Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH MA’HAD AL-JAMI’AH TA’ALUM 6

IDEOLOGI EKSTRIMISME ANCAMAN PERSATUAN

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Dian Desti Ananda
2. Doni Erfanda
3. Hadid
4. Hapid Ramdani
5. Ikhwan Ash-shiddiqi

Dosen Pengampu:
Salman Usaid Al-Humaidi

PROGRAM PEMBINAAN BASIC KEISLAMAN


MA’HAD AL-JAMI’AH TA’ALUM 6
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan dan kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Ideologi Ekstrimisme
Ancaman Persatuan” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam proses penulisan makalah ini, kami menghadapi berbagai macam rintangan dan
hambatan. Namun, berkat bantuan dan arahan dari berbagai pihak, rintangan dan hambatan
tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan arahan dan bantuannya kepada
kami selama proses penulisan makalah ini.
Kami benar-benar menyadari bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi
meningkatkan kualitas penulisan karya ilmiah kami.
A. LATAR BELAKANG
Ideologi adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu
kelompok sosial atau kebudayaan tertentu. Istilah ideologi negara mulai banyak
digunakan bersamaan dengan perkembangan pemikiran Karl Marx yang dijadikan
sebagai ideologi beberapa negara pada abad ke-18. Namun sesungguhnya konsepsi
ideologi sebagai cara pandang atau sistem berpikir suatu bangsa berdasarkan nilai dan
prinsip dasar tertentu telah ada sebelum kelahiran Marx sendiri.
Sebagai mahkluk mulia ciptaan Allah, agama hadir untuk menjaga martabat
manusia. Kehadiran setiap agama membawa misi damai dan keselamatan bagi setiap
penganutnya. Karena itu hidup beragama harus selalu berlandaskan keyakinan kepada
Tuhan yang Mahakuasa. Untuk mencapai itu agama menghadirkan ajaran tentang
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kesimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Masyarakat Indonesia memiliki begitu banyak keragaman yang mencakup etnis,
bahasa, agama, budaya, dan status sosial. Keragaman bisa menjadi pemicu terjadinya
benturan antar budaya, ras, etnik, agama dan nilai-nilai hidup. Dalam komunikasi
horizontal antarmasyarakat, benturan antarsuku dan agama masih sering terjadi di
berbagai wilayah, mulai dari menciptakan prasangka-prasangka buruk antarsuku dan
agama, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka yang memakan korban jiwa akibat
pembunuhan secara kejam.
Ada beberapa fakta yang sulit dihindari tentang bagaimana eksistensi agama-
agama di Indonesia. Ditambah lagi hubungan antara agama dan negara yang sekaligus
masyarakat pada umumnya menanggapi relasi-relasi itu sebagai kenyataan sosial. Dari
sini dapat dikatakan bahwa untuk menemukan solusi dari fakta-fakta itu tidak mudah.
Persoalan itu masih menjadi bahan pembahasan yang selalu relevan, karena selalu ada
agama-agama/keyakinan yang merasa “dipinggirkan” keberadaannya. Menemukan solusi
atas persoalan-persoalan tersebut tidak akan pernah berhenti. Hal ini disebabkan oleh
tantangan dan kendala yang selalu muncul saat mencari titik temu di antara agama-agama
yang berada di negara ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian dan contoh ideologi ekstrimisme.
2. Alasan ideologi ekstrimisme dapat menjadi ancaman persatuan.
3. Solusi untuk ideologi ekstrimisme yang mengancam persatuan.
PEMBAHASAN
I. Pengertian dan contoh Ideologi Ekstrimisme
Ideologi ekstrimisme adalah pandangan atau keyakinan yang sangat keras atau
radikal, yang sering kali mengabaikan atau menentang pandangan atau keyakinan orang
lain. Dalam konteks politik, ekstrimisme dapat diartikan sebagai keyakinan yang sangat
keras atau radikal tentang cara pemerintahan atau sistem ekonomi yang seharusnya
digunakan. Ideologi ekstrimisme dapat muncul dari berbagai ideologi politik, seperti
komunisme, fascisme, atau fundamentalisme agama.
Sejak awal reformasi, Indonesia mengalami serangkaian kasus teror yang
dilakukan kelompok ekstremis-jihadis. Selain bom di rumah ibadah, beberapa lokasi
meledak oleh aksi mereka. Bom di Bali, di beberapa hotel di Jakarta, dan daerah
lainnya. Belakangan aksi tersebut dilakukan secara individu dan melibatkan perempuan
dan anak-anak.
Terkait ekstremisme kekerasan, beberapa istilah saling tumpang tindih: terorisme,
radikalisme, ekstremisme, dan intoleransi. Tiga konsep pertama seringkali dianggap
sama, dan hanya dibedakan dari intoleransi. Terorisme adalah tindakan kekerasan yang
ditujukan agar melahirkan efek teror bagi pihak yang dituju atas dasar paham atau
keyakinan ekstrem. Singkatnya, terorisme adalah ekstremisme yang terwujud dalam
tindakan. Ekstremisme dalam aksi-aksi teror dapat dipicu oleh paham keagamaan atau
non-keagamaan. Tidak sulit menemukan contoh dimana ekstremisme yang didasarkan
pada nasionalisme melahirkan tindakan-tindakan kekerasan yang sebagiannya
dilakukan melalui aksi teror.
Konsep kedua adalah radikalisme. Radikalisme pada mulanya berakar pada
konsep dalam filsafat yang mempertanyakan segala sesuatu hingga ke akar. Konsep
radikalisme kemudian diadopsi menjadi gerakan politik revolusioner. Gerakan radikal
merepresentasikan kelompok yang mendambakan perubahan sistem politik berdasarkan
keyakinan, ideologi, atau tafsir keagamaan. Salah satu contoh gerakan yang
dikelompokkan di sini adalah gerakan khilafah. Radikalisasi kemudian dipahami
sebagai proses individu atau kelompok yang hendak mengubah sistem politik
berdasarkan ideologi ekstrem dan dengan atau tanpa kekerasan.
Konsep lainnya yang dianggap berkelindan dengan ekstremisme kekerasan adalah
intoleransi. The Wahid Foundation mendefinisikan intoleransi sebagai tindakan
pelanggaran kebebasan beragama warga negara yang dilakukan oleh aktor non-negara
(WF, 2019). Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh kelompok ekstremis, tetapi oleh
mereka yang tidak dapat menerima perbedaan. Definisi tersebut kemudian digunakan
untuk menganalisis data perilaku masyarakat dalam Laporan Tahunan Kemerdekaan
Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia. Meskipun intoleransi menjaring perilaku
masyarakat luas, perilaku kelompok intoleran dapat menjadi salah satu tahap bagi
proses radikalisasi dan benih bagi tumbuhnya ekstremisme yang mungkin berujung
pada kekerasan ekstremisme.
Sementara itu, konsep ekstremisme tidak selalu berarti kekerasan. Kata
“kekerasan” menyertai ekstremisme pada ekstremisme kekerasan menandakan bahwa
ada model-model ekstremisme yang tidak diwujudkan dalam menggunakan kekerasan.
Fakta bahwa aksi teror hanya dilakukan sebagian kecil dari mereka yang memiliki
pandangan serupa dengan mereka yang mengejawantahkan dalam aksi kekerasan
memperlihatkan bahwa tidak semua orang yang berpikiran atau menganut paham
ekstremisme melahirkan kekerasan. Robi Sugara, Direktur Eksekutif IMCC,
menguatkan argumen tersebut dengan menunjukkan bahwa Ayman Al-Zawahiri, salah
seorang pemuka Al-Qaeda, yang melancarkan sejumlah aksi bom bunuh diri, paling
berpengaruh menyatakan ketidaksetujuan dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Syam)
karena dianggap terlampau ekstrem. Beberapa tokoh Hizbut Tahrir juga menyatakan
ketidaksetujuan penggunaan kekerasan yang dilakukan ISIS walaupun tujuannya sama,
yakni mendirikan khilafah. Ada juga gerakan ekstrem lainnya yang menuntut keadilan
tetapi mengharamkan kekerasan. Gerakan ini dipraktikkan oleh Mahatma Gandhi dan
Martin Luther King (Schmid, 2014).
II. Alasan ideologi dapat menjadi ancaman persatuan
Ideologi ekstrimisme dapat menjadi ancaman bagi persatuan karena ia sering
menyebarluaskan prinsip-prinsip yang menentang atau mengabaikan pandangan atau
keyakinan orang lain. Ini dapat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam
masyarakat, yang dapat menyebabkan kerusakan atau kerusakan pada persatuan.
Ekstrimisme juga dapat menjadi dasar untuk tindakan kekerasan atau terorisme, yang
dapat merusak persatuan dan stabilitas negara. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengenali dan mengatasi ideologi ekstrimisme agar dapat memperkuat persatuan dan
stabilitas dalam masyarakat.
III. Solusi untuk ideologi yang mengancam persatuan

