Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR I
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN DASAR ISTIRAHAR DAN TIDUR

DISUSUN OLEH

Kelompok 5

Elfina Rusani (1810913220013)

Aldie Rachmadani (1810913310021)

Zainur Ridho (1810913310024)

Nur Magfirah (1810913220016)

Prinandita Syafira (1810913220017)

Ahmad Azhar (1810913310026)

Anasthasia Florentina S (1810913220014)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Konsep dan Prinsip Kebutuhan Dasar Istirahar dan Tidur
tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarbaru, 8 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur ........................................................................... 3


2.2 Fisiologi Tidur ................................................................................................... 3
2.2.1 Ritme Sirkadian .................................................................................... 4
2.2.2 Tahapan Tidur ...................................................................................... 4
2.2.2.1 Tidur NREM ....................................................................... 5
2.2.2.2 Tidur REM .......................................................................... 6
2.2.3 Siklus Tidur .......................................................................................... 7
2.3 Kebutuhan Tidur Pada Setiap Tahap Perkembangan ........................................ 8
2.4 Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Tidur ................................................... 9
2.4.1 Penyakit ................................................................................................ 9
2.4.2 Kesehatan Fisik .................................................................................... 9
2.4.3 Kelelahan .............................................................................................. 10
2.4.4 Lingkungan .......................................................................................... 10
2.4.5 Stres Psikologis .................................................................................... 11
2.4.6 Gaya Hidup .......................................................................................... 11
2.4.7 Motivasi................................................................................................ 11
2.4.8 Stimulant, Alkohol dan Obat-obatan.................................................... 11
2.4.9 Diet Dan Nutrisi ................................................................................... 12
2.4.10 Status Mental ........................................................................................ 12
2.5 Gangguan Masalah Kebutuhan Tidur ............................................................... 12

iii
2.5.1 Insomnia ............................................................................................... 13
2.5.2 Hipersomnia ......................................................................................... 13
2.5.3 Parasomnia ........................................................................................... 13
2.5.4 Narkolepsi ............................................................................................ 14
2.5.5 Apnea Saat Tidur.................................................................................. 14
2.5.6 Somnabulisme ...................................................................................... 14
2.5.7 Enuresa ................................................................................................. 15
2.6 Asuhan Keperawatan ........................................................................................ 15
2.6.1 Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 15
2.6.1.1 Riwayat Tidur...................................................................... 15
2.6.1.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................... 15
2.6.2 Diagnosis Keperawatan ........................................................................ 16
2.6.3 Perencanaan Keperawatan ................................................................... 17
2.6.4 Tindakan Keperawatan ......................................................................... 17
2.6.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 18

BAB III : KESIMPULAN................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan


oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap
orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga
pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan
istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur
seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk
mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar


mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu
proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang
sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel.
Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi
yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain
itu,orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur
lebih dari biasanya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari istirahat dan tidur?
1.2.2 Bagaimana fisiologi dan tahapan yang terjadi saat orang sedang
tidur?
1.2.3 Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur?
1.2.4 Apa saja gangguan yang terjadi pada masalah kebutuhan tidur?
1.2.5 Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita
gangguan kebutuhan tidur?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari istirahat dan tidur.
1.3.2 Mengetahui fisiologi dan tahapan yang terjadi pada saat orang
sedang tidur.
1.3.3 Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur.
1.3.4 Mengetahui gangguan yang terjadi pada masalah kebutuhan tidur
1.3.5 Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita
gangguan kebutuhan tidur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur mutlak dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat
menjaga status kesehatan pada tingkat yang optimal. Orang yang sakit
membutuhkan banyak istirahat dan tidur agar dapat memperbaiki kerusakan
sel. Selain itu, orang yang kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur
untuk memulihkan kondisi tubuh.

Istirahat merupakan keadaan rileks dan tenang tanpa ada tekanan


emosional. Jadi, istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur dan
tidak melakukan aktivitas apapun. Berjalan-jalan di taman, membaca buku
atau melakukan berbagai kegemaran yang lain dapat juga disebut sebagai
beristirahat.

Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak sadar,


tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Kondisi ini
ditandai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran yang bervariasi,
terjadi perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap
stimulus eksternal.

Tidur diyakini dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah


seharian beraktivitas. Tidur juga diyakini dapat mengurangi stres dan menjaga
keseimbangan mental dan emosional, serta meningkatkan kemampuan dan
konsentrasi saat melakukan berbagai aktivitas.

2.2 Fisiologi Tidur

Aktivitas tidur berhubungan dengan mekanisme serebral yang secara


bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun.
Bagian otak yang mengendalikan aktivitas tidur adalah batang otak, tepatnya
pada sistem pengaktifan retikulasi atau Reticular Activating System (RAS)

3
dan Bulbar Synchronizing Regional (BSR). RAS terdapat di batang otak
bagian atas dan diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan
kewaspadaan serta kesadaran. RAS juga diyakini dapat memberikan
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan peradaban serta dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir.
Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin untuk mempertahankan
kewaspadaan dan agar tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR
menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun
atau terjaganya sesorang tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima
di pusat otak dan sistem limbik.

2.2.1 Ritme Sirkadian

Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang diatur


oleh hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam
biologis. Ritme sirkadian mempengaruhi perilaku dan pola fungsi
biologis utama, misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati.

Pada manusia, ritme sirkadian dikendalikan oleh tubuh dan


dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya, kegelapan,
gravitasi, dan faktor eksternal (misalnya aktivitas sosial dan rutinitas
pekerjaan).

Ritme sirkadian menjadi sinkron jika individu memiliki pola


tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu individu akan
terjaga pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya paling tinggi atau
paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya
paling rendah.

2.2.2 Tahapan Tidur

Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid eye


movement (NREM) dan rapid eye movement (REM)

4
1. Tidur NREM

Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan


dalam sistem pengaktifan retikuralis. Tahapan tidur ini disebut
juga tidur gelombang lambat (low wave sleep), karena
gelombang otak bergerak dengan sangat lambat

Tidur NREM ditandai dengan penurunan sejumlah


fungsi fisiologis tubuh termasuk juga metabolisme, kerja otot
dan tanda-tanda vital, misalnya tekanan darah dan frekuensi
napas. Hal lain yang juga terjadi pada saar tidur NREM adalah
pergerakan bola mata yang melambat dan mimpi berkurang.

Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu


sebagai berikut.
1. Tahap I

Tahap I merupakan tahapan paling dangkal dari


tidur dan merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur.
Tahap ini ditandai dengan individu yang cenderung rileks,
masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk,
bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan napas sedikit menurun, serta mudah dibangunkan.
Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau 5%
dari total tidur

2. Tahap II

Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk


pada tahap tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah.
Tahap I dan tahap II ini termasuk dalam tahap tidur ringan
(light sleep). Pada tahap II, otot mulai relaksasi, mata pada
umumnya menetap, dan proses-proses di dalam tubuh terus
menurun yang ditandai dengan penurunan denyut jantung,

5
frekuensi napas, suhu tubuh, dan metabolisme. Tahap II
normalnya berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan
50-55% dari total tidur.

3. Tahap III

Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam


atau tidur nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan
relaksasi otot menyeluruh serta pelambatan denyut nadi,
frekuensi napas, dan proses tubuh yang lain. Pelambatan
tersebut disebabkan oleh dominasi sistem saraf
parasimpatik. Pada tahap III individu cenderung sulit
dibangunkan. Tahap III berlangsung selama 15-30 menit
dan merupakan 10% dari total tidur.

4. Tahap IV

Pada tahap IV individu, tidur semakin dalam atau


delta sleep. Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis,
yaitu EEG gelombang otak melemah serta penurunan
denyut jantung, tekanan darah, tonus otot, metabolisme dan
suhu tubuh. Pada tahap ini individu jarang bergerak dan
sulit dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama 15-30
menit dan merupakan 10% dari total tidur.

2. Tidur REM

Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Tahapan ini


biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM
dan biasanya sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Tidur REM penting untuk keseimbangan mental dan emosi.
Selain itu, tahapan tidur ini juga berperan dalam proses belajar,
memori, dan adaptasi.

