Anda di halaman 1dari 4

Team 1

Albert Steven - 2602299673


Shanon - 2602309642
Narsyanda - 2602295832
William edric - 2602303891
Petra Astrid - 2301962175
Azyaa - 2602297030
Tugas Kelompok ke-3
Week 8/ Session 12

SOAL KASUS:
Enron, Etika, dan Budaya Organisasi
Bagi banyak orang, sebuah perusahaan bernama Enron Corp. masih menjadi salah satu contoh
klasik sejarah tentang kasus etika. Selama tahun 1990-an dan awal 2000-an, Enron
berkecimpung dalam bisnis grosir gas alam dan listrik. Enron menghasilkan uang sebagai
perantara (grosir) antara pemasok dan pelanggan. Tanpa membahas semua detailnya, sifat bisnis
Enron—dan fakta bahwa Enron tidak benar-benar memiliki aset—berarti bahwa laporan laba
rugi dan neraca yang mencantumkan aset dan kewajiban perusahaan sangat sulit untuk dipahami.
Ternyata kurangnya transparansi akuntansi memungkinkan manajer perusahaan untuk membuat
kinerja keuangan Enron terlihat jauh lebih baik daripada yang sebenarnya. Pakar luar mulai
mempertanyakan laporan keuangan Enron pada tahun 2001. Dalam waktu yang cukup singkat,
Enron runtuh, dan pengadilan menghukum beberapa eksekutif puncaknya atas hal-hal seperti
memanipulasi aset dan profitabilitas yang dilaporkan Enron. Banyak investor (termasuk mantan
karyawan Enron) kehilangan semua atau sebagian besar investasi mereka di Enron. Dalam kasus
Enron, kerusakan ini mungkin lebih membingungkan dari biasanya. Seperti yang dikatakan salah
satu penulis, Enron memiliki semua elemen yang biasanya ditemukan dalam program etika dan
kepatuhan yang komprehensif: kode etik, sistem pelaporan, serta video pelatihan tentang visi dan
nilai yang dipimpin oleh eksekutif puncak perusahaan.
Para ahli kemudian mengajukan banyak penjelasan tentang bagaimana sebuah perusahaan yang
tampak begitu etis secara lahiriah sebenarnya dapat membuat begitu banyak keputusan etis yang
buruk tanpa disadari oleh manajer lain dan dewan direksi. Penjelasannya berkisar dari
"penyembunyian informasi yang disengaja oleh petugas," hingga penjelasan yang lebih
psikologis (seperti karyawan yang tidak ingin bertentangan dengan bos mereka) dan "peran
irasionalitas yang mengejutkan dalam pengambilan keputusan."Tapi mungkin penjelasan yang
paling persuasif tentang bagaimana sebuah perusahaan yang tampaknya etis bisa menjadi sangat
salah menyangkut budaya organisasi. Alasannya di sini adalah bahwa bukan aturannya tetapi apa
yang menurut karyawan harus mereka lakukan yang menentukan perilaku etis. Misalnya
(berbicara secara umum, tidak secara khusus tentang Enron), direktur eksekutif Asosiasi Pejabat
Etika mengatakannya seperti ini:
Kami adalah masyarakat legalistik, dan kami telah membuat banyak undang-undang. Kami
berasumsi bahwa jika Anda hanya tahu apa arti undang-undang itu, Anda akan berperilaku baik.

Human Resource Management-R3


Nah, coba tebak? Anda tidak bisa menulis cukup hukum untuk memberitahu kita apa yang harus
dilakukan setiap saat setiap hari dalam seminggu di setiap bagian dunia. Kita harus
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan penalaran kritis orang-orang kita karena
sebagian besar masalah etika yang kita tangani berada di “wilayah abu-abu etis”.

