirman menyangkut mereka yang dilupakan-Nya pada hari akhir
nanti.
Allah berfirman dalam QS. Al-Jatsiyah : 35 8

ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُّ ُ ْ ُْ َ ُ ‫ه‬
ْ‫اَّلل ه ُز ًوا َوغ َّرتك ُم ال َح َياة الدن َيا ۚ فال َي ْو َم َل ُيخ َر ُجون ِمن َها َوَل ه ْم ُي ْست ْعت ُبون‬ َ ْ ُ ْ َ َّ ُ ُ َّ َ ْ ُ َٰ َ
ِ ‫ات‬ ِ ‫ذ ِلكم ِبأنكم اتخذتم آي‬

( Artinya : Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu menjadikan


ayatayat Allah sebagai olok-olokkan dan kamu ditipu oleh kehidupan
dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak
pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.

2. Ketidaktahuan
Ketidaktahuan itu baik karena informasi yang keliru, maupun karena tidak
diterimanya informasi sama sekali. Berkali-kali al-Qur‟an menegaskan
bahwa sikap buruk kaum musyrik adalah akibat mereka tidak tahu.
Allah berfirman Dalam Qs. al-Maidah : 58 9
َ ُ َّ َ َّ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َّ َ َّ َ ُ َ َ َ
‫ٱلصل َٰو ِة ٱتخذوها ه ُز ًوا َول ِع ًبا ۚ ذ َٰ ِلك ِبأن ُه ْم ق ْو ٌم َل َي ْع ِقلون‬ ‫َ ِوإذا ناد ْيت ْم ِإَل‬
(Artinya) Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang
demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau
mempergunakan akal (QS. Al-Maidah : 58)
3. Fanatik buta/Taqlid buta
Kata fanatik dalam bahasa Arab adalah ashabiyah atau ta‟asub. Dua kata
tersebut secara bahasa bermakana al-Mahamat wa al-Mudafa‟at (saling
menjaga dan melindungi). Sedangkan ta‟a dan radhiya „anhu (rela
terhadapnya), kesenangan yang berlebihan, dan tergila- gila. Adapun
definisi terminologinya, „ashabiyah adalah anggapan yang diiringi sikap
yang paling benar dan membelanya dengan membabi buta.
8
https://www.mushaf.id/surat/al-jasiyah/35
9
https://tafsirweb.com/1942-surat-al-maidah-ayat-58.html

8
4. Kebencian
Kebencian dalam al-Qur‟an dikenal dengan kata al-Baghda‟, menurut
alRaghib al-Asfahani, dalam kitab Mu‟jam Mufradat Alfaz al-Qur‟an
yang mengartikan kata al-Baghda‟ ialah kebencian yaitu larinya perasaan
dari sesuatu yang mencintai sesuatu. Kebencian adalah kebalikan dari
cinta.50 Islam memang tidak membuat larangan terhadap kebencian. Benci
dapat dibenarkan bahkan harus jika itu terkait pelanggaran terhadap aturan
agama. Namun, seringkali kebencian menjadi penghalang seseorang untuk
melihat kebenaran, sehingga kebencian perlu dietakkan di posisi yang
semestinya. Kebencian juga dapat merusak logika berfikir dan akal sehat.
Penolakan terhadap para nabi seringkali karena faktor kebencian tanpa
terlabih dahulu melihat substansi ajaran yang ingin disampaikan.10
C. Penyebab intoleran.
Intoleransi adalah sikap atau perilaku yang tidak dapat menerima atau
menghormati perbedaan, pandangan, atau keyakinan orang lain. Penyebab
intoleransi bisa sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Beberapa
faktor umum yang dapat menyebabkan intoleransi meliputi:

1. Ketidakpahaman: Salah satu penyebab utama intoleransi adalah


ketidakpahaman atau kurangnya pengetahuan tentang orang, budaya,
agama, atau keyakinan yang berbeda. Orang yang tidak memahami atau
tidak tahu banyak tentang kelompok atau individu lain cenderung
memiliki sikap intoleran.
2. Prejudis: Prejudis atau prasangka negatif terhadap kelompok atau individu
tertentu dapat memicu intoleransi. Prejudis dapat berasal dari stereotip
yang tidak benar, mitos, atau ketakutan yang tidak beralasan.