Ekstrimisme ideologi dapat mengancam persatuan dan menyebabkan konflik yang


merusak. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi ekstrimisme ideologi
dan mempromosikan persatuan. Beberapa diantaranya adalah:

1. Edukasi
Menyediakan pendidikan tentang toleransi dan pemahaman terhadap
perbedaan dapat membantu dalam mengurangi ekstrimisme ideologi.
2. Dialog dan komunikasi
Memfasilitasi dialog dan komunikasi antara individu dan kelompok yang
berbeda dapat membantu dalam mengurangi prasangka dan meningkatkan
pemahaman.
3. Pembelaan atas hak-hak
Memastikan perlindungan hak-hak individu dan kelompok yang berbeda dapt
membantu dalam mengatasi ekstrimisme ideologi yang dapat mengancam
persatuan.
4. Pemberantasan terhadap kekerasan
Menegakkan hukum dan memerangi kekerasan yang diakibatkan dari
ekstrimisme ideologi dapat membantu dalam menjaga keamanan dan
menghindari konflik.
5. Pembelaan atas konstitusi
Memastikan perlindungan atas konstitusi yang menjamin pluralisme dan
toleransi dapat membantu dalam mengatasi ekstrimisme yang mengancam
persatuan.

Dalam mengatasi ekstrimisme ideologi yang mengancam persatuan dibutuhkan


kerja sama dari semua pihak termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat itu sendiri.
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai