Anda di halaman 1dari 8

Keselamatan Pasien dan

K3 dalam Keperawatan

Kelompok 7:
Ariska Imelda Ni Made
Dwi Armawati
Elfina Rusani Prinandita Syafira
Intan Nurulya Hadie Riza Fahmi
Kurniawan
Jauhar Latifah Hani Rizky Irhamni
Masfur Lisnarita Zainur Ridho
Gambaaran Kasus
Kasus :
Kebakaran pabrik sarung tangan milik PT Indo Glove di KIM
Mabar yang menewaskan 4 karyawan dan melukai 5 karyawan. Hal ini
sudah dipastikan merupakan akibat lalainya perusahaan sarung tangan
dalam menerapkan standar keselamatan kerja dipabrik. Pemilik pabrik
telah menunjukan kelalaian kriminal dan pelanggaran aturan
keselamatan kerja. Menurut aturan setiap pabrik harus menyediakan
alat pemadam api, adanya alarm kebakaran kemudian dilatihnya buruh
dalam cara penggunaan alat pemadam kebakaran, jikalau semua hal
tersebut terpenuhi maka kemungkinan besar korban jiwa dapat
diminimalisir.
Diduga disekitar pabrik tidak ada ditemukan hidrant air
padahal merupakan suatu kewajiban pemilik pabrik untuk
menyediakan hidrant air apalagi pabrik tersebut bahan baku dan
bahan jadinya adalah karet yang resiko kebakaran sangat tinggi.
Learning Objective
Identifikasi Manajemen Resiko K3 di tempat kerja Di
dalam gedung atau di luar gedung

Urutan kejadian yang dapat menyebabkan kebakaran besar


dapat mencakup hal-hal berikut:
• penumpukan bahan yang mudah terbakar di tempat kerja.
• pengadaan sumber pemantik api secara tidak disengaja.
• ketidakmampuan mendeteksi adanya kebakaran dengan
cepat.
• ketidakmampuan mengendalikan kebakaran dan
memadamkannya.
hal ini terjadi tergantung pada banyak
faktor
 Tidak tersedianya alat pemadam api
 Tidak memiliki alarm kebakaran
 Tidak adanya pelatihan buruh menggunakan
alat pemadam kebakaran
 Tidak adanya Hydrant air
 Mengendalikan bahan yang mudah terbakar
Manajemen Pengkodean

1. Bahaya Akibat Kebakaran


2. Prinsip – prinsip Sistem Manajemen
3. Sistem Manajemen Pencegahan Bahaya Kebakaran
4. Pencatatan Temuan (Records of Findings)
5. Pengawasan dan Kaji Ulang ( Monitoring and Review )
KESIMPULAN
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali
risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada
(Wideman, 1992). Cara mengendalikan resiko dimulai dengan eliminasi, subsitusi,
engineering, administrative dan pelindung diri.
Penerapan Sistem Manajemen Pencegahan Bahaya Kebakaran dimulai dari
identifikasi sumber bahaya (hazard identification) dimana semua kemungkinan penyebab
terjadinya kebakaran diidentifikasi. Tahap selanjutnya adalah penilaian risiko (risk assesment
) yaitu dari semua skenario bencana yang diakibatkan oleh sumber penyebab kebakaran
dinilai dampak keparahannya (severity rate) terhadap manusia, harta benda, dan lingkungan
di sekitar terjadinya bencana terhadap probabilitas kekerapan (frequency) terjadinya
bencana tersebut. Pengendalian risiko (risk control) kemudian dilakukan atas scenario.
skenario mana saja yang mungkin terjadi. Pada umumnya berdasarkan asas Pareto, apabila
skenario terburuk dapat dikendalikan risikonya maka skenario dengan tingkat keparahan di
bawahnya dapat tereliminasi.
Namun pada kasus – kasus tertentu sebaiknya dibuat pengendalian risiko dengan
lebih mendetail terutama bila menyangkut keselamatan orang banyak ( public safety )
ataupun pada bangunan – bangunan yang khusus seperti sekolah, rumah sakit, panti jompo,
dan hotel disebabkan oleh pengguna bangunannya yang memiliki karakteristik khusus.
Semua metode pencegahan bahaya kebakaran ini harus direncanakan, dilaksanaan,
dimonitor dan dikaji ulang secara berkala untuk memastikan bahwa metode tersebut masih
relevan dengan keadaan suatu gedung.

Anda mungkin juga menyukai