6
Tidur REM ditandai dengan :

1. Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan


tiba-tiba.
2. Tonus otot sangat terdepresi dan menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivitas retikularis.
3. Sekresi lambung meningkat.
4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali
menjadi tidak teratur.
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur.
6. Mata cepat tertutup dan terbuka.
7. Metabolisme meningkat
2.2.3 Siklus Tidur

Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di


dalamnya terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan REM
secara berulang. Siklus tidur pada individu dapat diringkas sebagai
berikut.

a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit.


b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV ini
berlangsung selama 20 menit.
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II
yang berlangsung selama 20 menit.
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM
ini berlangsung selama 10 menit.
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II
f. Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan
tidur REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan
setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur.

7
2.3 Kebutuhan Tidur pada Setiap Tahap Perkembangan

Kebutuhan tidur pada setiap tahap perkembangan dapat dilihat pada


tabel di bawah ini.

Jumlah
Usia dan Tingkat
Kebutuhan Pola Tidur Normal
Perkembangan
Tidur
50% dari siklus tidur
adalah tidur REM, siklus
0-1 Bulan (masa neonatus) 14-18
tidur berlangsung selama
45-60 menit
20%-30% dari siklus
tidur adalah tidur REM,
1-12 Bulan (masa bayi) 12-14
bayi mungkin akan tidur
sepanjang malam
Sekitar 25% dari siklus
tidur adalah tidur REM,
1-3 Tahun (masa anak-anak) 10-12 anak-anak tidur pada
siang hari dan tidur
sepanjang malam.
20% dari siklus tidur
3-6 Tahun (masa prasekolah) 11
adalah tidur REM
18,5% dari siklus tidur
6-12 Tahun (masa sekolah) 10
adalah tidur REM
20% dari siklus tidurnya
12-18 Tahun (masa remaja) 7-8,5
adalah tidur REM
18-40 Tahun (masa dewasa 20%-25% dari siklus
7-8
muda) tidur adalah tidur REM
40-60 Tahun (masa dewasa 20% dari siklus tidur
7-8
menengah) adalah tidur REM.

8
Individu mungkin
mengalami insomnia dan
sulit untuk tidur.
20%-25% dari siklus
tidurnya adalah tidur
REM. Individu dapat
>60 Tahun (masa dewasa mengalami insomnia,
6
tua) sering terjaga sewaktu
tidur, dan tahap IV
NREM menurun, bahkan
terkadang tidak ada.

2.4 Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Tidur

Kuantitas dan kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor,


contohnya adalah sebagai berikut.

2.4.1 Penyakit

Banyak penyakit dapat meningkatkan kebutuhan tidur,


misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi
limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan sehingga
penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi
keletihan tersebut. Sebagian penyakit juga menyebabkan penderita
kesulitan untuk tidur, misalnya penyakit yang menyebabkan nyeri
atau distres fisik.

2.4.2 Kesehatan Fisik

Gangguan pada sistem muskuloskeletal atau persarafan dapat


menimbulkan dampak yang negatif pada pergerakan dan mekanik
tubuh seseorang. Adanya penyakit, trauma, atau kecacatan dapat
mengganggu pergerakan dan strutur tubuh. Karenanya, untuk

9
memberikan intervensi yang tepat kepada klien, perawat perlu
mengkaji respons klien terkait dengan hambatan mobilitas yang
dialaminnya. Selain itu, penguatan prilaku juga perlu diberikan
kepada klien guna meningkatkan fungsi kesehatannya.

a. Masalah pada sistem muskuloskeletal. Penyakit kongenital atau


poster tubuh yang abnormal dapat menghambat pergerakan
seseorang . untuk itu, perawat perlu melakukan daya dekteksi
diani guna mengetahui adanya masalah pada muskuloskeletal.
Disamping itu, perawat perlu memberakan penyuluhan kesehatan,
konseling, dan dukungan terkait dengan program prawatan yang
sesuai untuk klien, misalnya cara melakukan aktivitas dan
pengaturan posisi yang tepat untuk klien.
b. Masalah pada sistem saraf.Berbagai gangguan atau gngguan pada
sistem saraf, seperti parkinson, sklerosis multipel, cedera
serebrovaskular, stroke, atau tumor pada sistem saraf dapat
menyebabkan kelamahan, paralisis spastik, dan flasid pada otot
yang dapat menghambat pergerakan dan mobilitas otot.
2.4.3 Kelelahan

Kelelahan dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan


akibat aktivitas yang tinggi umumnya memerlukan lebih banyak tidur
untuk memulihkan kondisi tubuh. Makin lelah seseorang, makin
pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat, biasanya
siklus REM akan kembali memanjang.

2.4.4 Lingkungan

Ada atau tidak adanya stimulus tertentu dari lingkungan dapat


menghambat upaya tidur, contohnya suhu yang tidak nyaman,
ventilasi yang buruk, atau suara-suara tertentu. Stimulus tersebut
dapat memperlambat proses tidur. Namaun, seiring waktu individu

10
dapat teradaptasi terhadap kondisi tersebut sehingga tidak lagi
terpengaruh.

2.4.5 Stres Psikologis

Stress psikologis pada seseorang dapat menyebabkan ansietas


atau ketegangan dan depresi. Akibatnya, pola tidur dapat
terganggu.ansietas dan depresi dapat meningkatkan kadar norepinefrin
pada darah melalui stimulasi system saraf simpatetis. Akibatnya,
terjadi gangguan siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga pada saat tidur.

2.4.6 Gaya Hidup

Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Contohnya


individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

2.4.7 Motivasi

Motivasi dapat mendorong seseorang untuk tidur sehingga


memengaruhi proses tidur, misalnya seseorang ingin tidur lebih cepat
agar keesokan harinya tidak terlambat ke bandara. Selain itu, motivasi
juga dapat mendorong seseorang untuk tidak tidur. Keinginan ia untuk
terjaga dapat menutupi rasa lelahnya, misalnya seseorang yang ingin
menonton siaran olahraga yang ditayangkan pada dini hari akan tetap
terjaga agar dapat menonton siaran tersebut.

2.4.8 Stimulant, Alkohol, dan Obat-obatan

Contoh stimulant yang paling umum ditemukan adalah kafein


dan nikotin. Kafein dapat merangsang system saraf pusat sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur. Kafein dapat ditemuakan pada
beberapa minuman, contohnya kopi dan teh. Nikotin yang terdapat

11
dalam rokok dapat menstimulasi tubuh sehingga perokok biasanya
sulit untuk tidur dan mudah terbangun pada malam hari. Konsumsi
alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.
Golongan obat diuretic dapat menyebabkan insomnia. Golongan
antidepresan dapat menyebabkan kesulitan untuk tidur. Golongan beta
bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimipi buruk. Golongan
narkotik ( misalnya meperidin hidroklorida dan morfin ) dapat
menekan REM sehingga menyebabkan sering terjaga pada malam
hari.

2.4.9 Diet dan Nutrisi

Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur,


misalnya asupan protein. Asupan protein yang tinggi dapat
mempercepat proses tidur karena adanya triptofan ( asam amino) hasil
pencernaan protein yang dapat mempermudah proses tidur.

2.4.10 Status Mental

Gangguan mental atau afetif seperti defresi atau stres kronis


dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak. Individu
yang dapat mengalami depresi cenderung tidak antusias dalam
mengikuti kegiata tertentu, bahkan kehilangan energi untuk
melakukan keperawatan higiene. Demikian pula hal nya dengan stres
yang berkepanjangan, kondisi ini bisa mengurus energi sehingga
individu kehilangan semangat untuk beraktivitas

2.5 Gangguan Masalah Kebutuhan Tidur


Gangguan pola tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
dan perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan
menganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan pola tidur kemungkinan
berhubungan dengan kerusakan neurologi, tempat yang asing, terpasangnya

12
tube, prosedur invasif, nyeri, kecemasan, ketidaknormalan status fisiologi, dan
pengobatan.