Pertanyaan
1. LO 2, bobot nilai 20%. Berdasarkan kasus di atas, tuliskan dalam sepuluh kalimat untuk
menjelaskan kehancuran etika Enron tanpa mengubah isinya.
2. LO 3, bobot nilai 40%. Berdasarkan kasus di atas, jelaskan program etika dan kepatuhan
yang dianut oleh Enron.
3. LO 3, bobot nilai 40%. Berdasarkan kasus di atas, menurut Anda bagaimana cara
memperbaiki hubungan karyawan (employee relations) yang positif yang berkontribusi pada
produktivitas, motivasi, moral, dan disiplin yang memuaskan, dan untuk memelihara
lingkungan kerja yang positif, produktif, dan kohesif?
Jawab
1. Enron, sebuah perusahaan besar di sektor energi, mengalami kehancuran akibat praktik
penipuan keuangan yang kompleks. Mereka terlibat dalam manipulasi laporan keuangan
untuk menggambarkan kepemilikan aset yang sebenarnya tidak dimiliki, menciptakan
ilusi kinerja finansial yang jauh lebih baik daripada realitanya. Hasilnya, investor dan
mantan karyawan Enron menderita kerugian finansial yang signifikan. Meskipun Enron
memiliki struktur etika dan kode perilaku yang seharusnya membimbing tindakan
perusahaan, budaya organisasi yang terpengaruh buruk telah menodai proses
pengambilan keputusan etis karyawan dan eksekutif. Hal ini menyoroti fakta penting
bahwa aturan dan peraturan saja tidak cukup untuk memastikan integritas dan keadilan di
dalam perusahaan; pemahaman mendalam tentang etika dan penalaran kritis sangat
penting. Pada intinya, Enron menjadi contoh hidup bagaimana budaya organisasi yang
tidak sehat dan kurangnya kesadaran etika dapat menghancurkan fondasi sebuah
perusahaan dan membawa dampak yang merugikan bagi seluruh komunitas bisnis.
Budaya organisasi dan penalaran kritis memainkan peran penting dalam menentukan
perilaku etis, karena banyak masalah etika berada di "wilayah abu-abu etis." Kehancuran
ini menyebabkan banyak investor dan mantan karyawan kehilangan investasi mereka,
menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan tampak etis secara lahiriah tetapi
melakukan keputusan etis yang merugikan.
2. Dalam kasus Enron, perusahaan tampaknya memiliki semua elemen yang biasanya
ditemukan dalam program etika dan kepatuhan yang komprehensif. Ini mencakup:
Kode Etik: Enron memiliki kode etik yang seharusnya menjadi panduan bagi perilaku etis
bagi seluruh anggota organisasi. Kode etik biasanya berisi prinsip-prinsip etika yang
diharapkan karyawan dan manajer harus ikuti dalam menjalankan bisnis perusahaan.
Sistem Pelaporan: Enron juga memiliki sistem pelaporan yang seharusnya
memungkinkan karyawan dan anggota organisasi lainnya untuk melaporkan pelanggaran

Human Resource Management-R3


etika atau tindakan yang mencurigakan. Sistem ini penting untuk mengungkapkan
masalah dan pelanggaran yang mungkin terjadi dalam perusahaan.
Pelatihan tentang Visi dan Nilai: Perusahaan mengadakan pelatihan, termasuk video
pelatihan, yang berfokus pada visi dan nilai-nilai perusahaan. Ini seharusnya memberikan
panduan dan pemahaman tentang norma etika yang dipegang oleh perusahaan dan
bagaimana norma ini harus tercermin dalam perilaku sehari-hari.