10
Nasiruddin, “Penistaan Agama Dalam al-Qur‟an”, Telaah Penafsiran Wahhab al-
Zahayli dalam Tafsir al-Munir, (Tesis, UIN Surabaya, Surabaya, 2017), h. 52

9
3. Ketidak amanan: Orang seringkali cenderung menjadi intoleran terhadap
apa yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap identitas, budaya, atau
keyakinan mereka sendiri. Ketidakamanan pribadi dapat memicu
intoleransi terhadap yang dianggap berbeda.
4. Faktor Politik dan Sosial: Faktor politik dan sosial seperti ketegangan
politik, konflik etnis, atau perpecahan sosial dapat menciptakan suasana
yang memperburuk intoleransi. Pemimpin politik atau media yang
memanfaatkan perbedaan untuk menciptakan ketegangan dapat memicu
sikap intoleran.
5. Pengaruh Kelompok: Kelompok tertentu atau komunitas yang
mempromosikan pandangan yang sempit atau intoleran dapat
memengaruhi individu untuk mengadopsi sikap serupa. Orang yang
terpapar kepada kelompok semacam itu dapat lebih rentan terhadap
intoleransi.
6. Pendekatan Sekat Sosial: Pendekatan sekat sosial, seperti diskriminasi atau
eksklusi dari kelompok tertentu, dapat memperkuat sikap intoleran. Orang
yang merasa disingkirkan atau dicampakkan oleh masyarakat cenderung
lebih rentan terhadap intoleransi.
7. Propaganda dan Retorika Negatif: Propaganda atau retorika yang
menghujat atau merendahkan kelompok atau individu tertentu dapat
memperkuat intoleransi. Media, termasuk media sosial, dapat menjadi
sarana untuk menyebarkan pandangan intoleran.

Untuk mengatasi intoleransi dengan pendidikan, dialog antar budaya, dan


promosi kesadaran tentang keragaman. Mengenal dan memahami orang lain,
memerangi stereotip dan prasangka, serta mempromosikan keadilan sosial dapat
membantu mengurangi intoleransi dalam masyarakat.

III.Dampak Radikalisme,Intoleran Dan Penistaan Agama

A.Damapak Radikalisme

10
Radikalisme yang merajalela ditengah kehidupan umat beragama bisa
menimbulkan beberapa dampak 11

1. Potensi Kekerasan dan Terorisme

Salah satu dampak paling berbahaya dari radikalisme adalah potensi


terjadinya kekerasan dan tindakan terorisme. Kelompok-kelompok radikal yang
menggunakan cara-cara ekstrem ini dapat membahayakan keselamatan banyak
orang.
2. Perpecahan Sosial

Radikalisme dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat karena


pandangan mereka yang ekstrem sering kali bertentangan dengan nilai-nilai
mayoritas. Ini bisa menyebabkan konflik dan ketegangan sosial yang merugikan.

3. Polarisasi Politik

Radikalisme juga dapat menyebabkan polarisasi dalam politik. Ketika


kelompok-kelompok radikal mempengaruhi diskusi dan kebijakan politik,
kesepahaman antara berbagai pihak menjadi sulit tercapai.

4. Menghambat Pembangunan dan Kemajuan

Ketika upaya-upaya radikal mengganggu stabilitas sosial dan politik,


pembangunan dan kemajuan suatu negara dapat terhambat. Investasi dan
pertumbuhan ekonomi bisa terpengaruh negatif.