2.5.1 Insomnia
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan
mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
tidur yang adekuat, baik kuantitas maupun kualitas. Keadaan ini
merupakan keluhan tidur yang paling sering dijumpai, baik yang
bersifat sementara maupun persisten. Insomnia yang bersifat
sementara umumnya berhubungan dengan kecemasan dan
kegelisahan. Insomnia dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut.
a. Insomnia inisial: ketidakmampuan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten: ketidakmampuan untuk tetap tertidur karena
sering terbangun.
c. Insomnia terminal: ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah
terbangun pada malam hari.
2.5.2 Hipersomnia

Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia. Hipersomnia


adalah gangguan tidur yang ditandai dengan tidur berlebihan, terutama
pada siang hari, walaupun sudah mendapatkan tidur yang cukup.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, misalnya
gangguan pada sistem saraf, hati, atau ginjal; gangguan metabolisme;
dan masalah psikologis, seperti depresi, kecemasan, dan mekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.

2.5.3 Parasomnia

Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur


atau perilaku yang muncul pada saat seseorang tertidur. Gangguan ini
umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia

13
antara lain adalah sering terjaga (misalnya tidur berjalan dan night
terror), gangguan transisi bangun (misalnya mengigau), parasomnia
yang berkaitan dengan tidur REM (misalnya mimpi buruk), dan lain-
lain (misalnya bruksisme).

2.5.4 Narkolepsi

Narkolepsis merupakan gelombang kantuk yang tak


tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan
ini disebut juga “serangan tidur” atau sleep attack. Narkolepsis diduga
merupakan suatu gangguan neurologis yang disebabkan oleh
kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak
terkendalinya periode tidur REM.

2.5.5 Apnea Saat Tidur

Apnea saat tidur (sleep apnea) merupakan kondisi ketika napas


terhenti secara periodik pada saat tidur. Apnea saat tidur dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu apnea sentral, obstruktif, serta campuran
(sentral dan obstruktif). Apnea sentral melibatkan disfungsi pusat
pengendalian napas di otak. Apnea obstruktif terjadi ketika otot dan
struktur rongga mulut relaks dan jalan napas tersumbat. Apnea
obstruktif dapat menyebabkan mendengkur, mengantuk berlebihan
pada siang hari, dan kematian bayi secara mendadak. Apnea tipe ini
dapat ditemukan pada penderita penyakit hati tahap akhir.

2.5.6 Somnabulisme

Somnabulisme merupakan keadaan ketika tengah tertidur,


tetapi melakukan kegiatan orang yang tidak tidur. Penderita sering
kali duduk dan melakukan tindakan motorik, misalnya berjalan,
berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara, atau mengemudikan
kendaraan.

14
2.5.7 Enuresa

Enuresa atau mengompol merupakan kegiatan buang air kecil


yang tidak disengaja pada waktu tidur. Enuresa dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu enuresa nocturnal dan diurnal. Enuresa nocturnal
merupakan keadaan mengompol saat tidur dan umumnya terjadi
karena ada gangguan pada tidur NREM. Enuresa diurnal merupakan
keadaan mengompol pada saat bangun tidur.

2.6 Asuhan Keperawatan


2.6.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan


tidur meliputi riwayat tidur serta pemeriksaan fisik.

1. Riwayat Tidur
Pengkajian riwayat tidur meliputi:
1) Pola tidur: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur, baik
tidur siang maupun tidur malam.
2) Ritual sebelum tidur: aktivitas, rekreasi, atau kebiasaan
yang dilakukan sebelum tidur.
3) Lingkungan tidur: kondisi penerangan, tingkat kebisingan,
dengan siapa pasien tidur, dan lain-lain.
4) Penggunaan obat tidur dan obat-obat yang lain sebelum
tidur.
5) Perubahan terkini pada pola tidur serta adakah masalah
yang pasien yakini dapat memengaruhi pola tidurnya.
2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi observasi fisik, perilaku,


dan tingkat energi pasien. Kondisi fisik yang menunjukkan
bahwa pasien mengalami masalah tidur antara lain terdapat
lingkaran kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata

15
bengkak, konjungtiva merah, dan lain-lain. Indikasi perilaku
yang menunjukkan adanya masalah tidur meliputi rasa gelisah,
bicara lambat, dan tidak focus atau perhatian. Pasien yang
mengalami masalah tidur akan terlihat lemah, letargik, atau
lelah akibat kekurangan energy.

