Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok ke-1

(Minggu 3/ Sesi 4)

Buatlah sebuah essay: minimal 1 halaman; Font: Times New Roman; ukuran: 12;
spasi: 1,5
Daftar Pustaka (referensi) harus ada (minimal 3, salah satunya lecturer note)
Indikator Penilaian:

Penilaian
Indikator
85-100 75-84 65-74 0 - 64
1. Memberikan kasus Artikel memuat Hanya 2 Hanya 1 Tidak ada
dan secara lengkap, indikator indikator indikator yang
mendeskripsikan jelas dan tepat yang jelas, yang tepat, jelas, lengkap
teori yang ada indikator 1,2,3 tepat dan jelas dan dan tepat
tentang radikalisme dan 4 lengkap lengkap
dan/atau intoleransi
beragama
2. Memberikan kasus
dan
mendeskripsikan
teori tentang
toleransi antar umat
beragama
3. Memberikan analisa
tentang poin 1
4. Memberikan analisa
tentang point 2

Carilah 1 contoh kasus tentang intoleransi agama yang terjadi dan 1 contoh kasus tentang
toleransi agama yang terjadi. Buatlah analisa tentang kedua kasus tersebut.

1. Aefra Pakili – 2502044970


2. Godha Afriyanto – 2602186882
3. Alfandy – 2602173431
4. Siti Alya Lantria – 2602193300
5. Rudi Mayadi - 2602250645

Character Building: Pancasila


JAWABAN :

Intoleransi adalah bentuk ketidakadilan sikap kepada yang berbeda, disebabkan oleh
ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk menerima, menghargai, membiarkan dan
menghormati perbedaan secara ikhlas. Intoleransi bisa terjadi pada tataran hubungan
interpersonal, seperti hubungan antara kakak dan adik, orangtua dan anak, suami dan isteri,
antar teman, atau antar kelompok, misalnya suku, agama, bangsa, dan ideologi.

Bentuk intoleransi dalam agama masih sering kita temui. Penyebabnya adalah:

• Karena beberapa orang belum memahami ajaran agamanya secara baik dan
menyeluruh.
• Karena kepentingan politik ekonomi dan bisnis, menciptakan momentum untuk
mendapatkan situasi yang diinginkan.

Kasus intoleran antar agama masih sering ditemui di berbagai belahan dunia. Untuk di
Indonesia sendiri menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2010 kasus
intoleransi di Indonesia cenderung menurun namun kembali meningkat di 2017, tepatnya
pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 dilanjutkan Pemilihan
Presiden (Pilpres) tahun 2019 yang membenturkan isu agama dengan politik yang membuat
masyarakat Indonesia hampir terseret ke persoalan isu agama.

Contoh kasus lain seperti bentuk teror membahayakan hingga keji, yang mengakibatkan
cedera ringan, berat bahkan menghilangkan nyawa kepada pemeluk agama lain saat mereka
sedang beribadah di rumah ibadah. Kasus ini sering terdengan sebelum Pandemi Covid-19.
Dilakukan oleh sekolompok organisasi yang mengatasnamakan bahwa kelompok mereka
sedang memperjuangkan sebuah agama, yang sebenarnya dalam agama yang mereka
sebutkan tersebut tidak sama sekali mengajarakan hal keji itu. Dalam hal ini dua pemeluk
agama dicederai dan diberikan bentuk tindakan intoleransi, baik para korban yang sedang
beribadah dan juga agama yang mereka sebutkan yang menjadi dasar pergerakannya,
sehingga membuat buruk citra suatu agama dan membuat kekeruhan antar agama.

Analisa kami terkait permasalahan radikalisme dan sikap intoleransi antar beragama bisa
disebabkan atau diakibatkan oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab, yang dimana
menyebarkan ujaran kebencian baik di dunia maya (social media) maupun di dunia nyata.
Sehingga mengakibatkan pengikut agama yang dilecehkan oleh oknum tersebut, menjadi

Character Building: Pancasila


marah dan kesal, yang akhirnya terjadilah aksi melecehkan dan menjelek-jelekan antar umat
beragama. Dimana itu semua berawal dari oknum yang tidak bertanggung jawab,
melakukan tindakan tidak terpuji, merusak nilai toleransi di dalam bermasyarakat. Berita
hoaks dan aksi provokasi dengan memberikan kalimat sarkas, ejekan yang tidak etis/patut
untuk disebar luaskan kemasyarakat sekitar.

Toleransi beragama artinya masing-masing umat beragama membiarkan dan menjaga


suasana kondusif bagi umat atau pemeluk agama lain untuk dapat melaksanakan ibadah dan
agamanya tanpa dihalang-halangi oleh siapapun.