5. Kerugian bagi Identitas Negara

Dalam beberapa kasus, radikalisme yang terkait dengan separatisme atau


nasionalisme ekstrem bisa menyebabkan kerugian bagi identitas negara dan
11
.https;// kumparan.com /Radikalisme: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampak
yang Ditimbulkan

11
Radikalisme adalah pandangan atau paham yang merugikan banyak aspek
kehidupan. Itulah pentingnya pendidikan, dialog, dan penguatan nilai-nilai
toleransi yang dapat menjadi langkah-langkah penting dalam menangani
tantangan radikalisme

B.Dampak Intoleransi
12
Intoleransi dalam agama dapat menimbulkan dampak negatif, seperti

1,Tindakan atau perlakuan tidak adil


2. Kerugian fisik atau materi dan mental atau kepribadian
3. Ancaman terjadinya kekerasan atau perkelahian masal
4. Ancaman kerukunan
5.. Ancaman kehancuran ekonomi masyarakat

C.Dampak Penistaan Agama

Penistaan agama yang terjadi ditengah kehidupan umat beragama dapat dapat
memicu beberapa kondisi 13

1.Ketegangan dan Komplik Sosial Penistaan agama dapat memicu


ketegangan sosial dan konflik antar kelompok. Ketika keyakinan agama
seseorang dihina atau dicemooh, hal ini bisa merangsang reaksi emosional dan
kemarahan dari penganut agama tersebut.
2.Pelanggaran Hukum Banyak negara memiliki undang-undang yang
melarang penistaan agama karena dapat dianggap sebagai ancaman terhadap
keamanan dan ketertiban masyarakat. Tindakan penistaan agama di beberapa
negara dapat mengakibatkan tindakan hukum, seperti penahanan atau denda.

12
https://unesa.ac.id/soroti-intoleran-kalangan-anak-muda-mahasiswa-
pe-ngopi-bersama-pakar-lintas-agama
13
https://www.bing.com/search?q=Penistaan&FORM=SSPRAC&PC=U53
1&lightschemeovr=1

12
3.Pembatasan Kebebasan Berbicara: Beberapa negara mungkin
merespon penistaan agama dengan memperketat pembatasan kebebasan berbicara.
Ini dapat memicu debat tentang batasan kebebasan berekspresi versus
perlindungan nilai-nilai keagamaan.
4.Polarisasi Masyarakat: Penistaan agama dapat memperdalam
polarisasi dalam masyarakat. Ini dapat menciptakan kelompok-kelompok yang
saling bertentangan dan memperumit dialog antar kelompok, menghambat
pemahaman dan toleransi.
5.Ancaman terhadap Keamanan Pribadi: Individu yang terlibat dalam
penistaan agama dapat menjadi target serangan atau ancaman dari penganut
agama yang merasa terhina. Ini dapat menciptakan situasi yang berbahaya bagi
keamanan pribadi mereka.
6.Dampak Psikologis: Bagi individu atau kelompok yang menjadi korban
penistaan agama, dampaknya bisa sangat merugikan secara psikologis. Stigma,
rasa takut, dan tekanan emosional dapat muncul sebagai konsekuensi dari
penghinaan terhadap keyakinan agama.
Penting untuk diingat bahwa penilaian terhadap penistaan agama dapat
bervariasi di berbagai budaya dan konteks hukum. Beberapa masyarakat
menganggap penistaan agama sebagai pelanggaran serius terhadap nilai-nilai
moral dan spiritual, sementara yang lain mungkin lebih mendukung kebebasan
berekspresi bahkan jika itu termasuk kritik terhadap agama. Kesadaran akan
kerentanan dan dampak yang mungkin terjadi bisa menjadi langkah awal untuk
mempromosikan dialog dan pengertian yang lebih baik antar kelompok dalam
masyarakat.
.IV.Pencegahan Radikalisme,Penistaan agama dan Intoleran