2.6.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan


tidur adalah sebagai berikut.

1. Gangguan pola tidur,


Gangguan pola tiudr berhubungan dengan:
a. Sering terjaga pada malam hari, misalnya karena gangguan
transport oksigen, eliminasi, dan metabolisme.
b. Tidur berlebihan pada siang hari, misalnya akibat obat-
obatan sedative, hiptonik, antidepresan, amfetamin, dan
barbiturate.
c. Immobilitas atau aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
d. Depresi dan takut, misalnya takut operasi.
e. Nyeri, misalnya nyeri pada kaki
f. Lingkungan yang mengganggu
2. Kecemasan, berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
tidur, henti napas saat tidur (sleep apnea), dan
ketidakmampuan mengawasi perilaku.
3. Koping individu tidak efektif, berhubungan dengan insomnia.
4. Gangguan pertukaran gas, berhubungan degan apnea saat
tidur.
5. Potensial cedera.
6. Gangguan konsep diri, berhubungan dengan penyimpangan
tidur hipersomnia.

16
2.6.3 Perencanaan Keperawatan
Tujuan:

Perencanaan keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat


dan tidur bertujuan untuk mempertahankan (atau membentuk) pola
tidur yang memberikan energy yang cukup untuk menjalankan
aktivitas sehari-hari.

Rencana tindakan:
a. Identifikasi factor yang menyebabkan gangguan tidur.
b. Kurangi distraksi lingkungan dan hal hal yang dapat mengganggu
tidur.
c. Tindakan aktivitas pada siang hari dengan memerhatikan kondisi
kesehatan pasien.
d. Bantu pasien untuk memicu tidur (induce sleep).
e. Kurangi kemungkinan cedera selama tidur.
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika
diperlukan.
2.6.4 Tindakan Keperawatan

Secara umum, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan


pada pasien dengan gangguan tidur adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi faktor yang memengaruhi pola tidur


b. Kurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat menganggu
tidur
c. Berikan aktivitas pada siang hari dengan memerhatikan kondisi
kesehatan pasien
d. Bantu pasien untuk memicu tidur (induce sleep)
e. Kurangi kemungkinan cedera selama tidur
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan

17
2.6.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan istirahat dan tidur dapat


dinilai dari kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tidur, baik
kuantitatif maupun kualitatif serta kemampuan dalam melakukan
teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur.

18
BAB III

KESIMPULAN

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh


manusia dimana istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan dan
kecemasan (ansietas) sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar sebagai
fungsi protektif tubuh untuk melakukan perbaikan dan pemulihan jaringan setelah
beraktivitas yang dapat dibangunkan kembali.
Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan
tidur yang dalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam
kondisi aktif atau tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali. Kebutuhan
istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda – beda yang sangat
dipengaruhi oleh umur individu atau orang tersebut.
Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan
menyeimbangkan kondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun psikologis
sehingga kembali optimal. Faktor – faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur
meliputi status kesehatan, lingkungan, stress psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup,
obat – obatan, dan motivasi. Gangguan istirahat dan tidur meliputi insomnia,
parasomnia, hipersomnia, narkolepsi, apnea saat tidur, deprivasi tidur, enuresis,
night terror, dan mendengkur.
Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur
meliputi pengkajian kebutuhan dan pola tidur pasien, diagnosa keperawatan yang
muncul dari proses pengkajian terkait gangguan istirahat dan tidur, intervensi
keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien dengan gangguan istirahat dan
tidur, evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada pasien, apakah
dilanjutkan, diubah atau diberhentikan, dan dokumentasikan proses keperawatan
yang telah dilaksanakan pada pasien sebagai acuan untuk proses keperawatan
selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz, dkk. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Depkes R.I. 1987. Pedoman Teknis Keperawatan Dasar. Jakarta : Ganesia

Roper, N. 2002. Prinsip-prinsip Keperawatan. Yogyakarta : Yayasan Essentia


Medica

Prihajo, R. 1993. Perawatan Nyeri Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta


: Penerbit Buku Kedokteran EGC

20

Anda mungkin juga menyukai