Saling menghargai, menghormati dan melakukan interaksi di lingkungan masyarakat tanpa


melihat agama merupakan salah satu contoh tolernasi yang harus diterapkan, contoh
lainnya:

1. Membantu tetangga yang kurang mampu apapun agamanya.


2. Tidak mengganggu penganut agama lain ketika mereka beribadah.
3. Tidak meledek ritual ibadah agama lain.

Toleransi tidak hanya tentang agama, toleransi konteksnya bermacam-macam bisa suku,
budaya, ras. Intinya toleransi itu menyatukan perbedaan. Fakta menarik diseluruh dunia ini
terdapat lima ribu suku, tentu saja memiliki budaya dan tradisi sendiri-sendiri (unik). Contoh
misal ketika kita diajak tour wisata ke sebuah suku pedalaman, kita sebagai tamu wajib
mengikuti peraturan yang dibuat dari leluhur/nenek moyang mereka. Meskipun bagi kita
aturan itu nyeleneh (aneh). Tapi itulah yang disebut toleransi, memiliki rasa hormat
meskipun itu merupakan suatu hal yang berbeda buat kita. Contoh lain dari toleransi adalah
sebagai berikut:

1. Potret toleransi beragama di sebuah desa di Karanganyar, Jawa Tengah Desa Ngargoyoso,
di kaki Gunung Lawu, mungkin bisa menjadi potret toleransi. Di desa tersebut, tiga tempat
ibadah, yakni masjid, gereja, dan pura berdiri berdampingan. Komunikasi yang baik dan
sikap saling menghormati membuat seluruh warga desa hidup dalam damai walau berbeda
keyakinan.

2. Gereja Katedral Jakarta ubah jadwal misa di Hari Idul Fitri

Character Building: Pancasila


Pengurus Gereja Katedral Jakarta Pusat mengubah jadwal misa Minggu pagi yang
bertepatan denga Hari Idul Fitri di tahun ini. Hal ini dilakukan agar halaman gereja ini bisa
dipakai parkir umat Muslim yang salat di Istiqlal.

3. Pecalang jaga salat Idul Fitri

Ribuan umat muslim di Kota Denpasar, Bali melaksanakan salat id 1 Syawal 1438 Hijriah
di Lapangan Lumintang. Salat berjalan dengan khidmat dengan pengamanan polisi
bersenjata dan pecalang yang beragama Hindu. Tradisi toleransi tersebut bukan hanya
berjalan tahun ini, melainkan telah berjalan selama bertahun-tahun.

4. Umat Islam di Tambraw, Papua bantu umat Kristen saat perayaan hari besar

Toleransi antarumat beragama di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, menjadi contoh yang
indah. Contoh budaya toleransi di antaranya panitia yang bertugas pada perayaan hari besar
umat Kristen adalah umat Islam, begitu juga sebaliknya. Kerukunan dan toleransi tersebut
bukan karena desakan pemerintah, tapi tumbuh dari kebersamaan di tengah masyarakat
dengan sendirinya.

Analisa kami tentang toleransi antar umat beragama indonesia yang merupakan negara besar
dan di dalamnya terdapat beragam suku, ras dan agama, toleransi merupakan salah satu hal
yang penting untuk menjamin sosial dari paksaan ideologi maupun bentrokan fisik antar
masyarakat. Perbedaan agama seharusnya untuk saling menghargai, menghormati dan
saling bekerja sama dalam kebajikan, perbedaan dalam keyakinan tidak membuat kita untuk
saling menjauhkan dan saling menjatuhkan antar umat beragama satu sama lain. Dengan
mengesampingkan ego, tidak memaksa individu lain untuk mengadopsi pendapat pribadi
mungkin bisa menjadi langkah awal kita untuk menghargai orang lain dalam bersosialisasi
termasuk dalam beragama.

Character Building: Pancasila


Daftar Pustaka:

Lecture Note, Pancasila dan Keanekaragaman Agama Indonesia : Bina Nusantara


University
Ricky Santoso Muharam, Membangun Toleransi Umat Beragama Di Indonesia
Berdasarkan Konsep Deklarasi Kairo (Creating Religion Tolerance in Indonesia Based on
the Declaration of Cairo Concept): Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta,
Jurnal HAM, Vol.11 Nomor 2 , Agustus 2020
Abu Bakar UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama:
Media Komunikasi Umat Bergama, Vol.7, No.2 Juli-Desember 2015
Desideria, B. 2017. 4 Bukti Toleransi Masih Hadir di Indonesia.
https://www.google.com/amp/s/www.liputan6.com/amp/3165084/4-bukti-toleransi-
masih-hadir-di-indonesia, diakses pada 19 Maret 2023 pukul 07.00

Character Building: Pancasila

Anda mungkin juga menyukai