A.Pencegahan radikalisme

.Pencegahan radikalisme adalah suatu usaha yang penting untuk mengurangi


dampak negatif radikalisme dalam masyarakat. Upaya pencegahan ini melibatkan

13
tindakan yang bersifat preventif dan proaktif untuk menghindari individu terlibat
dalam tindakan radikal atau ekstremis. Beberapa upaya pencegahan radikalisme
yang penting meliputi:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan tentang nilai-nilai toleransi,


keragaman, dan pemahaman tentang agama dan budaya yang berbeda
harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Program-program kesadaran
masyarakat juga dapat digunakan untuk membangun pemahaman yang
lebih baik tentang radikalisme dan potensi bahayanya.
2. Promosi Toleransi dan Dialog: Mendorong dialog antarbudaya dan
antaragama adalah langkah penting untuk meredakan ketegangan sosial
dan mengatasi prasangka. Kelompok-kelompok masyarakat harus
didorong untuk berinteraksi dan berbicara satu sama lain.
3. Penguatan Identitas Positif: Upaya harus dilakukan untuk memperkuat
identitas positif individu, terutama di kalangan pemuda. Ini dapat
mencakup program-program pengembangan diri, peluang pendidikan, dan
pekerjaan yang mempromosikan kepercayaan diri dan keterlibatan positif.
4. Melibatkan Pemimpin Agama: Pemimpin agama dapat memainkan
peran penting dalam mencegah radikalisme. Mereka dapat
mempromosikan pesan toleransi dan damai dalam komunitas mereka.
5. Sistem Dukungan Mental: Penyediaan layanan dukungan mental dan
kesehatan yang efektif, terutama bagi mereka yang rentan terhadap
radikalisme, dapat membantu mencegah individu terjebak dalam lingkaran
radikalisme.
6. Keamanan Online: Mengatasi radikalisme online adalah kunci untuk
mencegah rekrutmen dan penyebaran pandangan radikal. Kolaborasi
antara platform media sosial, perusahaan teknologi, dan pemerintah dapat
membantu mengatasi masalah ini.
7. Kebijakan Anti-diskriminasi: Memiliki kebijakan anti-diskriminasi yang
kuat dan melaksanakannya secara konsisten adalah langkah penting untuk
mencegah ketidakadilan yang dapat memicu radikalisme.

14
8. Kolaborasi Lintas-Sektoral: Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat
sipil, kelompok agama, dan lembaga pendidikan dapat meningkatkan
upaya pencegahan radikalisme. Ini memungkinkan berbagai pemangku
kepentingan untuk bekerja sama dan membagikan sumber daya dan
pengetahuan.
9. Mengatasi Isolasi Sosial: Upaya harus dilakukan untuk mengatasi isolasi
sosial dan alienasi yang dapat menyebabkan individu merasa terpinggirkan
dan rentan terhadap rekrutmen radikal.
10. Evaluasi Program: Program pencegahan radikalisme perlu dievaluasi
secara teratur untuk memastikan efektivitasnya dan membuat perubahan
jika diperlukan.

Pencegahan radikalisme adalah upaya jangka panjang yang memerlukan


kolaborasi antarlembaga dan komitmen yang berkelanjutan untuk mengurangi
risiko radikalisme dalam masyarakat. Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan
dapat meminimalkan dampak negatif radikalisme dan mempromosikan
perdamaian dan toleransi.

B. Pencegahan Dan Penanggulangan Penistaan Agama

Tindakan hukum dan upaya penanggulangan penistaan agama penting untuk


menjaga ketertiban sosial, mencegah konflik, dan melindungi hak asasi manusia.
Penistaan agama adalah tindakan atau penyataan yang dianggap melecehkan atau
menghina suatu agama atau keyakinan agama. Berikut adalah beberapa tindakan
hukum dan upaya penanggulangan penistaan agama:

1. Undang-Undang Anti-Penistaan Agama: Banyak negara memiliki


undang-undang yang melarang penistaan agama. Hukum ini menjatuhkan
sanksi hukum terhadap individu atau kelompok yang terlibat dalam
penistaan agama. Tujuannya adalah untuk memberikan penghormatan dan
perlindungan bagi keyakinan agama serta mencegah konflik agama.

