Disusun Oleh :
M.Indra – 22024014001
TEKNIK INFORMATIKA B1
FALKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Cover...........................................................................................................
Kata Pengantar........................................................................................................... I
Daftar Isi..................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................... 1
BAB II PENDAHULUAN....................................................................................... 2
2.1 Hal-Hal Yang Di Anjrkan Saat Menghadapi Orang Dalam Sakratul Maut......... 2
2.2 Pengertian Jenazah............................................................................................... 4
2.3 Memandikan Jenazah........................................................................................... 5
1. Orang Yang Utama Memandikan Jenaza....................................................... 5
2. Syarat Bagi Orang Yang Memandikan Jenazah............................................. 6
3. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan......................................................... 7
4. Tatacara Memandikan Jenazah...................................................................... 7
2.4 Mengkafani Jenazah............................................................................................. 8
1. Hal-Hal Yang Disunnahkan Dalam Mengkafani Jenazah.............................. 9
2. Tata Cara Mengkafani Jenazah...................................................................... 11
2.5 Menshalatkan Jenazah.......................................................................................... 11
1. Orang Yang Paling Utama Untuk Melaksanakan Shalat Jenazah.................. 12
2. Rukun Shalat Jenazah.................................................................................... 12
3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah............................................................. 14
2.6 Menguburkan Jenazah.......................................................................................... 20
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 20
3.2 Saran..................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hal-Hal Yang Di Anjrkan Saat Menghadapi Orang Dalam Sakratul Maut
Setiap orang dianjurkan untuk memperbanyak mengingat mati dan menyiapkan diri
untuk menyambutnya dengan bertobat dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah
subhanahu wata‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia bisa menemui siapa saja baik tua maupun muda
tanpa bisa dimajukan atau dijadwal mundur. Orang yang masih muda ataupun mereka
yang sudah tua, yang masih dalam keadaan sehat maupun yang sedang mengalami sakit,
semuanya bisa saja menemui kematiannya tanpa dapat diduga-duga. Kematian tidak lebih
dekat kepada orang tua dari pada anak muda, pun tidak lebih dekat kepada orang yang
sakit dari pada orang yang sehat.
Berapa banyak kematian menghampiri seorang anak muda ketika ia sedang tenggelam
di dalam mimpi-mimpinya. Dan berapa banyak pula orang tua yang sudah begitu renta
justru masih panjang masa hidupnya padahal setiap harinya ia selalu berjaga-jaga jikalau
datang ajalnya.
Orang yang dalam keadaan sakit anjuran untuk mengingat kematian dan menyiapkan
diri untuknya menjadi lebih kuat baginya. Sedangkan bagi keluarga atau orang yang
berada di sekeliling orang yang telah terlihat adanya tanda-tanda datangnya ajal ada
beberapa hal yang mesti dilakukan.
2
Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitabnya Al-Fiqhul Manhajî menyebutkan ada 4
(empat) hal yang semestinya dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang sedang
mengalami naza’ atau sakaratul maut. Keempat hal itu adalah:
4) Keempat, orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya
tanda-tanda kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada
Allah. Dalam keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-
jauh bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia
dianjurkan untuk membayangkan bahwa Allah akan menerimanya dan
mengampuni semua dosa-dosanya.
Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim Allah berfirman:
َأَنا ِع ْنَد َظِّن َع ْبِد ي ِبي
Artinya: “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepadaku.”
Para ulama mengajarkan ketika seseorang dalam keadaan sehat maka rasa
takutnya terhadap siksa Allah (khauf) dan harapannya terhadap rahmat Allah
3
(rajâ) mesti seimbang ada di dalam dirinya. Ada yang mengatakan rasa takutnya
harus lebih banyak dari pada harapannya. Namun ketika seseorang dalam keadaan
sakit dan telah dekat kematiannya maka harapan pada rahmat Allah mesti harus
lebih besar dari rasa takutnya atau bahkan hanya ada harapan saja di dalam dirinya
kepada rahmat Allah. Ia mesti yakin bahwa Allah akan mengampuninya dan
melimpahkan kasih sayang kepadanya. Wallâhu a’lam.
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab ( )جن ذحyang berarti tubuh mayat dan kata
جن ذyang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat
yang tertutup
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
4
2.3. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:
ا تpp فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فم: عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل.a
(ا غسلو ه بما ء و سد ر )رواه ا لبخرو مسلم
Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang
jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun
bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu :
5
b. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
6
3. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggal tidak dimandikan
b. Air secukupnya.
2) Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.
a. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
b. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
c. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan
tekan perutnya perlahan-lahan.
1) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
3) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir
dicampur dengan wangi-wangian.
7
4) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok
anggota tubuhnya.
6) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas
kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu
saja.
ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على هللا
د ماppفمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نج
و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج, ا ذا غطينا بها ر أ سه خر جت ر جال ه,لكفنه ا ال بر د ة
ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعل على
ر جليه من ا ال ذ خر رواه ا لبخا ر ى
8
Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan
Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi
sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang
Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika
kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.”
(H.R Bukhari)
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih
dan menutupi seluruh tubuh mayat.
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
9
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain
kafan tiga atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat
maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh
ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada
kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan
apa saja yang ada.
d. Pakaikan sarung.
g. Pakaikan kerudung.
10
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah,
yaitu :
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah,
sedangkan apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan
pinggang jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
11
b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
e. Keluarga terdekat.
12
2. Takbir 4 kali
Artinya:
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang,
(ا للحم ا غفر له )ها( و ا ر حمه )ها( و عا فه)ها( و ا عف عنه )ها( و ا كر م نز له )ها
ا كم ينقى اppووسع مد خله )ها( و ا غسله )ها( بما ء و ثلج و بر د و نقه )ها( من ا لخطا ي
13
(لثو ب من ا لد نس و ا بد له )ها( دا را خيرا من دا ر ه )ها( و ا هال خيرا من ا هله )ها
.و ادخله )ها( ا لجنة و ا عنذ ه )ها( من عذا ب ا لقبر و عذا ب ا لنا ر
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya,
sucikanlah dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari
kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari kotoran.
Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada
rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang
lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari
siksa kubur dan siksa neraka.”
ا
(للحم ال تحر منا ا جر ه )ها( وال تفتنا بعد ه )ها( و ا غفر لنا و له )ها
Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami
setelah kepergiannya”
14
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari
jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang).
Langkah-Langkah :
Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
15
Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.
16
Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan
jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya
selain tali kepala dan kedua kaki.
Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain
kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu
bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
17
Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar
menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan
diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam
(dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat
“Irwa’ul
Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah
dikenali.
18
Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya
serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
BAB III
19
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
20
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, saya berharap
agar makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk selalu ingat akan kematian
dan mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kematian. Selain itu, semoga
pembahasan ini juga dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya tata
cara pengurusan jenazah dalam Islam.
21
DAFTAR PUSTAKA
a) Al-Qur'an.
d) Tata Cara Pengurusan Jenazah dalam Islam oleh KH. M. Anwar Abbas.
e) https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazah-
f) https://islam.nu.or.id/jenazah/lakukan-4-hal-ini-saat-menghadapi-orang-sakaratul-
22