3. cara-cara yang dapat digunakan untuk membangun employee relation yang baik di
perusahaan :
- Memastikan Perlakuan yang Adil Di tempat kerja, perlu penerapan perlakuan yang adil
(fair treatment) dan mencerminkan adanya tindakan nyata seperti "karyawan diperlakukan
dengan hormat", dan "karyawan diperlakukan dengan adil"
- Organisasi yang Etis Etika adalah "prinsip-prinsip perilaku yang mengatur individu atau
kelompok" - prinsip-prinsip yang digunakan orang untuk memutuskan bagaimana
seharusnya perilaku mereka.
- Mengelola Disiplin Karyawan Tujuan disiplin adalah untuk mendorong karyawan
berperilaku bijaksana di tempat kerja (di mana bijaksana berarti mematuhi aturan dan
peraturan). Disiplin diperlukan ketika seorang karyawan melanggar aturan. Prosedur
disiplin yang tepat penting karena beberapa alasan
- Proses Perundingan Bersama proses dimana perwakilan manajemen dan serikat pekerja
bertemu untuk merundingkan kesepakatan kerja. tawar-menawar secara kolektif,
pelaksanaan kewajiban bersama dari pemberi kerja dan perwakilan karyawan/ serikat
pekerja untuk bertemu pada waktu yang sesuai dan berunding dengan itikad baik dengan
saling menghormati untuk membicarakan masalah upah, jam, dan syarat ketentuan kerja,
atau negosiasi kesepakatan, atau pertanyaan apa pun yang timbul di dalamnya, dan
pelaksanaan kontrak tertulis yang menggabungkan kesepakatan apa pun yang dicapai jika
diminta oleh salah satu pihak, tetapi kewajiban tersebut tidak memaksa salah satu pihak
untuk menyetujui proposal atau membutuhkan pembuatan konsesi

Untuk memperbaiki hubungan karyawan yang positif dan memelihara lingkungan kerja
yang positif, produktif, dan kohesif, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Komunikasi yang efektif: Komunikasi yang jelas, transparan, dan terbuka adalah kunci
dalam memperbaiki hubungan karyawan. Pastikan karyawan memiliki saluran komunikasi
yang mudah untuk menyampaikan masalah, ide, atau saran. Selain itu, manajemen juga
harus aktif dalam mendengarkan dan merespons masukan dari karyawan.

2. Memperkuat ikatan tim dan kerjasama: Membangun hubungan yang kuat di antara
karyawan merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kohesif
dan mendorong produktivitas. Mengadakan kegiatan tim, pelatihan bersama, atau acara

Human Resource Management-R3


sosial dapat membantu memperkuat ikatan tim dan mempromosikan kerjasama
antarkaryawan.

3. Pengakuan dan penghargaan: Mengakui dan menghargai kinerja karyawan merupakan


salah satu cara terbaik untuk meningkatkan motivasi dan moral. Berikan apresiasi secara
teratur dan umumkan pencapaian karyawan kepada seluruh tim. Selain itu, pertimbangkan
pemberian insentif atau bonus sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang luar biasa.

4. Mengatasi konflik dengan bijaksana: Dalam setiap lingkungan kerja, konflik hampir
tidak bisa dihindari. Penting untuk mengatasi konflik dengan bijaksana dan dengan
pendekatan penyelesaian masalah. Buka ruang untuk diskusi terbuka dan mediasi jika
diperlukan, dengan tujuan mencapai penyelesaian yang saling menguntungkan bagi semua
pihak yang terlibat.

5. Pengembangan karyawan: Mendorong pengembangan dan pertumbuhan karyawan


dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas. Sediakan peluang untuk pelatihan dan
pengembangan keterampilan, serta dukung inisiatif karyawan untuk bereksperimen atau
mengambil tanggung jawab yang baru. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan
kepribadian dan kualifikasi karyawan, tetapi juga memperkuat hubungan dengan
perusahaan.

6. Mempromosikan keadilan dan kesetaraan: Penting untuk menciptakan suasana kerja


yang adil dan setara bagi semua karyawan. Jaga keselarasan kebijakan, gaji, dan
kesempatan karir, dan hindari pembauran hubungan pribadi di tempat kerja yang dapat
memengaruhi kedudukan seseorang.

7. Menghadapi masalah dengan cepat: Setiap masalah yang muncul di tempat kerja harus
ditangani secepat mungkin. Jangan biarkan masalah berkembang menjadi sumber
ketegangan atau konflik yang lebih besar. Dengarkan keluhan dan selesaikan masalah
dengan bijaksana dan adil.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda dapat meningkatkan hubungan karyawan


yang positif, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada produktivitas, motivasi, moral,
dan disiplin yang lebih baik serta memelihara lingkungan kerja yang positif,
produktif, dan kohesif.
===== Selamat mengerjakan =====

Human Resource Management-R3

Anda mungkin juga menyukai