15
2. Penegakan Hukum: Lembaga penegak hukum harus melakukan
penyelidikan dan penuntutan terhadap individu yang terlibat dalam
penistaan agama sesuai dengan hukum yang berlaku.
3. Kerja Sama Internasional: Kerja sama antar negara dalam mengatasi
penistaan agama dan ekstradisi pelaku yang melarikan diri melintasi batas
negara penting untuk memberikan sanksi yang konsisten dan adil.
4. Pendidikan dan Kesadaran: Program-program pendidikan dan kesadaran
masyarakat harus diterapkan untuk mengedukasi masyarakat tentang
pentingnya menghormati perbedaan agama dan keyakinan. Ini juga dapat
membantu mencegah penistaan agama.
5. Perlindungan Saksi: Masyarakat yang melaporkan tindakan penistaan
agama seringkali memerlukan perlindungan dari ancaman atau tindakan
balasan. Jaminan perlindungan saksi adalah langkah penting.
6. Media dan Internet: Pengawasan media dan internet untuk menghindari
penyebaran konten penistaan agama adalah hal yang penting. Kolaborasi
dengan penyedia platform online untuk menghapus konten penistaan
agama adalah bagian dari upaya ini.
7. Dialog Antaragama: Mendorong dialog dan komunikasi yang positif
antar kelompok agama dapat membantu meredakan ketegangan dan
meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan dan praktik
agama.
8. Pemberdayaan Kelompok Terdampak: Masyarakat yang terdampak
oleh penistaan agama perlu diberdayakan untuk mengambil tindakan
hukum dan melaporkan insiden penistaan agama.
9. Pengadilan yang Adil: Pastikan bahwa sistem peradilan memberikan
perlindungan hukum yang adil bagi semua pihak yang terlibat dalam kasus
penistaan agama.
10. Pendekatan Pencegahan: Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Upaya pencegahan intoleransi dan ekstremisme dapat membantu
mengurangi insiden penistaan agama.

16
Tindakan hukum dan upaya penanggulangan penistaan agama perlu
memperhitungkan hak kebebasan berbicara dan kebebasan berpendapat, tetapi
juga harus memastikan bahwa penistaan agama tidak membahayakan hak asasi
manusia dan ketertiban sosial. Ini adalah tantangan yang kompleks yang
memerlukan perhatian serius dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah, lembaga hukum, dan masyarakat sipil.

C.. Upaya untuk Mengatasi Intoleransi Agama


Mengatasi intoleransi agama adalah tujuan penting dalam menjaga
kerukunan sosial dan mempromosikan harmoni dalam masyarakat yang beragam.
Upaya untuk mengatasi intoleransi agama melibatkan berbagai tindakan yang
harus diambil oleh pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan individu. Berikut
adalah beberapa upaya yang dapat membantu mengatasi intoleransi agama:

1. Pendidikan Toleransi Agama: Pendidikan tentang agama-agama yang


berbeda dan nilai-nilai toleransi harus menjadi bagian integral dari
kurikulum sekolah. Ini akan membantu siswa memahami dan
menghormati perbedaan agama.
2. Dialog Antaragama: Mendorong dialog antaragama adalah langkah
penting untuk meredakan ketegangan dan mempromosikan pemahaman
yang lebih baik antar kelompok agama. Forum dan pertemuan antaragama
dapat membantu membangun jembatan komunikasi.
3. Kesadaran Masyarakat: Program-program kesadaran masyarakat yang
membahas isu-isu intoleransi agama dan upaya pencegahan dapat
membantu dalam mengubah sikap masyarakat terhadap perbedaan agama.
4. Hukum Anti-diskriminasi: Menerapkan dan menegakkan hukum anti-
diskriminasi yang melindungi hak-hak individu dari diskriminasi agama
adalah penting.
5. Melibatkan Pemimpin Agama: Pemimpin agama dapat memainkan
peran penting dalam mendorong toleransi dan pemahaman agama-agama
yang berbeda. Mereka dapat memberikan pesan yang mempromosikan
perdamaian dan toleransi.

17
6. Penggunaan Media: Media memiliki peran penting dalam membentuk
pandangan masyarakat. Oleh karena itu, media harus memainkan peran
yang positif dalam mengatasi intoleransi agama dengan tidak
menyebarkan retorika yang merusak dan merendahkan agama lain.
7. Komitmen Pemerintah: Pemerintah harus berkomitmen untuk
melindungi hak asasi manusia dan mengatasi intoleransi agama. Ini
termasuk mendukung kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta
melindungi minoritas agama dari diskriminasi.
8. Kolaborasi Lintas-agama: Mendorong kolaborasi antara kelompok-
kelompok agama dalam proyek-proyek sosial dan kemanusiaan dapat
membantu membangun kepercayaan antaragama dan meningkatkan
toleransi.
9. Pendekatan Sosial dan Ekonomi: Beberapa bentuk intoleransi agama
mungkin muncul sebagai akibat dari ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.
Upaya untuk mengatasi intoleransi juga harus memasukkan komitmen
untuk mengatasi ketidaksetaraan ini.
10. Pengawasan dan Pelaporan: Masyarakat perlu merasa aman untuk
melaporkan insiden intoleransi agama. Oleh karena itu, harus ada
mekanisme pengawasan yang efektif dan saluran pelaporan yang aman.

Mengatasi intoleransi agama adalah pekerjaan bersama yang memerlukan


komitmen dari berbagai pihak. Dengan tindakan yang koordinatif dan
berkelanjutan, kita dapat mempromosikan kerukunan antaragama dan
menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.

18
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah tentang penistaan agama, radikalisme, dan sikap


intoleran dapat mencakup beberapa poin penting:

1. Penistaan agama adalah tindakan yang melukai perasaan umat beragama dan
dapat mengganggu kerukunan antarumat beragama.
2. Radikalisme seringkali merupakan pendorong utama di balik tindakan
penistaan agama. Kelompok radikal dapat memanfaatkan penistaan agama
untuk memperkuat pandangan ekstrem mereka.
3. Sikap intoleran terhadap keyakinan dan agama orang lain dapat memicu
konflik dan ketegangan sosial.
4.Pendidikan, dialog antaragama, dan kesadaran akan pentingnya kebebasan
beragama dan berbicara dapat membantu mengurangi penistaan agama,
radikalisme, dan sikap intoleran.
5. Penting untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan
penghormatan terhadap kebebasan beragama sebagai langkah-langkah untuk
mengatasi masalah ini.

Kesimpulan ini menunjukkan pentingnya memahami dampak penistaan


agama, radikalisme, dan sikap intoleran serta mengambil tindakan yang tepat
untuk mengurangi risiko dan meningkatkan toleransi dalam masyarakat

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya :Pustaka Proggessif,


1997),

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi revisi ke


3; (Jakarta, Balai Pustaka, 2002)

Haq Hamka Islam Rahmah untuk Bangsa (graham pena Jakarata) 2009
https://www.mushaf.id/surat/al-jasiyah
https://tafsirweb.com/1942-surat-al-maidah-ayat-58.
.https;// kumparan.com /Radikalisme: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampak yang
Ditimbulkan
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta : Titian Ilahi Press : 1997),

Kasjim Salenda, Terorisme dan Jihad (Jokyakarta: al-Zikra, 2011

Leden Marpaung, SH, Tindak Pidana Terhadap kehormatan, (Jakarta, PT:


Raja Grafindo Persada, 1997

Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT: Raja Persada, 1996),
RI Kemenag Radikalisme Agama Dan Tantangan Bangsa (Jakarta) 2014
Syaifuddin Lukman hakim,Moderasi Beragama(Yayasan Jakarta 2002

Zainuddin Fanani, Radikalisme Keagamaan & Perubahan Sosial, ,


(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003

20

Anda mungkin juga menyukai